Hari itu hari yang sebenarnya biasa saja. Aku berjalan ke kantin bersama beberapa teman laki-laki. Sampai..
"Akane!"
Seorang laki-laki memanggilku. Suaranya tidak asing, tapi aku tidak bisa langsung mengenalinya. Suara yang cukup berat.
"Akane! Tunggu,"
Ternyata orang yang dari tadi berlari di lorong sambil memanggilku adalah Reo. Kami berasal dari SMP yang sama. Ditambah lagi, kami pernah sama-sama ikut klub dance.
"Akane, ikut klub dance, ya?" kata Reo.
"Tapi aku cuma ikut klub dance sampai akhir kelas 1," kataku.
"Gapapa, kamu kan udah punya dasarnya. Kaku-kaku dikit bisa diatur," balasnya.
Perempuan di sekolah ini hanya tiga, jadi tim basket, futsal, dan sebagainya tidak bisa dibentuk. Terlalu sedikit. Kalau renang, aku cuma bisa gaya batu. Kurasa satu-satunya klub yang bisa membuatku banyak bergerak hanya klub dance. Jadi apa salahnya, ya, kan?
"Oke, aku ikut," jawabku.
"Yosh!!" teriak Reo.
☆
Hari itu hari pertama aku masuk klub. Klub dance punya ruangan sendiri untuk menyimpan properti dan kostum. Tapi untuk latihan, menggunakan ruang serbaguna di gedung utama.
Ruang serbaguna yang kami gunakan sebenarnya terlalu besar buat kami yang hanya berlima. Luas banget. Jadi ACnya terasa dingin. Cermin mengelilingi ruangan.
"Reo, kenapa aku yang diajak masuk klub?" tanyaku tiba-tiba.
Reo yang sedang minum hampir tersedak. Mungkin karena itu bukan pertanyaan yang sering dilontarkan oleh anggota klub baru.
"Anko-san terlihat sama sekali tidak tertarik. Kalau Airin-san... Aku tidak yakin dia sanggup dengan menu latihan kita. Tarian kita kan butuh banyak tenaga. Kalau pilih kamu..." Reo berhenti di tengah-tengah perkataannya.
"Soalnya kita kan udah kenal," lanjutnya.
"Oo," kataku.
"Yosh. Kita lanjut latihannya,"
☆
Hari itu hari yang ditunggu-tunggu. Festival sekolah. Saat di mana kami tampil di depan banyak orang.
Lagu yang digunakan sebenarnya cukup banyak, tapi temannya Reo membantu meremix lagunya. Lagu favoritku adalah Wild Beat. Apa? Kalian tidak tahu? Padahal lagunya sangat enak lo. Bisa membangkitkan semangat. Sangat aku rekomendasikan.
5 menit sebelum penampilan, kami sudah bersiap di belakang panggung. Bukan belakang sih, samping sebenarnya. Kami semua terlihat gugup. Meski aku tidak bisa melihat diriku sendiri, tapi aku merasakannya.
"Akane! Tidak perlu gugup. Kita sudah berlatih dengan keras. Aku yakin penampilan kita sukses. Ditambah kostum yang kamu pakai itu bagus. Lebih percaya diri!" hibur Reo.
Senpai yang satu ini. Dia sama sekali tidak gugup. Aku benar-benar takjub.
"Klub dance, silahkan naik ke atas panggung," kata seorang panitia pada kami.
Setelah sangat lama tidak tampil, akhirnya aku tampil di depan banyak orang. Untungnya, penampilan tadi sukses. Meski kaki kiriku sempat salah melangkah, tapi yang lainnya berjalan dengan baik. Syukurlah.
☆
Hari itu hari kelulusan kelas 3. Artinya Reo dan Kotarou-yang seangkatan dengan Reo- sudah tidak akan berada di klub dance lagi. Jujur. Aku sedih. Tapi, aku tidak tahu harus bagaimana.
Acara kelulusan hanya dihadiri oleh siswa kelas 3, guru, dan beberapa perwakilan dari kelas 1 dan 2. Anko sangat beruntung! Dia bisa menghadiri acara itu karena peringkatnya. Bagaimana tidak? Dia peringkat satu seangkatan.
Aku yang hanya siswa kelas 1 biasa. Bahkan cenderung bermasalah. Mana mungkin bisa ikut acara seperti itu.
Aku hanya bisa menunggu acara kelulusan hingga selesai di ruang klub. Tidak mungkin kan, aku menunggu di depan aula. Seperti orang aneh saja. Tadi malam, aku, Reo, dan teman-teman klub lainnya janjian untuk bertemu di ruang klub dance jam 2.30 sore.
Sayangnya, ini masih jam 1. Argh.. Bosan. Masih 1 jam lagi sampai acara selesai. Dan tidak mungkin Reo dan Kotarou akan langsung kemari, kan? Setidaknya 30 menit setelahnya baru akan datang.
"Tik tok tik tok..." tanpa sadar aku bergumam sambil melihat jam
Astaga baru 30 menit. Kenapa lama banget sih? Yang lain juga masih belum datang. Coba saja ada 1 yang datang, tidak akan terasa bosan. Lebih baik tidur saja kan? Biar tidak bosan.
"Akane?"
"Berisik," tanpa sadar aku mengatakan hal itu.
Setelah beberapa lama, aku sadar itu suara Reo dan yang lainnya juga sudah datang. Cepat-cepat aku bangun dan berdiri. Aku membungkuk untuk meminta maaf kepada Reo. Dia hanya tersenyum, tapi sudah terlihat kalau permintaan maafku di terima.
Kami mengobrol tentang banyak hal. Semacam throwback mungkin. Mulai dari pertemuan pertama klub tahun ajaran ini, sampai latihan terakhir, semuanya dibicarakan.
Reo, si ketua klub tahun lalu(?), memberi banyak nasihat untuk kami kelas 1 dan 2. Mulai dari rajin datang pertemuan, sampai tips-tips mendapat anggota baru. Selain itu satu persatu dari kami juga diceramahi olehnya. Akhirnya saat aku diceramahi pun tiba.
"Akane. Kamu itu penuh potensi, tapi kurang kamu gali. Coba saat kamu SMP, kamu tidak keluar dari klub dance. Pasti kamu sudah lebih jago dari kami semua," kata Reo.
Aku tidak pernah menyangka Reo bisa mengatakan hal seperti itu. Biasanya dia hanya semangat dalam berbagai hal, jadi bijaknya tidak terlihat.
"Akane. Kamu juga potensi dari masa depan klub ini. Kamu perempuan satu-satunya. Jadi kurasa akan lebih mudah menarik anggota perenpuan untuk ke depannya. Jadi kumohon, bantu Mizuki, ketua klub yang baru, mencari anggota baru," lanjutnya.
"Siap! Senpai!" Jawabku sambil cengengesan.
☆
Hari itu hari terakhir aku bertemu Reo.
Hari ini hari pertama masuk sekolah. Ya! Tugasku untuk merekrut anggota baru, dimulai sekarang!
☆
Halo halo (bandung) #receh
Ya sekian dari Ai. Makasih.
Btw maaf kalo jarang up. Adaptasi di SMA (masih) membunuhku.
-Ai
KAMU SEDANG MEMBACA
SUPER MISSION : Bring Her to Your Club
FanfictionEbidan School yang awalnya khusus cowok berubah menjadi sekolah campuran. Tapi kok tidak banyak cewek yang minat, ya?? Walaupun begitu... Satu sekolah sudah sangat bersemangat menyambut 3 murid cewek angkatan pertama. Semua, terutama 9 ketua klub t...