Irreplaceable

791 25 4
                                        

'tuk'

'tuk'

Kuku panjang Jennie mengetuk-ngetuk pinggiran gelas bening berulang kali hingga menimbulkan suara teratur hampir mirip dengan dentingan jam. Matanya hanya memandang isi gelas yang tinggal setengah. Pandangannya kosong, ia banyak memikirkan hal-hal bodoh, bahkan sesekali ia teringat sosok pria yang sempat menjadi belahan jiwanya. Jeon Jungkook.

Wajah manis Jungkook masih terlihat sepintas berkeliaran di pikirannya, bahkan saat mereka bercinta. "Tubuhmu adalah milikku." Jennie membayangkan Jungkook berada dibelakannya dan mencium mesra tengkuk, meletakan tangannya melingkar di perut Jennie.

Menghembuskan nafas kebagian sensitif Jennie, hingga rasa yang menyenangkan muncul perlahan. 'wouf' Lamunan Jennie sontak menghilang bersamaan dengan gonggongan Arro anjing miliknya. Bersamaan dengan itu Minhyun nampak berada di ambang pintu dan berjalan ke arah Jennie.

Jennie sadar ia dan potongan masalalunya kini tertutup dengan wangi tubuh Minhyun yang mulai memeluknya. "Apa yang kau lakukan disini?" Minhyun menyeka rambut Jennie yang terurai dan mencium pundak wanita dihadapannya dan menciumnya lembut.

"Entahlah." Jawab Jennie. Tubuh Minhyun makin merapat di tubuh Jennie. Mereka semakin intim dengan adanya ciuman-ciuman mesra. Lenguhan Jennie terdengar klasik memenuhi ruangan, tubuh Minhyun berhasil mendorongnya terdesak diantara tembok.

"Eungghhh.."

====

Jennie membersihkan baju yang berserakan di lantai, sementara Minhyun masih tertidur pulas di atas kasur. "Mengapa aku sangat menikmati setiap detik bersamamu, padahal aku tau ini semua hanya palsu?" Jennie bergumam, dia terduduk di ujung kasur. Jennie mengetahui segala tentang Minhyun dan Jisoo. Semuanya bermula saat Jennie tak sengaja menerima telfon di ponsel Minhyun, dan itu dari Jisoo.

Jennie menghela nafas panjang "Aku tak pernah menunggumu. Kamu juga tak pernah sengaja datang. Tapi kita sengaja dipertemukan oleh Tuhan. Entah untuk saling duduk berdampingan atau saling memberi pelajaran. Atau hanya sekedar melihat satu sama lain." Jennie mendekati tubuh Minhyun menatap matanya yang terlelap, "You did great Hwang Minhyun."

Tanpa Jennie sadari Minhyun ternyata mendengar semua perkataan Jennie matanya tertutup namun telinganya tidak. Sepeninggal Jennie, Minhyun membuka matanya. "Apa yang sebenarnya aku lakukan?" Gumamnya.

Siang menjelang, Minhyun bertemu dengan teman sekaligus orang kepercayaannya. Kim Jonghyun, Leader grupnya. "Udahlah, kamu kan udah punya istri. Lepasin Jisoo aja. walaupun kamu engga cinta beneran sama keduanya atau minimal kamu cuman suka salah satunya. menurutku kamu harus tetep milih Jennie." Keduanya berbicara di dalam mobil Jonghyun, melarang semua orang mendekat agar rahasia mereka terjaga.

"Jisoo ngga bakalan terima kalau aku milih Jennie. Kamu tau kan dia? Kita udah temenan sama Jisoo dari SMA."

"Tetep aja, kalau tiba-tiba ada yang tau? Maksudku kamu sering keluar masuk gedung apartemennya Jisoo. Who Knows tiba-tiba ada wartawan nyasar."

"Iya juga aih, tapi ah aku bingung."

"Coba kamu jangan nemuin Jisoo dulu."

Minhyun hanya mengangguk, ia menegak lagi kaleng cola-nya dan terdiam.

===

"Sebelas, dua belas, engga mungkin." Jisoo terlihat menghitung sesuatu di dekat kalender, di sana juga ada Taehyung duduk di seberangnya dengan secangkir kopi di tangannya. "Kau kenapa?" Tanya Taehyung.

"Kurasa aku melewatkan masa haidku."

"Jadi kau..."

"Hamil?"

"Benarkah?"

"Tapi tunggu dulu, kita lebih baik ke dokter."

"Akhirnya..." Taehyung kegirangan, namun dalam hati Jisoo bertanya-tanya anak siapakah ini. Minhyun atau Taehyung.

If It Was You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang