Alan pov
Hari ini hari terahir liburanku di bandung, harusnya A bagas yang nganter aku ke stasiun kiaracondong tapi mendadak temen kerja yang tukeran shift gak bisa masuk kerja menggantikannya, jadi aku ke stasiun naik ojek online. Biar lebih cepet. Dan gak ribet dibandingkan dengan naik angkutan kota yang harus beberapa kali naik turun karena gada angkutan kota yang sekali jurusan kesana.
"iya a gapapa, alan juga dah sampai ke stasiun kok" jawabku karena A Bagas terus meminta maaf karena gak bisa nganterin ke stasiun. A bagas adalah kakak iparku. "ntar alan telfon mba alin kalau aku dah naik kereta, jadi mas gak perlu khawatir gak dapet 'JA-TAH' dari mba alin" ucapku dengan menekankan pada kata jatah, yang diikuti kekehan A bagas. " ya udah ya A, hapeku lowbat nih, takut keburu abis ntar malah gak bisa nelpon mba alin".
Brukkkk...
Saat memutar badan hendak melangkah begitu menekan tombol akhiri, tiba- tiba ada yang menabrak ku. Ponselku terlempar.
"mas, hati-hati dong jalannya" ucapku sambil mengambil ponselku.
"sori-sori gua buru-buru nih" ucapnya sambil meraih ponselnya yang ikut terlempar juga. Ia menatapku sebentar lalu pergi. "sori" ucapnya sekali lagi.
Aku duduk di kursi tunggu di depan loket penjualan tiket sebelum masuk ke ruang tunggu kereta, mengecek tiket dan mengeluarkan kartu identitasku sebelum ke bagian pengecekan ketika mau memasuki area check in. 'komplit' ucapku dalam hati.Aku melihat jam di didinding depan ruang loket kereta api. Karena kereta masih lama datangnya aku memutuskan untuk menunggu disini dulu sambil melihat-lihat sekitar, siapa tau ada yang bening-bening batinku. ketika aku sedang menyapu pandang sekitarku, mataku terhenti pada seseorang yang sedang antri di depan loket penjualan tiket.
'kerennnnnn' itulah kata pertama yang terbersit di kepalaku. 'badannya kekar kayaknya hasil latihan rutin di tempat fitnes, dan tingginya melebihi tinggi rata-rata orang indonesia. Aku berharap dia melihat ke arahku, supaya penilaianku gak salah, aku penasaran dengan bentuk wajahnya, apakah sesuai dengan badannya atau enggak, cukup lama aku menunggunya tapi dia sama sekali nggak menoleh ke arahku. Mungkin aku belom beruntung pikirku. Lalu aku melihat ke arah lain berharap ada yang lebih keren dari orang yang membuatku penasaran sebelumnya. Tapi hasilnya NIHIL...
Author pov
O iya, alan adalah penyuka sesama jenis jadi yang menarik perhatiannya di stasiun itu lebih besar ke arah cowok-cowok.
Alan pov
'gada yang menarik' batinku. Akhirnya aku kembali melihat cowok yang sedang di depan loket. Sekarang giliran dia dilayani, ia berbincang sebentar dengan penjaga loket sebelum terlihat kebingungan mencari sesuatu, ia mengorek semua sakunya dan mencari juga dalam tasnya. Sepertiny ia juga tidak menemukan apa yang di carinya. Dan sepertinya penjaga loket memintanya untuk pindah dari barisan dulu, supaya bisa melayani calon penumpang yang lain. Saat itulah aku melihat wajahnya, sempurna batinku. Tinggi besar, kulit sawo mantang, dan wajahnya enak untuk dipandang, menarik nggak membosankan. Aku terus memperhatikannya, Ia kelihatan kebingungan dan melihat ke sekelilingnya dan berhenti begitu melihat ke arahku, sepertinya ia tau kalau sedang diperhatikan olehku, aku mengalihkan pandanganku tapi masih memperhatikannya, ia melangkah terus melangkah, melangkah dan hop, berhenti tepat di depanku.
"balikin gak dompet gue" ucapnya kasar. Aku melihat ke kanan kiriku. Lalu menunjuk diriku sendiri, bingung. "ya iyalah elu" lanjutnya.
"dompet apaan ya?" tanyaku bingung. Melihat dari dekat semakin membuatku kagum, wajahnya yang kas orang sunda membuatnya semakin menarik. Kini aku bebas memandanginya tanpa harus ketahuan sedang mencuri pandang, dia sendiri yang menghampiriku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Risky Dan Alan (BXB)
RomanceIni cerita tentang percintaan remaja gay biseks dan sejenisnya. 13+