Pagi ini, setelah jam istirahat pertama adalah pelajaran matematika. Mata pelajaran yang biasanya di benci setiap siswa di sekolah, tapi tidak untuk sekolah ini. Karena cara mengajar bu nunung yang sabar dan lembut, yang mau mengajar muridnya sampai benar-benar memgerti dan benar benar paham.
"selamat pagi anak-anak" sapa bu nunung setelah meletakkan buku dan tas di meja mengajarnya.
"selamat pagi bu....." sahut semua siswa serempak.
"alan, joshua, tolong bagikan lembar kuis hari ini ya" pinta bu nunung. Alan dan joshua bangkit dari kursi dan mengambil lembar kuis di meja guru. Alan mengambil lembar kuis untuk siswa yang duduk di kanan meja dan lembar kuis joshua untuk siswa yang duduk du sebelah kiri.
"karena materi pertemuan kemarin agak susah, jadi ibu hanya membuat tiga soal untuk kuis hari ini" ucap bu nunung begitu melihat alan dan joshua selesai membagikan lembar kuisnya. "selamat mengerjakan" lanjutnya lalu semua muridnya sibuk mengerjakan soal kuis darinya.
Bu nunung sengaja membuat kuis atau soal untuk mengingatkan siswanya tentang materi yang di bahas pada pertemuan terahir agar mereka tidak lupa untuk belajar di rumah. Dan nilai dari kuis ini juga akan mbantu nilai raport di akhir semester. Apabila nilai kuis di rasa mampu membantu menaikan nilai raport mereka. Apabila rata-rata nilai kuis di atas nilai akhir yang akan di masukan ke raport maka bu nunung akan menambahkannya dan membagi dua sehinggga nilai muridnya akan bertambah baik, tapi kalau nilai kuis lebih rendah, maka ia tidak akan menambahkannya. Sehingga tidak mengurangi nilai akhir raport mereka.
"gue boleh gabung ya" ucap lina di meja kantin yang sedang di tempati alan risky dan joshua, dan tanpa memunggu persetujuan salah satu dari mereka ia sudah duduk di kursi yang kosong di samping risky.
"o iya ris, malem minggu besok ada acara gak, gw ada tiket konser kotak nih di gor satria besok, lu mau nonton bareng gw gak??" tanya lina.
Bukannya menjawap perntanyaan lina, dia malah menatap alan. Seolah minta jawaban alan atas pertanyaan dari lina.
"ngapain ni risky malah natap gue sih?" tanyanya dalam hati. "dia yang diajak bukan gue juga".
"risky, gue itu disini" ucap lina sambil memegang dagu risky agar risky melihat ke arahnya. "gimana? Mau yaaaa plisssss" rengeknya.
"sori ya lin, kayaknya gw gak bisa, soalnya gw masih harus belajar banyak dari alan. Masih banyak pelajaran yang gw belom pahami" balas risky sambil mencoba melukis senyum terpaksa di bibirnya, lina manyun.
"lu sekarang kan udah pinter ris, sekali-sekali bolehlah gak belajar. Lagian itu kan malam minggu, mau ya, mau yaaaaa" pintanya dengan nada lebih memelas, dari awal emang lina dah getol ngedeketin risky dari pertama masuk ke sekolah ini sampai sekarang. Tapi mau gimana lagi, hati risky dah ada yang nempati. Entah sudah berapa kali lina ngajak dia jadian, tapi dia selalu menolaknya dengan halus. Pernah satu kali risky menolaknya dengan alasan karena dia sudah suka sama seseorang. Tapi ketika ditanya siapa orang yang disukai dan dia menjawab rahasia, lina gak percaya, dia malah bilang kalau itu hanya akal-akalan risky aja.
Kalau di pikir-pikir lina kayak yang udah gak punya malu deh. Dah berapa kali ditolak tetep aja ngejar-ngejar risky. Cinta emang gak punya malu yaa... Hahhaha
Melihat drama yang entak kapan endingnya membuat nafsu maakn alan menguap. Alan berdiri dari kursinya. "gw duluan ya" ucapnya sebelum meninggalkan mereka bertiga.
"alan tunggu gw" ucap risky sambil ikut berdiri dan hendak mengejar alan, kalau saja tangannya tidak di cekal oleh lina.
"risky" hardik lina.
Riski melepas tangan lina yang memegangi tangan kirinya dengan tangan kanannya.
"sori ya lin, kayaknya gak bisa" ucapnya sebelum meninggalkan lina dengan wajah kesalnya. Lina mengaduk-aduk mie baso nya dengan hati dongkol, yang membuat joshua terkekeh.
"ngapain lu ketawa? Lucu?" ucap lina ketus. Sambil melotot.
"lucu bangettttttttttt" balas jho yang makin membuat lina sewot setengah mati.
"gue kasih saran ya, jadi cewek itu jangan kegatelan, dah di tolak berkali-kali harusnya lu sadar, lagian apem di umbar gitu mana ada yang mau" ucap jho sambil menunjuk ke tonjolan di dada lina yang emang bajunya sengaja dibuka kancingnya, sengaja untuk menggoda risky. "angetin lagi sono, siapa tau satpan sekolah kita masuh mau" ucapnya sambil mengeluarkan jurus seribu langkah.
"kamprettttttttt" teriak lina yang membuat semua pengunjung kantin menatapnya.
*
*
*
Brukkkkk...
Suara dua benda bertumburan. Tepatnya dua orang.
Ya, karena jurus seribu langkah yang digunakan joshua belum sempurna, alhasil membuatnya menabrak seseorang yang membuat celaka dirinya sendiri, eh orang lain tepatnya, seseorang kini sedang terlentang di bawahnya sambil menahan sakit yang tak seberapa dibanding dengan menahan berat mahluk di atasnya.
Dan bukannya segera bangun tapi jhosua seolah malah menikmati pemandangan yang membuat kesadarannya melayang melihat sosok mas-mas ganteng di depan matanya yang bahkan tak menatapnya.
"mau sampai kapan tanganmu disana" ucap mas-mas itu, yang membuat jho makin bingung karena kesadarannya belum kembali. Mas-mas itu menatap ke selangkangannya sendiri, yang diikuti mata jhoshua, yang langsung membuat kesadaran jho kembali dengan sempurna.
"ahhhhh" teriaknya karena terkejut melihat tangannya yang mendarat penuh pengertian, dan makin terkejut karena benda yang dipegangnya tiba-tiba mengembang.
Ia langsung berdiri dan membelakangi mas-mas itu. "maaf mas, maaf mas, saya gak sengaja, beneran, suer dah" ucapnya sambil menahan rona merah di wajahnya mencoba memberanikan diri membalikkan badan. Tapi kemudian malah celingukan karena mas-mas korban jurus seribu langkah kini lenyap dari hadapannya. "loh kemana perginya mas-mas tadi?" ucapnya linglung, padahal jho mau minta adegannya diulang lagi.
Dan gara-gara kejadian itu, di jam-jam pelajaran berikutnya jhosua benar-benar kehilangan konsentrasinya. Pikirannya melayang ke wajah mas-mas yang di tabraknya saat kabur dari kantin sekolah. Bahkan sampai tiba di rumah pun dia masih tetep aja keingetan.
*
*
*
"kok bisa alah semua gini si ris" keluh alan ketika selesai memeriksa jawaban atas beberapa soal yang di buatnya. "kemaren bisa kenapa sekarang jadi bego lagi sih".
Bukannya mendengar keluhan alan. Risky malah sibuk dengan gamenya. Alan merebut ponsel risky.
"siniin hape gw lan, bisa kalah gw ntar" risky mencoba merebut kembali ponselnya. Tapi alan terus mengelak dan menyembunyikan ponsel alan kebelakang. Risky gak mau kalah ia terus berusaha mengambil ponsel miliknya. Dan karena kalah sigap keseimbangan alan oleng sehingga ia guling kebelakang dengan posisi risky menindih tubuhnya. Membuatnya wajah mereka berhadapan dengan jarak yang sangat dekat hingga deru nafas mereka bisa terasa bertukar di kulit wajah orang yang di hadapannya. Mereka sama-sama membeku. Risky mendekatkan bibirnya, bukannya alan menolak malah ia meringis sambil memejamkan matanya, karena badannya gak bisa digerakan karena terkunci oleh risky.
"jadi ini yang namanya belajar bareng" ganggu jhoe yang tak mereka sadari sudah berdiri di depan pintu kamar alan.
Risky dan alan memalingkan wajahnya ke asal suara yang menginterupsi mereka. Sedetik jhoe terlambat mungkin mereka kini sedang menikmati ciuman panas seperti ciuman sebelumnya.
Dengan tenaga yang masih tersisa alan mencoba mendorong risky yang masih betah menindihnya, dan membuat risky terpelanting ke lantai dengan siku yang mendarat di lantai duluan.
Risky berdiri dan mengusap-usap sikunya.
"gw balik lagi deh" ucap jhoe sambil melangkah keluar, niatan meminjam buku catatan alan diurungkannya.
Melihat risky yang sedang meringis sambil melihat ke sikunya yang berdarah, alan menyesali perbuatannya.
"aku ambil betadin sebentar ya, siku kamu berdarah" ucapnya sambil berdiri dan meninggalkan risky yang masih menahan denyutan sakit di sikunya.
Tak lama alan kembali dengan kotak p3k ditangannya. Dengan telaten ia mengolesi luka di siku alan dengan betadin yang di basahkan pada cotton but. Lalu meniup berharap rasa perih disiku alan berkurang.
Melihat alan yang sedang monyong meniup lukanya, membuat risky ingin melumat bibir itu, alan benar-benar terlihat lucu dan menggemaskan saat ini di matanya.
Alan yang sedang fokus mengolesi luka disiku risky dan sesekali meniupnya tak sadar sedang ditatap penuh nafsu oleh risky. Dan tanpa aba-aba tiba bibir risky sudah mendarat lembut di bibirnya yang membuatnya kaget. Matanya mendelik karena terkejut. Ingin ia melepas bibirnya dari pagutan risky tapi risky malah memegang tengkuknya dan memperdalam lumatannya. Ia meronta terus mencoba melepaskan diri tapi tenaga risky lebih kuat, sampai akhirnya ia pasrah dan menerima perlakuan alan.
Merasa tidak ada perlawanan dari alan, risky melumat bibir alan lebih dengan perasaan, lebih lembut dari sebelumnya, ia menggigit sedikit bibir alan membuat alan mengeluarkan lenguhan kecil dan secepat kilat lidah risky melesat masuk dan melilut lidah alan. Kini bukan hanya risky yang bekerja sendiri, karena alan mulai membalas lumatannya hingga membuat suhu badan mereka meningkat, mereka terus dan terus saling melumat dan menautkan lidah mereka menuruti nafsu yang mulai tak terkontrol.
"a lannnnnn" teriak ibunya dari bawah. "ibu pulang".
Alan segera mendorong risky yang merasa dipuncak nafsunya dan menyeka air liur yang kini belecetan di bibirnya.
Risky tertawa melihat alan yang gelagapan. Karena gangguan yang datang untuk kedua kali nya. Andai ibunya gakbpulang entah apa yang akan terjadi selanjutnya hanya mereka yang tau.
"iya bu, alan di kamar" sahut alan mencoba bersuara setenang mubgkin.
Pintu kamar terbuka dan muncullah ibunya dari balik daun pintu.
"ni ibu bawain pitza pesenan kamu, eh ada nak risky juga" ucapnya sambil menaruh. Risky yang sedang pura-pura membaca mengalihkan pandangannya.
"sore tan" sapanya.
Ibunya alam membalas sapaan risky dengan senyuman. "berhenti dulu belajarnya, ni tante bawain pitza. Makan dulu baru lanjutin lagi" ucap ibu alan sambil menaruh bungkusan pitza di kasur alan. "tante ke kamar dulu ya mau istirahat".
"iya tan, makasih".
Alan sedikit bernafas lega begitu melihat ibunya melangkah hendak keluar daru kamarnya. Sebelum kembali siaga karena ibunya membalikkan badan lagi.
"sebentar" ucap ibunya dan melangkah mendekat ke arahnya. Begitu di depannya ia memeriksa bibir alan membuat jantung alan seakan mau lepas dari tempatnya. Risky menutup wajahnya dan membalikkan badan dengan memutar kursi yang sedang didudukinya.
"ibu kan udah bilang berkali-kali, kamu ini jangan kurang minum air, nanti kalau kamu sakit gimana. Bibir kamu itu merah dan bengkak pasti sariawan kamu kumat. Wajahmu juga pucet. Ya udah nanti ibu suruh lik parmin bawain larutan biar sembuh itu bengkaknya" ucap ibu alan usai memeriksa bibirnya, dan melangkah keluar dari kamarnya.
Jantung alan kini kebali ke asalnya tapi kakinya masih lemas. Dia terduduk lunglai di kursinya sambil mengelus dadanya, untung saja ibunya tidak memperhatikan bibir risky yang sama-sama bengkak juga. Bisa gawat kalau sampai ketahuan. Ia tidak pernah memikirkan apa jadinya kalau sampai ibubya tau penyebab asli kenapa bibirnya membengkak saat ini.
Begitu tenaganya pulih, ia memanggil risky dengan penuh amarah yang sengaja di tahan.
"risky....."
Risky memutar kursinya pelan. Pelannnnnnnn banget, karena merasakan hawa malaikat pencabut nyawa sedang mengintainya dari belakang. Begitu melihat alan yang sedang menyilangkan tangan di dadanya dan tanduk di kepalanya, dengan asap keluar dari hidungnya ia memaksa diri untuk tersenyum semanis mungkin. "sori....".
Karena saking kesalnya alan mengumpulkan tenaganya untuk menonjok risky, dan dalam itungan detik darah segar keluar dari sudut bibir risky, karena ia tidak sempat menghindar.
Dengan perasaan puas alan meninggalkan risky yang tersungkur tertindih kursi yang didudukinya. Dan bukannya merintih kesakitan. Ia malah tertawa sambil menyeka darah yang mengalir dari sudut bibirnya.
Alan tiba di dapur dan membuka lemari es dengan kasar dan langsung menenggak minum untuk meredakan rasa kesalnya. Mengingat hasil dari luapan kekesalannya sama risky, amarahnya pun sedikit melunak. Ia tidak bersungguh-sunguh ingin melukai risky sebenarnya, tapi sudah terjadi, menyesal sih enggak tapi ia merasa kasihan sekarang.
Risky masih mengusap-usap sudut bibirnya yang kini sedikit membengkak. Alan datang dengan baskon berisi es batu. Ia mengambil handuk kecil dan mengambil beberapa balok esbatu dan dibungkusnya dengan handuk kecil di tangan kirinya lalu menempelkan pada sudut bibir alan yabg sebelumnya membuatnya merasakan sekejap nikmat yang kini jadi membengkak karena tonjokannya.
"ah" erang risky begitu handuk itu menempel di kulitnya.
"sori, sakit ya" ucap alan
Risky menggeleng, "dingin istriku" ucapnya lalu tersenyum manis, alan pun ikut tersenyum, sentuman paslu.
"kalau sekarang?" tanya alan sambil menekan handuk lebih keras.
"awwww" teriak risky yang membuat senyum mengembang di bibir alan.
Alan memberikan handuk di tangannya dengan kasar pada risky.
"lo kompres sendiri, gw mau mandi". Alan berdiri dari duduknya dan melangkah ke kamar mandi sebelum terhenti karena ucapan risky.
"ikutttttt"
Alan membalikan badannya dan menunjukan kepalan tangannya sama risky yang di balas senyum oleh risky.
Di dalam kamar mandi tiba-tiba alan teringat adegan ciuman dengan risky waktu lalu, dadanya menghangat, pipinya memanas. Dengan cepat ia menyalakan sower dan mengguyur badannya dengan air dingin berharap pikiran itu segera menghilang dan hanyut bersama air yang mengalir.
*
*
*
BersambungMakasih yang dah kasih vote. Tekan tanda bintangnya ya biar penulis yang nulis bergantung mood, mood nya bagus terus. Dan nglanjutin cerita ini. Hheheheh
Klo ada yg gak nyambung atau typo, sambungin dan artiin sendiri yaa.. Author koplak
KAMU SEDANG MEMBACA
Risky Dan Alan (BXB)
RomanceIni cerita tentang percintaan remaja gay biseks dan sejenisnya. 13+