Bab 4

4.8K 162 8
                                    

Author pov

Ting tonggg...

Ting tonggggg...

Ting tong ting tonggggg...

Berkali-kali joshua membunyikan bel rumah alan. Tapi gak ada juga yang membukakan pintu.
Joshua merogoh saku celana, dan segera mengetik pesan singkat lewat wasap.

"gua tau lu di rumah" terkirim.

"bukain pintu sekarang" terkirim

Lama joshua menatap layarnya, wajahnya berseri melihat alan sedang mengetik balasan. Sedetik kemudian berubah masam begitu membaca pesan balasan dari alan.

"gua emang lagi di rumah, tapi gua lagi males ketemu elo" balas alan.

"mendingan lu balik ajah" lanjutnya.

"owh, lu lagi di ewe ya sama risky, ampe-ampe gak mau ketemu gue" balas jo sewot.

Alan membalas dengan emotikon anjing tiga kali, joshua terkekeh menahan tawanya. Sambil berhitung dalam hati.
'satuuuu... Dua.... Ti...'

Belum sampai hitungan ketiga sudah terdengar suara kunci terbuka dari dalam.

Klekkk...

Daun pintu terbuka. Jo makin terkekeh dan langsung masuk ke rumah alan. Memburu alan yang dah masuk kamarnya duluan.

Jo membaringkan badannya menatap langit-langit kamar alan.

"lan..." ucapnya. Alan tak menyahutinya dia masih sibuk mengerjakan PR nya. "alannnnn" panggilnya lagi sedikit berteriak. Teriakan manja ala-ala boty gatel. Alan tetap tak bergeming. "kalo ayah lu tau anaknya homo apa reaksinya ya?"

Tangan alan langsung berhenti menulis diletakannya pensil sejajar dengan buku MTK nya yg sudah tertutup. Ia membalikan badannya dan melihat jo sedang tersenyum menang. Alan berdiri dan melangkah hendak keluar dari kamarnya sebelum diinterupsi oleh jo.

"lu mau kamana?" tanya jo.

Langkah alan terhenti.

"gue mau ke dapur ambil pisau buat ngebunuh elu bangke...."

"gue cuma becanda kali lan" ucap joe yang tak dihiraukan alan, ia melanjutkan langkahnya dan menghilang dibalik pintu kamar. Dan benerapa menit kemudian alan dah kembali ke kamarnya dengan 2 kaleng softdrink di tangannya. Ia melempar satu ke arah jo. Lalu kembali mengerjakan PR nya dan mengacuhkan joshua.

Hening sebentar, alan masih sibuk dengan PRnya sedang Jo sibuk memperhatilan alan, sebelum dia mulai membuka suara.

"gue masih gak percaya lan, kalau lu ternyata sama kayak gue" ucapnya terhenti ia meminum kembali sisa softdrink di tangannya ia melangkah dan menarik kursi mendekati tempat dimana alan sedang sibuk dengan tugasnya. "gue pikir lu gak pernah pacaran sama cewe karena dilarang pacaran oleh ibumu sebelum lulus sekolah, ternyata karena lu sukanya sama batangam juga, wkwkkk" jo tertawa puas.
Karena kesal diledek, alan menendang kursi yang diduduki jo hingga jo tersungkur ke lantai, bughhh...
Dan bukannya jo meringis kesakitan karena sikunya terbentur lantai malah dia tertawa ngakak.
Jo melihat alan dari belakang, ia berdiri dan memutar kursi yang diduduki alan. Alan memasang muka bertanya karena joshua memasang wajah datar sambil terus melihatnya lalu terpasang muka tampang ribuan pertanyaan. Kali ini joshua agak serius, dan sepertinya alan paham dengan expresi jo, ia sudah cukup lama berteman dengannya. Aaln membalikan badannya. Ia meminum sedikit soft drink yang diambilnya dari kulkas dapur. Alan menghembuskan nafasnya berat, sebelum mulai bercerita.
"aku juga gak tau jo, aku ini beneran gay atau bukan. Awalnya aku hanya kagum sama mas..." alan mengentikan ucapannya karena dipotong sama jo.
"mas bima?"
"ya mas bima, eh kok lu tau" alan memasang tampang terkejut. Jo hanya memgangkat bahunya. Alan memutar mata malas.
"tapi aku baru sadar kalau aku ternyata menyukainya saat dia udah gak ada, dan aku gak pernah menyukai laki-laki lain, apa iya aku ini gay".
"terus, lu suka sama perempuan? ".
Alan menggelengkan kepalanya
"entahlah, aku belom pernah merasakan perasaan seperti yang aku rasakan sama mas bima lagi".
Tiba-tiba kamar menjadi sunyi untuk sesaat.
Jo memutar kursi alan, lagi. Begitu saling berhadapan jo langsung menyipitkan matanya,
"lalu siapa risky" jo masih menyipitkan matanya, meminta penjelasan.
Tiba-tiba alan jadi kesel begitu teringat risky, "dia itu cowok paling menyebalkan didunia jo, lu ingat kan liburan kemaren gue main ke bandung, nah pas pulang gue ketemu sama dia di statiun kiara condong, masa gue di sangka copet ma dia, dia....." alan menceritakan secara detail kejadian mengesalkan dari awal petemuan pertamanya dengan risky.
Saat alan menceritakan pertemuannya dengan risky, jo malah sibuk dengan lamunannya sendiri.
Sebenernya jo, sedikit menaruh curiga sama perlakuan alan sama mas bima, tetangga mereka yang sekarang pindah ke kalimantan setaun yang lalu, jo tau kalau mas bima juga gay, ia pernah menyatakan perasaannya sama mas bima dulu, sebelum mas bima pindah ke kalimantan. Mas bima menolaknya secara halus, karena dia mengatakan kalau hatinya sudah dimiliki orang lain, dan itu yang menjadi alasannya untuk ikut pindah ke kalimantan, sekalian menyusul bapaknya yang sudah pindah ke sana duluan.
Jo makin curiga karena ia sering melihat alan memandangi rumah mas bima. Yang jelas-jelas gak ada penghuninya, sebelum rumah itu ada yang mengontraknya. Dan sekarang kecurigaannya ternyata benar. Kalau alan memang menyukai mas bima. Ia tidak berani menceritakan kalau mas bima sudah memiliki orang lain. Ia takut nanti alan akan kecewa.
Jo sibuk dengan pikirannya sendiri ketika alan menceritakan kejadian pertemuannya dengam alan untuk pertama kalinya di stasiun. Hanya beberapa kalimat yang masuk ke otaknya yang kecil.
Plakkkk.... Sebuah buku mendarat di jidat jo, manyadarkan lamunannya.
"kamprettttttt...." dengus alan. "gue ngomong ampe berbusa lu malah bengong gak dengerin gue".
Jo hanya nyengir kuda sambil mengusap-usap jidatnya yang cenut-cenut.
Jo pulang setelah menerima panggilan telpon ibunya.

***
Risky merapatkan tangannya memeluk tubuhnya sendiri yang kedinginan, sambil sesekali menguap, pagi ini dia dipaksa kakeknya menemaninya lari pagi di alun alun purwokerto, pagi buta tepatnya, dimana sebagian besar penduduk purwokerto masih terlelap dalam hangatnya selimut. Walaupun mengantuk ia tetap berlari-lari kecil mengikuti kakeknya. Sesekali berhenti dan hampir tertidur sambil berdiri, sebelum di kagetkan oleh kakeknya.
"kalo gak niat joging ya gak usah joging" kata itu terdengar familiar di telinga risky, spontan dia terkesiap ngantuk nya mendadak menguap seketika. Walupun itu hanya sekedar gumaman tapi kalau gumaman dari orang yang mulai mengusik hatinya, gumaman itu malah terdengar seperti teriakan.
"alan" batinnya. Ia mengerjapkan matanya, mempercepat langkahnya mengejar orang yang bergumam tadi. Kini langkahnya sejajar dengan alan. Senyumnya mengembang ketika ia melihat wajah alan, bulir-butil keringat yang mengumpul meluncur indah dari pelipis ke pipi alan menambah kesan seksi di mata risky yang lansung membuat senyum di bibirnya semaking mengembang.
Alan yang merasa risih menyeka keringatnya dengan tangan kirinya. Dan semakin risih lagi karena risky gak berhenti memandangnya.
Senyuman yang selalu dia lihat tiap kali ia bertemu dengan risky. Apalagi sekarang dia harus sering-sering bwrtemu dengannya setelah beberapa minggu ini dia mulai satu bangku dengannya, di tambah lagi ia diminta khusus sama wali kelasnya untuk membantunya belajar atas ketertinggalannya pelajaran di kelasnya yang membuat nilai risky kurang bagus.
Alan mempercepat larinya, nafasnya mulai terengah-engah karena sudah sepuluh kali mengitari tepian lapang alun-alun purwokerto, sampai akhirnya dia memutuskan untuk berhenti dan duduk di atas rumput sambil meluruskan kakinya yang mulai terasa pegal, diikuti risky yang baru sampai dengan nafas yang hampir terputus karena mengejarnya. Risky langsung terlentang dengan nafas yang memburu, mengistirahatkan badannya yang serasa mau remuk. Ia bahkan hampir tidak merasakan kakinya saking lelahnya.
"orang kota emang beda ya, baru lari segitu doang dah mau mati" ejeknya puas setelah berhasil ngerjain risky di pagi buta begini. Ia berdiri meninggalka risky yang sudah menyerah dan gak mau tau lagi kemana alan mau pergi, jangan kan untuk bertanya bergerakpun dia udah gak berdaya. Tenaganya benar-benar terkuras habis untuk mengejar-ngejar alan, ia tidak pernah berfikir kalau cowok sekurus alan akan mampu memutari lapangan sampai sepuluh kali. Ia mencoba membuka matanya mencari keberadaan alan, tapi nihil, dia tidak menemukan ke manapun arah matanya melihat. Ia ingin bangkit tpi tenaganya belum kuat, akhirnya ia memutuskan untuk memejamkan matanya lagi. Dan dalam hitungan detik dia benar-benar tertidur lelap.
Alan kembali dengan menenteng air mineral dingin yang ia beli dari indomart deket lapangan ia joging. Ia memanggil risky beberapa kali, tapi yang dipanggilnya tidak merespon sedikitpun.
"risky...." panggilnya sekali lagi. Dan tetap. Tidak ada jawaban. "jangan-jangan dia pingsan gara-gara kelelahan" batinnya. Ia membungkuk mencoba menggoyang-goyangkan badan risky dan memanggil namanya beberapa kali. Kali ini ada respon.
Risky yang merasa tidurnya diganggu memilih memiringkan badannya ke arah kanan. "bentar lagi sih kek, masih ngantuk juga" ucapnya ngelantur.
"sejak kapan w nikah sama nenek lu" dengusnya sambil memukul jidat risky dengan botol air mineral yang di belinya.
"ahhhh...." teriak alan reflek mengusap jidatnya yang cenut-cenut. Matanya mengerjap mengamati sekelilingnya. "dimana ini, kok gak kaya di kamar" ucapnya masih ngelantur sambil terus mengamati sekelilingnya dimana ada pepohonan dengan dahan yang rindang dengan daun yang lebat di depannya, dimana beberapa orang sedang duduk dibawah pohon itu sebagain ada yang sedang berlari-lari kecil ia terus memutar kekiri memperhatikan sekelilingnya dan melihat wajah orang yang sudah menjadi pusat perhatiannya beberapa hari ini. Yang sedang menatapnya dan menyodorkan air mineral. Melihatnya membuat kesadarannya kembali, ia mengingat kalau ia ketiduran setelah berlari mengelilingi lapangan sepuluh putaran. Ia mengambil air mineral dan meminum hampir setengahnya dan sisanya buat cuci muka.
"masih sakit jidatnya?" tanya alan karena risky masih saja mengusap2 keningnya ditempat alan memukulnya dengan botol air mineral. Ahir ahir ini emang sudah jadi kebiasaan alan buat mukul jidat orang dengan botol air mineral kalau lagi kesal.
"masih, nih liat aja ampe benjol gini" ucapnya memelas sambil menatap alan dengan puppy eyes. Dan entah mengapa setiap alan ditatap begitu ada getaran dalam relung hatinya yang membuatnya menyukai risky. Ia menatap risky cukup lama samapi ingatannya kembali dan tersadar kalau ia sedang di tempat umum. Alan memalingkan wajahnya ketika senyuman risky terlihat mulai menggodanya. "eummmm... O iya ris, Tadi aku ketemu kakekmu waktu pergi beli air mineral, kamu ditunggu di tukang bubur depan rita katanya" ucap alan mengalihkan keadaan yang memojokannya.
"owh" sahut risky datar.
Alan bangkit dari duduknya.
"aku duluan ya ris" pamitnya.
"tungggu lan" ucapnya menahan langkah alan sambil berdiri. "kamu pulang pake apa?".
Alan menunjuk ke arah sepedanya yang terparkir tak jauh dari dia berdiri.
"duluan ya"
"ati-ati di jalan, kalau jatuh bangun sendiri" ucap risky setengah berteriak karena alan sudah sedikit jauh, yang di balas alan dengan gelengan kepala.

Bersambung...

Mendadak ilang mud nulis, ilang imajinasi... Gara2 dipaksa kawin ma emak... Klo sempet ya di sambung... Hihihiii

Risky Dan Alan (BXB) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang