Mandi air hangat setelah joging di sore hari adalah pilihan terbaik. Entah kapan di mulainya sekarang risky jadi hobi dengan kegiatan lari-lari kecil di pagi dan sore hari. Sore ini adalah jadwalnya belajar bareng alan, biasanya dia yang datang ke rumah alan, tapi berhubung kakekny sedang ke luar kota. Ia minta alan yang datang ke rumahnya.
Sebenarnya risky bukanlah murid bodo seperti yang ia tunjukan di sekolah barunya, ia hanya malas untuk berfikir dan mengerjakan tugas-tugas sekolah. Kalau ia mau ia yakin bisa jadi peringkat satu, bukan hanya di kelasnya tapi peringkat satu di angkatannya.
Aroma vanila tercium dari aroma sabun yang masih menempel di tubuhnya, sambil bersiul memgalunkan sebuah lagu ia berjalan keluar dari kamar mandi dengan tangan berlapis kan handuk untuk mengeringkan rambutnya, tanpa ia sadari ada orang yang tercengang dengan liur yang hampir menetes menatap badannya yang hanya mengenakan celana kolor saja, buku yang sedang dipegangnya sampai terjatuh dan membuat keduanya sama-sama tersadar. Risky mencari asal suara benda terjatuh dan melihat alan sedang duduk sambil menundukan wajahnya.
"alan" ucapnya sambil menghampiri. "udah lama nungunya?".
"emm" gumamnya masih belum berani menegakkan kepalanya.
"ada yang jatuh?" tanya risky karena alan masih saja menunduk. Ia segera memgambil buku yang terjatuh yang hanya dilihat alan tanpa mengambilnya. Ia mengambil dan memberikannya pada alan. Dengan cepat alan merebut tampa berani menoleh ke arahnya.
"ma ka sih" ucapnya terbata. "cepat pakai bajumu" ucapnya sambil mengibaskan bajunya sendiri, karena ia tiba-tiba merasa gerah. "gak takut masuk angin apa?".
Kadang-kadang mulut sama otak emang gak singkron ya, gimana orang lain akan masuk angin sedangkan ia merasa sekarang sedang kepanasan.
"kamu aja kegerahan gitu, gimana aku masuk angin"
"ya pokoknya kamu pakai baju sekarang" ucapnya ngegas sambil menatap risky. Lalu matanya melotot menatap puting risky yang berwarna merah. Wajahnya memerah, dan langsung mengalihkan pandangannya.
"bukannya kamu bakal semangat ngajarinnya kalau aku gak pake baju kaya gini" ucapnya menggoda alan dengan senyum nakal terbit dadi bibirnya.
Bibir alan hanya komat-kamit tanpa tau harus menjawab apa dengan perkataan risky.
"ah, hari ini aku gak bisa ngajarin kamu, soalnya ibu td minta bantu bikin kue, ah, ya ibu minta bantu bikin kue" ucapnya asal. Ia berdiri hendak melangkahkan kakinya sebelum sebuah pelukan menghentikannya dari belakang.
"bukannya kamu tadi di sekolah bilang hari ini ibumu ikut kampanye anti narkoba sama ayahmu ke kota ya" ucap risky yang membuat skak math alan.
Melihat risky tanpa baju aja udah mempercepat detak jantung alan. Berada dalam pelukannya jantung alan berasa udah jatuh ke tanah.
Karena risky merasa tidak ada penolakan dari alan ketika ia memeluknya ia memutuskan untuk memgatakan perasaan yang selalu ia pendam senjak ia bertemu dengannya.
"aku tau, mungkin menurutmu ini terlalu cepat" ucapnya sambil melepas pelukannya dan memutar badan alan. "aku menyukaimu lan" ia mendekatkan wajahnya dan hampir menempelkan bibirnya pada bibir alan kalau saja alan tidak memalingkan wajahnya. Membuat sedikit kekecewaan di hati risky. Bukan kecewa.karena gagal menciumnya tapi kecewa karena ia tau alan mungkin tidak memiliki perasaan yang sama dengannya. Senyuman getir kini nampak di wajahnya.
"maaf ris" hanya itu yang di ucap alan. Lalu hening. Mereka kembali duduk di sofa, dan sama-sama diam. Dan kini hanya kecanggungan yang menyelimuti ruangan itu.
"emmm, ris". Ucap alan membuka percakapan.
Risky menoleh
"ya"
"kamu udah terlambat ris" ucap alan "disini" lanjutnya sambil. Menujuk ke dadanya sendiri. "udah ada yang mengisinya terlebih dulu" ucapnya lalu menunduk.
Risky mencoba untuk tak menampakan kesedihannya. Ia menghela nafas.
"oh, jadi kamu udah punya pacar" ucapnya sambil memaksakan tersenyum.
Alan menggeleng. Membuat risky sedikit bingung.
"namanya mas bima, aku sudah lama menyukainya, tapi belum sempat aku mengutarakan perasaanku tapi dia malah pindah ke kalimantan, dan sampai sekarang aku belum bisa melupakannya".
"seandainya dia gak pernah kembali apa kamu akan terus menunggunya?" ucap risky. "gak bisakah aku menggantikan posisinya?".
Alan terdiam.
Hening sesaat sebelum suara cacing di perut risky memecah keheningan. Risky tersenyum sambil menggaruk-garuk kepalanya.
Alan pun ikut tersenyum.
"mending sekarang kamu pakai baju terus kita cari makan di luar" ucapnya merasa lega karena tak bisa menjawab perkataan risky. "hari ini belajarnya di tunda.
"siap pak guru" ucapnya sambil mencubit gemas pipi alan.
Alan kini bisa bernafas lega setelah risky masuk ke kamar untuk berpakaian. Ia belum bisa untuk menerima risky masuk ke hatinya karena ia masih memiliki perasaan dan berharap kalau mas bima akan kembali. Walaupan kini sebenarnya hatinya mulai terusik dengan kehadiran risky yang sering mengisi hari-harinya.
*
*
*
Sekararang risky dan alan sedang duduk di salah satu tempat makan di sekitaran gor satria purwokerto.
"kamu yang pesen ya, aku ga tau makanan yang enak disini" ucap risky. "aku samain aja kaya pesenanmu".
"okeeee" ucap alan sambil membolak balik dan memilih menu makan di tangannya.
"mba, nasi ma ayam bakarnya dua ya, sama jus alpukat" ucap alan yang di catat sama pelayan di tempat ia makan. "cah kangkung nya satu sama tahu tempe goreng satu porsi juga. Udah itu aja".
"Saya ulang ya mas, pesanannya. Nasi ayam bakarnya 2 jus alpukatnya 2 cah kangkung 1 tahu tempe goreng 1. Ditunggu ya mas" ucapnya sebelum meninggalkan meja yang di tempati risky dan alan.
Tak berapa lama makanan dan minuman yang alan pesan kini sudah siap di meja makan. Risky menggeser piring tempat cah kangkung agak ketengah dan meminggirkan jus alpukatnya agar lebih mereka lebih mudah mengambilnya, lalu mulai memakannya.
"o iya lan. Aku yakin yang kelak jadi pasangan kamu pasti bahagia banget" komentar risky.
"kok kamu seyakin itu" sahut alan sambil mengaduk jus alpukatnya agar susu coklatnya lebih tercampur.
"ya gimana gak yakin. Belum pacaran aja kamu udah begitu setia menunggu orang yang kamu sukai, apalagi kalo sudah ada ikatan" ucap risky di ahiri senyuman. Kini ia benar-benar yakin dengan pilihan hatinya. Ia sungguh menginginkan alan. "tidak bisakah..." ucapan risky terhenti karena tatapan tidak suka alan. Akan perkataan yang bahkan belum ia selesai ucapkan.
"ya ya ya, aku gak bakal ngomonging itu lagi"
Lalu senyum termanis terbit dari bibir alan.
Alan menyesap jus alpukatnya.
Risky mengambil tisu.
"liat kesini" ucapnya.
Alan yang sedang menunduk dan siap menyuapkan nasi kemulutnya, mendadak mendongak.
"kamu kayak anak kecil aja, minum jus aja ampe belepotan gini" ucap risky sambil menyeka jus yang menempel di atas bibir alan. Mata mereka kini bertemu tatap. Getaran halus berdesir di hati alan. Tak mau berlama-lama dalam posisi begitu, alan langsung merebut tisu yang dipakai risky untuk menyeka bibirnya.
"aku sendiri ajah". Ucapnya sambil memutus tatapan mereka. Lalu menyeka bibirnya.
"ya" balas risky menahan kikuk.
Lalu mereka kembali meneruskan makannya.
*
*
*
Saat tiba mengantar alan pulang, mendadak hujan turun dengan derasnya.
Karena pakaiannya udah terlanjur basah kuyup, riaky berniat untuk langsung pulang.
"sebaiknya kamu mampir dulu ke dalam" ucap alan.
"aku langsung pulang aja lah".
"yakin mau langsung pulang, gak nginep disini aja".
Mendengar ucapan alan, binar kebahagiaan muncul di mata risky, ia berfikir kalau alan sedang menggodanya. Lalu senyum mesum terbit di bibirnya, yang membuat alan menyesali ucapannya.
"hmmmm... Jangan senyum seperti itu. Dasar otak mesum" ucap alan sambil mencebikan bibirnya. "aku cuma gak mau kamu sakit. Dan juga bukannya kamu gak suka tidur sendirian di rumah" ucapnya sebelum meninggalkan risky yang mulainturun dari atas motornya dan mengekorinya.
Ya risky pernah cerita di sela-sela belajar barengnya kalau ia tidak suka kalau tidur di rumah sendirian. Karena kedua orangtuanya sibuk kerja.
Setelah mengganti pakaian nya yang basah mereka langsung berbaring di tempat tidur alan. Lalu hening, mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Jangankan untuk tidur, ngantuk aja enggak. Mereka tiduran saling membelakangi. Memcoba memejamkan matanya memaksa dirinya untuk tidur. Tapi tetap saja tak bisa.
"risss" panggil alan tanpa merubah posisinya. "udah tidur?"
"kenapa lan" sahutnya.
"kok aku gak ngantuk ya" ucap alan lagi.
"sama".
Alan membalikan badannya. Begitu juga dengan risky, ia juga membalikkan badannya karena merasakan ada gerakan dari belakangnya. Kini mereka saling berhadapan terpisah oleh guling yang sengaja alan letakan di tengah-tengah mereka berdua.
"karena kita sama-sama gak bisa tidur, gimana kalau kita..." ucap alan menggantungkan perkataannya membuat risky jadi penasaran. Risky menelan ludah karena alan mendadak mendekat ke arahnya, risky menelan ludah lagi, kini wajah mereka hanya berjarak beberapa centi lagi dan pikiran risky sudah berfikiran macam-macap. Entah sudah berapa kali ia menelan ludahnya sampai-sampai kini mulutnya terasa kering. Sebelum bibirnya meng-aduh karena ujung buku mendarat di keningnya.
"dari pada otaknya buat mikir yang enggak-enggak mending buat mikir jawaban soal latian matematika yang udah aku buat" ucapnya sambil bangun dari tempat tidurnya meninggalkan risky yang masih mengusap-usap keningnya.
Dengan ogah-ogahan risky turun dari kasur dan duduk di kursi sebelah alan.
Alan mengambil lembar soal yang ia selipkan di bukunya.
"coba kerjakan tiga soal ini" ucap alan. "aku mau ambil minum di dapur, kayaknya kamu kehausan". Ucapnya sambil tersenyum penuh ejekan atas ulah menggoda nya.
"tunggu" ucap risky menghentikan langkah alan. "kalau kamu kembali ke kamar dan aku bisa menyelesaikan semua soal ini dengan benar, mau kah kamu melupakan mas bima dan jadi pacarku untuk malam ini".
Tanpa pikir panjang, alan mengangguk dan mengiyakan, karena ia berfikir kalau risky gak mungkin bisa menjawab semua soal yang ia buat. Jangankan semua soal, satu aja dia bisa jawab benar ia juga pasti akan menyetujui permintaannya, pikir alan saat itu. Ia meremehkannya tanpa mengetahui kemampuan risky yang sebenarnya.
"deal, tapi kalau satu aja jawaban kamu salah, kamu tidur disana" ucapnya sambil menunjuk ke arah sofa.
"deal" balas risky tanpa ragu. Sebelum ia mulai menyelesaikan satu demi satu soal yang di kasih alan.
Alan sengaja memperlambat langkahnya ke dapur. Memberi waktu tambahan buat risky. Setibanya di dapur ia mengambil gelas dan botol yang berisi air putih lalu kembali ke kamarnya.
Saat ia melangkah masuk dan membuka pintu ia tidak melihat risky di meja belajarnya, ia lalu memutar pandangannya dan mendapati risky sedang duduk bersandar di tempat tidur alan dengan senyum semringah. Yang dibalas senyum mengejek dari alan. Sebelum berubah jadi senyum kecut karena mendapati semua jawaban yang dibuat alan. Dari semua soal yang ia buat, isinya benar semua. Ia menatap alan yang sedang tersenyum penuh kemenangan. Ia menyesal telah meremehkan isi otak risky.
Risky menepuk-nepuk sisi kasur di sebelahnya. Meminta alan supaya mendekat.
Alan gelagapan.
Ia langsung menyambar botol minuman yang ia ambil dari dapur, dan meminum isinya. Seoalah sekarang dialah yang kehausan.
"eh malah aku minum sendiri. Aku ambil lagi ya minumnya". Elaknya
Risky menggeleng dan kembali menepuk-nepuk sisi kasur di sebelahnya.
"emmm, kayaknya aku pengen buang air kecil, aku ke toilet dulu ya" ucapnya mengulur-ulur waktu.
Risky tetap menggelengkan kepalanya, ia tau alan hanya membuat alasan untuk kabur dan lari dari janjinya.
"kamu gak perlu sampai membersihkan daerah 'itu', karena aku gak berniat sampai sejauh itu" ucap risky menggodanya. "tapi kalau kamu mau berbuat itu, ya aku sih gak keberatan" ucap risky yang membuat mata alan melotot ngeri, dan hampir lepas dari sarangnya. Dan menyesali alasan yang ia buat-buat untuk kabur malah membuat risky berkata seperti itu.
Sial umpat alan. Kenapa disini jadi seolah aku yang mesum.
Dan untuk ke tiga kalinya risky masih menepuk-nepuk sisi kasur disebelahnya. Tapi alan maaih tidak beranjak juga dari tempatnya, ia hanya mengoyang-ngoyangkan badannya layaknya anak kecil yang katahuan sama ayahnya berbuat salah tapi tidak dimarahin ayahnya. Membuat alan terlihat begitu menggemaskan di mata risky.
"jadi kamu mau aku gendong, biar sedikit lebih romantis" ucap risky sambil mencoba bangun dari kasur.
Mendengar perkataan risky membuat alan mengambil seribu langkah dan langsung ngacir dan masuk ke selimut di atas kasur sebelah risky. Berbaring dengan menutup seluruh tubuhnya dengan selimut sambil membelakangi risky. Membuat risky terkekeh senang. Dan ikut berbaring di belakang alan.
"sesuai perjanjian kita tadi. Malam ini kita pacaran kan?"
"emm" balas alan berdehem.
"kamu gak mau kasih goodnight kiss gitu, sama pacar kamu" ucap risky menggoda.
Dan secepat kilat alan membuka selimutnya dan mengecup pipi kiri risky lalu kembali menyelimuti wajahnya. Wajahnya kini benar-benar memerah dan badannya terasa memanas, tapi ia enggan untuk membuka selimut.
"yang kanan belum".
Kali ini alan membuka sedikit swlimutnya, mengintip untuk mengetahui posisi pipi kanan risky. Karena sebelumnya ia hanya asal mengecup tanpa melihat pipi mana yang ia kecup. Ia takut mengecup di tempat yang sama dan diminta mengulang lagi.
Setelah yakin tahu posiai pipi kanan risky dengan cepat alan mwndaratkan bibirnya ke pipi kanan risky kalau saja risky tidak memalingkan wajahnya, sehingga bibirnya kini mendarat tepat di bibir risky.
Kok kenyal
Kok gerak
Kok manis
Pikir alan tanpa melepas bibirnya yang salah mendarat tanpa sepengetahuannya. Ia membuka matanya dan terkejut mendapati matanya kini sejajar dan bibirnya mendarat di bibir risky. Saat alan melepas bibirnya dari bibir risky, risky malah maju dan melumat bibir alan, dan bukannya alan menolak ia malah seolah menikmati lumatan lembut yang di terimanya walaupun tanpa membalasnya. Seolah mendapat lampu hijau, risky mencoba mencium lebih dalam, memagut dan menggigit kecil bibir alan, sampai lenguhan pelan tanpa sadar keluar dari bibir alan.
Risky terus saja melumat memagut dan menciumi bibir alan yang terasa seperti candu baginya. Ia tak ingin berhenti, ia benar-benar menginginkan alan. Tapi saat ia hendak memasukan lidahnya kedalam mulut alan. Tiba-tiba alan menarik wajahnya dan kembali membelakanginya dan membenamkan wajahnya ke dalam selimut. Alam menekan dadanya berusaha menutupi debaran jantungnya agar tidak terdengar oleh risky. Walaupan sedikit kecewa risky masih tetap bahagia. Ia menelusupkan tangannya kananya ke bawah pingang alan dan memeluknya, ia mencium rambut belakang kepala alan, dan berbisik "makasih lan. Untuk mau jadi pacarku malam ini" sebelum terlelap dalam pelukannya. Sikap lembuy risky benar-benar membuat alan semakin menyukainya walaupun belum sebesar perasaannya untuk mas bima.Bersambung
Bisa update jga. Karena tiap hari ada notif dari cerita ini. Jd muncul Ide lagi. Ini sekali ketik klo typo bertebaran harap disambung2in aja ya. Itu klo ada yang baca.... Hihihiii
KAMU SEDANG MEMBACA
Risky Dan Alan (BXB)
RomanceIni cerita tentang percintaan remaja gay biseks dan sejenisnya. 13+