-dua-

67 13 3
                                    

Mobil sampai di depan villa yang mereka sewa untuk beberapa hari ke depan. Nggak butuh lama untuk mereka mengambil dan menurunkan barang bawaan mereka.

Tempat yang mereka sewa letaknya nggak jauh dari pantai. Kelihatannya pun enak ditinggali. Harganya juga terjangkau. Cocok lah dengan kondisi dompet mereka.

“Mata lo cakep juga Ong, bisa nemu tempat sebagus ini,” puji Minhyun.

“Orangnya cakep, masa matanya nggak cakep,” ujar Seongwu percaya diri.

“Idih..” kelima insan lainnya pun segera melayangkan tatapan najis-pede-amat-lo mereka dan berlalu menuju ke dalam villa.

Mereka masuk ke dalam villa, dan ya, tempatnya emang rapi dan bersih. Kalau tanya mereka dapat kunci darimana, sebelumnya Seongwu sudah mendapatkannya waktu menghubungi pemilik villa.

Daniel menggeletakkan tubuhnya di sofa ruang tengah. Di susul Jaehwan yang ndusel ingin ikutan rebahan. Sementara yang lainnya sibuk mengobservasi ruangan tersebut.

Isinya nggak muluk-muluk. Ruangan itu terdiri dari sebuah meja, dua buah sofa, rak-rak serbaguna, sebuah meja yang ada televisi dan kawan-kawannya, dan terpampang sebuah lukisan besar yang menurut Hyunbin sangat bagus─

“Heavenly blue,” gumam Jonghyun.

“Ha, hah? Apa bang?” tanya Hyunbin.

“Hng? Gapapa. Mending beresin barang-barang lo deh, bin,” jawab Jonghyun sambil berlalu.

---

Hyunbin menuruti perkataan Jonghyun untuk beres-beres barang. Rencananya kamar ini bakal ditempati 3 orang : Seongwu, Daniel, dan Hyunbin.

Awalnya sih bukan Hyunbin tapi Jaehwan. Tapi demi menjaga ketenangan agar tidak mengundang keresahan warga, ditukarlah yang terhormat dengan Hyunbin. Padahal mereka sudah tahu, ujung-ujungnya bakal sama saja.

“Anjir lah, bang Daniel sama Bang Seongwu kemproh banget,” keluh Hyunbin.

Gimana nggak? Baru sampai barang-barang mereka sudah melayang di sana-sini. Sebagai adik yang baik, mau nggak mau Hyunbin yang mengumpulkan barang mereka.

Kenapa nggak dirapikan sekalian? Dih, ogah. Kalau dirapikan sekalian, bisa-bisa Hyunbin tertindas harus merapikan barang mereka terus-menerus. Seraya bersenandung, Hyunbin melanjutkan aktivitasnya.




----




Dia menatapnya dari kejauhan. Perlahan dia yakin. Pasti. Matanya tak pernah salah. Dia sangat sangat sangat yakin. Dia–









heavenly blue +hyunbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang