Caper 4

30 2 0
                                    

Entah sejak kapan saat bersama gadis itu gibran merasa hidupnya lebih bermakna,senyum cerianya bak mentari pagi,saat bersamanya gibran dapat tertawa lepas meninggalkan beban yang ada

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Entah sejak kapan saat bersama gadis itu gibran merasa hidupnya lebih bermakna,senyum cerianya bak mentari pagi,saat bersamanya gibran dapat tertawa lepas meninggalkan beban yang ada.
Sejak gibran berusia 10 tahun ia hanya tinggal bersama sang kakak Andriana yang berumur 15 tahun dan sang aduk yang berusia 3 bulan saat itu kedua orang tuanya bercerai dan sibuk dengan pekerjaan masing masing, sang ibu yang sekarang berada di Amerika dan sang ayah yang berada di Canada keduanya tengah sibuk dengan pekerjaan mereka masing masing tanpa memedulikan sang anak.

Dan sekarang Andriana menginjak umur 23 tahun dan bekerja sebagai disainer, mungkin karna itu gibran menjadi dingin tapi sang kakak terus mencurahkan kasih sanyang kepada sang adik.

Ting tong....

gibran langsung turun dari lantai 2 rumah "gibran? Kamu belum tidur? Nald udah tidur kan? Kakak kira kamu udah tidur, yuk makan kakak bawain makanan nih" ucap sang kakak sambil menyodorkan kantung berisi makanan itu," iya kak nald udah tidur tadi sama bi jum, Nggak,kakak gibran udah makan tadi, tugas numpuk mau ngerjain tugas dulu" ucap gibran sambil berjalan menaiki anak tangga,"bran, gimana sekolah kamu? Sukak ngak"Tanya ana, gibran memutar balik badannya menggadap ke arah ana," hm,..suka kok" jawab gibran "yaudah gih sana kerjain tugasnya jangan tidur malem malem ya" ucap sang kakak,dan gibran hanya mengangguk menurutnya kakaknya seseorang yang sangat ia sayangi melebihi sang ibu, kakaknya lah yang mencukupi kebutuhannya memberikannya kasih sayang layaknya seorang ibu.

Lekas ana menuju kamar nald adik bungsunya yg berusia 5 tahun.

Tetapi akhir akhir ini ana lebih sering pulang malam karena banyak peragaan busana dan kegiatannya sebagai disainer frofesional yang membuatnya jarang memiliki waktu bersama kedua adiknya, sesekali ana menelefon gibran dan bi jum untuk mendapati keadaan adik adiknya.

Pagi ini matahari bersinar cerah, secerah senyum Athaya, gadis berrambut coklat itu kini tengah berjalan bersama laras, "eh lo kenapa sih bahagia amat" tanya laras penasran karena sedari tadi taya berjalan sambil tersenyum." Ngak ada apa apa sih,heheh lagi bahagia aja " jawab taya sambil tersenyum.

✩✩✩

"Pagi anak anak, ibu akan mengumumkan sesuatu bahwa akan ada 3 murit perpindahan dari sekolah lain, silahkan masuk" perintah dari ibu ida itu mereka turuti muncullah tiga sosok remaja satu remaja perempuan dan sisanya laki laki, taya benar benar di buat kaget dengan kedatangan laki laki itu laki laki yang berdiri di samping gadis berrambut hitam lutus,"baiklah ayo perkenalkan nama kalian" satu prsatu dari mereka mulai memoerkenalkan diri " Nama gue putra dirgantara,Nama gue Della ayunda ,dan nama gue Ardhi bramansatyo, kami pindahan dari SMA Tunasbangsa".

"Itu ardhi tay"ucap bintang dengan memasang wajah kawatir,"tay lo ngak papa kan?"tanya laras yang kawatir taya menanggis, sebenarnya ia tau bahwa saat ini taya tengah menahan tangisnya,"udah tay anggep aja dia gak ada"ucap risa sambil mengelus pundah taya.

nama terakhir itu benar benar nama yang sangat taya benci, dengan lekat ia melihat lelaki itu namun lelaki itu belum saja sadar akan tatapan dari taya.

Sedangkan dari kejauhan gibran memperhatikan taya dengan binggung kenapa taya tampak berkaca kaca.

Dan setelah itu mereka bertiga berjalan menuju bangku yang masuh kosong della yang sekarang tengah duduk dengan amanda serta ardhi dan putra yang duduk sebangku.

Pelajaran berlangsung dengan taya yang menahan sesak di dada dan isi kepala gibran yang di penuhi tanda tanya akan taya.

Kring.....

Bel istirahat berbunyi tanpa pikir panjang taya langung berlari ke luar kelas,berlari tanpa tujuan namun suatu tangan berhasil menghentikan langkahnya, sontak taya terdiam mencoba membalikan badannya menatap seseorang itu.

Deg

Bagai luka basah tersayat, taya hanya bisa memandang pria itu dengan tatapan kalut "siapa kamu?, mau apa kamu, aku mau sendiri jangan gangu aku!" Ucap taya dengan meninggikan suaranya.

Tanpa basa basi pria itu langsung memeluk taya, sontak taya langsung membeku diam di tempat. "Maafin gue ta, gue emang jahat ninggalin lo kaya gitu aja, gue cuma lagi khilaf ta" ucap ardhi ya pria itu adalah ardhi, sura isak tangis mulai terdengar,taya memberontak melepaskan dirinya.

"Seenaknya lo bilang lo khilaf cowo macam apa lo?" Taya benar benar kalut saat ini perasaannya mulai terbawa amarah mencurahkan segalanya yang telah ia pendam selama tiga tahun ini. "Gue minta maaf ta" kali ini ardhi tapak meminta, "Maaf gue mahal, sorry mulai sekarang lo jauhin gue atau lo gak bakalan tenang" kali ini taya benar benar tegas akan perkataannya. Ardhi haya dapat mematung mendengarnya lalu mengangguk.

Dengan cepat taya pergi meninggalkan pria itu.Yang sedang berdiri dengan penyesalan yang teramat.

Dari kejauhan nampak seorang pria tengah berdiri sambil memasukkan tangannya ke kantong celana abu abunya.

★★★★★★★★

Senja itu, menampilkan kilau ke emasannya yang mulai memudar angin musim panas mulai menyapu helai helai rambut seorang gadis bermata coklat itu yang tengah menunggu angkutan umum, sesekali ia melirik ke arah arloji berwarna pich yang melingkah indah di tangannya.

Deru suara motor menggema di telingannya, taya melirik ke arah samping melihat seorang pria dengan motor merah kesayangannya itu tengah menuju ke arahnya dan berhenti tepat di depannya, " Ta ayo naik" ucap gibran yang tengah menyodorkan helm pada taya sedangka taya yang masih kesal akan kejadian tadi menjadi tambah kesal karena gibran.

" Mau ke mana? Gue cape bran mau pulang" jelas taya dengan masih menahan emosinya, " lo mau gue ganguin terus apa naik?" Akhirnya taya memutuskan untuk menurut saja permintaan gibran dari pada ia semakin naik pitam. "Good girls" ucap gibran dan langsung melajukan motornya membelah senja.

Setelah lebih dari 30 menit berjalan akhirnya gibran memberhentikan motornya menenggok sedikit ke arah belakang menatap taya yang menyendarkan kepalanya di pundak lebarnya.

"Ta.. ta bangun ta" ucap gibran dengan nada lembut, taya mulai membuka mata coklatnya dan merenggakngkan dekapannya dari jaket gibran.

"Eghh.. di mana sih nih bran?" Ucap taya yang masih mengumpulkan kesadarannya.

"Ta coba buka deh matanya, kita lagi ada di......


Oke gays jangan lupa tinggalkan jekak ya no sider.

Kadang yang indah ada di awal dan yang paling menyakit berada di akhir agar kita bisa menghargai perjuangan dalam mencapai kebahagia .

~Athaya jingga lavanya

~iva



ATHAYAA.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang