caper 5

33 1 0
                                    


























~just a friend to you.

Senja itu kembali membuka kenangan sendu masalaluku,kemudian di datang menoreh luka yang masih belum sempenuhnya kering ini.

~Athaya jingga lavanya

.
.
.
.
.


"Ta coba buka deh matanya kita lagi ada di pantai nih" dengan perlahan taya membuka matanya menampilkan sepasang bola mata coklat yang terlihat sangat memancar, seuntas tarikan muncul menghias wajah mungilnya, gibran yang melihat itu mengulum senyum.

"Bran ini..ini..in..",belum seampat taya melanjutkan ucapannya gibran memotong ucapannya terlebih dahulu " indah?"ucap gibran,taya mengganguk antusias "warna jingga bran,gue suka warna jingganya" ucap taya sambil berjalan ke arah tepi pantai, memandang surya yang mulai bersembunyi dan menyampaikan salam perpisahan.

"Ta, balik yuk udah sore nih" gibran kini tengah berdiri menghadap kearah taya yang masih setia dengan menatap lurus depan.Senyum itu senyum yang menurut gibran adalah senyum yang berharga.

"Yah bran, gue belum mau pulang nih masih mau liat sunsetnya" ucap taya sambil mengembungkan pipinya,meliahat sikap taya yang mengemaskan gibran mulai mengacak rambutnya," udah ah udah sore nanti lo di marahin mama lo" ucap gibran sambil menarik lembut pergelangan taya.

※※※※※※※※※※※※※※※※

Tepat di depan rumah minimalis berwarna coklat taya turun dari motor kesayangan gibran itu,"bran makasih banget ya lo udah balikin mood gue lagi, gue seneng,seneng banget makasih untuk hari ini" ucap taya dengan binar mata yang mempesona tak henti gibran mengulum senyum, "iya ta,sama sama gue balik dulu ya bye" taya mengangguk, gibran mulai memacu motor merahnya itu membelah sunyi malam kali ini, "Gibran" lirih taya sambil tersenyum malu.

Kringgg....kringg....

"Gibran bangun sayang, gibran bangun udah siang ini tau mau bunda paksa nih" suara wanita paruh baya itu membangunkan sang panrgeran tidur itu, "iya bun 5 menit lagi masih ngumpulin nyawa nih" ucap gibran yang masih tetikat dengan gravitasi kasurnya yang sangat kuat,"Gibran bunda siram air ini, bangun"wanita itu tak habis akal untuk membangunkan anak sulungnya itu.

"Iya bun nih udah bangun nih loh" dengan sangat terpaksa gibran bangun dan menuju kamar mandinya.

"Abang iblan,cini duyu" Grenald anggabayu adalah adik gibran yang berusia 5 tahun, "uwe punya ini nih oklat yo punya ga?" ucap nald yang menunjuk roti dengan selai coklat yang berada di tangannya," heh bocah masih kecil ngomong gue elo balajar dari mana kamu anak kecil?" tanya gibran dengan posisi kedua tangan di pingang.

"Bicik" ucap nald denga tangan telujuk yang berada di bibir mungilnya dengan gemas gibran mencubit pipi gembal nald.

"Abang anter nald ya ke sekolah ya bunda harus berangkat sekarang nih" gibran hanya mengangguk dan berdiri "gibran bawa mobil ya bun kasian nald kalo naik motor, yuk nald berangkat" gibran berjalan meneteng tas kencil adiknya.

.
.
.

"Ris kayanya gue gak bisa ikut pelajaran pertama deh" risa menoleh "kenapa ta? Waduh jahat lo ya gue di tinggal duduk sendirian" taya mendengus geli mendengarnya, "ya ampun ris cuma 3 jam gue pergi gak nyampe sehari, lebay lo, lagian gue di suruh pak ilham buat bimbing adek kelas yang mau olim fisika" jelas taya panjang lebar, risa mengangguk menggerti.
.
.
.

"Risa" panggil seseorang yang di panggil menoleh ke arah sumber suara

" Taya mana? Gak masuk?"
" Masuk kok bran, cuma lagi di suruh pak ilham buat jadi tutor olim" gibran mengangguk mengerti

"Maaf sudah menunggu lama, Taya, Ardan bapak minta tolong kalian ya untuk menjadi tutuor adik kelas kalian yang akan ikut lomba olimpiade matematika dan fisika, taya kamu bantu Vino siwa XI IPA 1, Ardan kamu bantu Syfa siswa XI IPA 1 bapak mohon bimbingannnya ya, bapak percayakan pada kalian" setelah panjang lebar menjelaskan taya dan ardan menggangguk paham.

"Ta tadi kata pak ardan kita bisa mulai tutornya mulai besok kita tentuin di perpustakaan aja ya" terang ardan memulai percakapan.

" okey gue tunggu di perpus, gue balik ke kelas dulu ya dhan, bye" taya berlalu dengan melabai ke arah ardan.

✩✩✩

"Taya" panggil bu ida

"Iya bu ada apa?" Tanya taya dengan sopan " taya kamu tolong bantu saya untuk tutor olimpiade sekarang" jelas bu ida. "lah bu kata pak ilham besok bukan hari ini?"

" Iya tapi saya majuin mulai hari ini makin cepat makin bagus kan" jelas bu ida, dan akhirnya taya mengangguk dan berjalan menuju perpustakaan,"baik bu" jelas taya sambil mengangguk paham, bu ida tersenyum dan berlalu berjalan di depan taya dan taya mengekor di belakang bu ida menuju peroustakaan.
.
.
.

Kring.....

Jam menunjukan waktu pulang sudah sedari tadi gibran tak melihat taya, entah dimana gadis itu berada sekarang yang ia lihat hanya tas merah maroon kesayangannya.

Setelah puas berkeliling sekolah akhirnya gibran menemukan seseorang yang dia cari, buru buru gibran menghampiri taya yang berada di depan perpustakaan.

"Taya" panggilnya, gadis itu menoleh sambil tersenyum manis.
"Ta dari mana aja? Kok lo gak masuk kelas dari tadi?" Tanya gibran
"Tadi gue di suruh ngelatih tutor buat olim" jelasnya, gibran mengangguk mengerti, "udah yuk cepet ikut gue"ajaknya dengan menarik lembut lengan taya. "Ehh tas gue masih di kelas gue ke kelas dulu lo tunggu di perkiran aja" gibran mengangguk mengerti dan berjalan menuju parkiran sedangkan taya menuju je kelas menganbil tasnya.

.
.
.
.

Gibran berdiri di dekat mobilnya sambil menunggu taya datang dan akhirnya gadis itu datang dengan tas merah di punggungnya.

"Ayo naik nanti keburu kesorean" ucapnya sambil membuka pintu mobil.
Taya mengangguk masuk kedalam mobil Terios milik gibran.

"Bran, kita mau ke mana" ucap taya yang memecah keheningan gibran yang tengah fokus menyetir menoleh ke arah gadis itu sambil tersenyum
"Udah tidur aja dulu"ucapnya lebut
" lo mau nyulik gue ya" tuduh taya asal gibran yang melihatnya terkekeh pelan "nggak, gue gak bakal nyulik lo udah mending lo tidur sekarang" ucapnya sekali lagi dengan senyuman yang belum juga hilang. "Tapi gue belum izin sama mama gue"

"Udah tenang aja gue dah izin sama mama lo sekarang mending lo tidur" ucapnya dengan mendorong kepala taya lembut agar bersandar ke jok mobilnya, taya benar benar tak bisa mengontrol detak jantungnya saat ini dan gadis itu hanya bisa berharap gibran tak mendengar jantungnya yang sedang maraton itu.

Gibran tersenyum saat mengetahui gadis di sampingnya ini tengah tertidur wajah polos taya benar benar membut garis di wajah gibran tak kunjung pudar gibran hampir saja tak fokus menyetir di buatnya karena terlu lama memandang wajah gadis itu.


Hay reads maaf nih jarang update dan maaf ya klo ada yg taypo soalnya ku jg baru belajar nih , apakah kejutan dari gibran ?? Kita tunggu up cheper yg jgn lupa tinggalkan jejak gays lainnya.

~ivaa

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 07, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ATHAYAA.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang