Rapuh

1.2K 90 17
                                    

Ngga lagi-lagi deh ah pura-pura ngambek.

Seram.

Setelah antar Ica ke rumah, gue langsung pulang dan benar-benar ngerjain tugas yang deadline hari ini.

Gue begadang, berjuang sampai akhir. Walaupun sesekali nggak fokus karena Ica nggak balas-balas chat gue dari kemarin.

Bel istirahat bunyi, gue langsung nyamperin Ica ke kelasnya.

"Ica nggak masuk, Kak," kata Freya -teman sebangku Ica.

"Kenapa? Izin, alfa atau?"

"Sakit, Kak."

"Oke makasih, Frey."

Gue langsung lari terbirit-birit ke kelas, ngambil handphone dan telepon Ica.

Nggak diangkat.

Ica kamu kenapa?

Gue nggak bisa tenang. Gue langsung cabut pulang sebelum istirahat selesai.

Di jalan mau ke parkiran, gue ketemu Tristan, "Mau ke mana lo, Jul?" tanya Tristan, dia teman sebangku gue.

"Bilang ke pak Gusto, gue izin pulang ada urusan penting yang mendadak. Thanks, Tris!" gue nepuk bahu Tristan dan langsung pergi tanpa mau dengar jawaban Tristan.

Dengan kecepatan penuh, akhirnya gue sampai di rumah Ica.

Seperti biasa, yang bukain pintu, bi Lena. "Eh mas Ijul."

"Ica sakit, Bi?"

"Iya non Ica sakit. Tapi sebenarnya bibi nggak boleh ngasih tahu mas Ijul."

"Makasih bi, udah dikasih tahu." gue langsung nyelonong masuk. Naik ke kamar Ica.

Gue mengetuk pintu kamarnya.

"Masuk, Bi."

Dia ngiranya gue bi Lena. Nggak apa-apa, yang penting boleh masuk.

"Sayang, kamu kenapa?"

"Julian? Kamu ngapain ke sini?"

"Liat kamu lah, ngapain lagi." gue mendekat. Duduk di samping Ica yang lagi berbaring lesu.

"Kenapa nggak balas chat aku?"

"Kamu kan pasti sibuk ngerjain tugas."

"Uuuuuu tayank. Kenapa bisa sakit? Perasaan kemarin baik-baik aja."

Ica menghela napasnya, "Nggak tahu, tiba-tiba nggak enak badan. Pegal-pegal."

"Mana yang pegal? Sini aku urutin."

"Kaki aku pegal banget."

Gue urut kaki Ica, sesekali dia meringis.

"Kamu kayak papa aku, Jul. Dulu, papa aku juga suka ngurutin kaki aku kalau lagi pegal gini."

Papanya Ica udah meninggal. Mamanya sibuk banget dengan pekerjaan.

"Mana lagi yang pegal anakku?"

Ica ketawa, gue sangat paham. Dibalik keceriaannya, dia itu rapuh.

"Julian. I love you."

Cinta Pertama JulianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang