[Sembilan]

60 27 9
                                    

Deruman motor besar berwarna putih itu berhenti didepan pagar tinggi bercat hitam. Cowok bertubuh atletis itu membuka helm nya dan menampakan sosok berwajah tegas dan tampan dengan rambut kecoklatan. Hari ini Axel mengenakan kaos putih polos dibalut jaket jeans berwarna dongker serta celana jeans biru selutut.

Ia menekan bel yang berada dipinggir tembok pagar itu. Tak lama muncul seorang wanita paruh baya, dan tersenyum ramah padanya.

"Allisha ada bi?" Tanya Axel langsung.

"Ada didalam, ayo masuk.." Bi Lani mengangguk sopan pada tamu nya, dan mereka beriringan masuk ke dalam.

"Eh.. Si ganteeng!" Seru Maya, ibunda Allisha yang terlihat senang saat Axel berkunjung.

"Tante.." Axel mencium telapak tangan seorang ibu yang sudah ia kenal dekat sejak masa SD nya.

"Tumben mampir? Cari Allisha ya?" Seolah paham dengan kedatangan Axel, Maya langsung menanyakan hal itu.

"Iya tante, sebelum nya saya minta maaf ya. Soal.."

"Iya nak, tenang aja tante udah tau kok hehe.. lagipula kamu pasti gak fokus kan waktu nolong teman kamu itu?"

Axel hanya bergumam tak enak ternyata Allisha telah menceritakan kejadian semalam, dan ia merasa sangat bersalah ditambah lagi ibu nya sangat ramah menyambut permintaan maafnya.

"Iyaudah santai aja ah! Kaya baru kenal aja! Haha, yasudah kamu mau ketemu dia?" Maya menepuk pelan lengan Axel.

"Hmm, iya tante. Allisha nya mana ya?"

"Tadi sih lagi tidur waktu tante bawaain dia sarapan, mungkin sekarang dia lagi istirahat kali. Kamu susul aja gih ke kamar nya. Tapi kalau dia lagi tidur jangan di ganggu yaa.. " Ujar Maya penuh kelembutan.

Axel hanya mengangguk lalu ia pamit untuk menemui Allisha, baru kali ini ia mendengar bahwa Allisha sedang beristirahat di sabtu pagi. Biasa nya cewek itu tidak pernah betah untuk diam dikamar, ia akan mengajak siapa saja yang ia kenal untuk pergi menghabiskan waktu weekend nya, atau juga memaksa Axel untuk mengadakan extrakulikuler jurnal walau hanya untuk membuat mading.

Tepat didepan pintu bercat putih susu, ia mengetukan jari nya. Namun masih tidak ada jawaban dari dalam, dengan perlahan ia membuka knop pintu itu dan menyelinap masuk. Bersamaan dengan tatapan nya yang langsung tertuju pada sosok perempuan sedang terduduk diatas ranjang nya dan menyandarkan kepala dan tubuhnya ke jendela yang berdempetan dengan tempat tidur. Mata Allisha terfokus pada jendela dan pemandangan luar dari atas. Pantas saja ia tidak menghiraukan panggilan Axel rupanya telinga cewek bertubuh mungil itu tersumpal oleh earphone.

Axel berjalan mendekat. Karena merasa ada seseorang didekatnya Allisha menoleh dan terkejut mendapati Axel berdiri disisi ranjang nya dengan wajah datar dan tatapan tak terbaca. Dengan segera ia melepas kedua earphone nya.

"Eh, hai kak.. Sudah dari tadi?" Sapa Allisha yang masih terkejut namun Allisha tetap masih tersenyum ramah.

"Maaf ya." Ujar Axel menghela napas dengan berat.

"Hah? " Allisha mengernyit, sesungguh nya memang ia tidak sadar maksud kedatangan Axel.

"Maaf, semalam udah ninggalin. Gw gak bermaksud― "

"Yaampun kaak, kirain kenapa.. Haha santai aja kak, gak masalah kok. Lagian kakak emang harus ngurus dia dulu kemarin, mana mungkin lagi sempat mikirin aku, hehe.." Allisha terkekeh menutupi perasaan sesengguh nya.

Dari perkataan Allisha yang terakhir, membuat jantung Axel berpacu lebih cepat. Rasa bersalah nya semakin menjadi, ia tidak bisa bohong soal itu. Karena bila merasa bersalah Axel tak akan gengsi untuk memohon maaf pada siapapun orang nya. dan Axel tau ada nada getir diucapan Allisha.

AxellarieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang