[ CHAPTER - 7 ] A Minute Of Hope

156 32 4
                                    

Rumah Sakit Hwanghee,

Jaejoong semakin mendekat ke arah Jiyeon yang hanya berdiri ditempatnya seraya memandang dirinya lekat. Dilihatnya yeoja itu buru-buru mengusap pipinya yang mulai basah karena airmata, seolah tak ingin Jaejoong melihatnya. Jaejoong terlanjur melihatnya dan semakin membuatnya penasaran dengan apa yang telah terjadi.

Kini Jaejoong sudah berada tepat dihadapan Jiyeon, mata tajamnya beralih pada sesuatu yang ada digenggaman Jiyeon, sebuah amplop yang membuat jantung Jaejoong berdetak kencang. Wajah Jiyeon yang sehabis menangis dan terlihat lelah menguatkan dugaannya jika telah terjadi sesuatu. Apa begitu banyak waktu yang telah ia lewatkan hingga ia tak tahu jika gadis ini sedang berjuang sendirian untuk adiknya.

" Park – Jeo – Min ? " Jaejoong memberanikan dirinya untuk bertanya, meski ia sebenarnya takut mendengar jawaban Jiyeon.

Jiyeon menunduk dalam, membuat perasaan Jajeoong semakin tak karuan, namun Jaejoong mengernyit tak paham ketika tidak berapa lama mendapati Jiyeon sudah kembali menatapnya tesenyum, meski yang ditunjukkannya adalah senyuman lelah.

" Aku sudah menunggu cukup lama....berharap pulang dengan perasaan tenang, tapi ternyata..... dokter itu bukanlah pria yang sabar. Dia memilih pulang sebelum aku memberikan ini " Jiyeon menunjukkan amplop yang sejak tadi dipegangnya pada Jaejoong dan tersenyum getir.

Tangan Jaejoong terangkat pelan untuk mengambil amplop putih yang ada ditangan Jiyeon. Ketika amplop sudah berpindah tangan, seketika itu juga Jaejoong membuang nafasnya kuat, tak sadar sikapnya yang seperti itu telah membuat Jiyeon menatapnya. Jaejoong tak peduli, ia benar-benar merasa lega. Amplop itu masih tersegel, itu artinya Jiyeon belum mengetahui apapun tentang penyakit yang diderita adiknya.

" Sepertinya aku memang harus kembali ke tempat ini " Ucap Jiyeon.

...

Rumah Kel. Bae,

Suzy duduk bersandar diatas ranjang dengan mata terpejam dan headset yang menempel dikedua telinganya. Sesekali ia menggoyang-goyangkan kedua kakinya dan bibirnya mengulas senyum. Alunan merdu sebuah lagu yang dinyanyikan oleh penyanyi favoritnya tak lagi menjadi fokus utama seorang Bae Suzy, melainkan kalimat dari bibir Myungsoo siang tadi yang selalu berputar-putar dikepalanya.

" Sudah kubilang kita ini bersaing, mungkin jika kompetisi itu selesai, aku bisa memikirkannya "

Satu rentetan kalimat yang bahkan tiap suku kata serta susunannya tak sedikitpun ia lupa, kalimat yang ia dengar ketika ia meminta Myungsoo mengajarkannya bermain piano. Mimik wajah Myungsoo ketika mengucapkannyapun tak mudah hilang dari ingatannya. Suzy lagi-lagi tersenyum, ia benar-benar sudah jatuh pada pesona Kim Myungsoo, namja dengan sikap cool yang berhasil memikatnya sejak pertama kali ia melihatnya.

Sejak hari itu sosok Myungsoo kerap hadir dalam mimpinya. Ini pertama kali dalam hidupnya ia merasa menyukai seseorang. Selama ini ia disibukkan dengan jadwal kegiatan yang disusun oleh eommanya, hingga tak sadar jika kehidupan remaja seusianya sangatlah indah. Meski begitu, Suzy bukan yeoja yang tidak tahu arti menyukai seseorang, bahkan ia banyak menerima surat cinta dari lawan jenis disetiap keberadaannya, namun selalu ia abaikan karena eommanya yang tidak memperbolehkan untuk Suzy memiliki hubungan asmara selama mengenyam pendidikan dan mengejar cita-cita.

Kim Myungsoo, entah mengapa Suzy seolah ingin mengabaikan peraturan eommanya kali ini. Namja dengan sorot mata tajam itu berhasil mengalihkan dunianya. Sayangnya ia tak seperti yeoja lain, yang jika jatuh cinta berani mengatakan atau menunjukkannya. Suzy adalah gadis rumahan, gadis yang memilih untuk menyukai seseorang hanya didalam hati saja, namun berbeda ketika ia menyukai Myungsoo, karena menyukai Myungsoo ia nekat untuk melakukan hal yang tidak pernah ia lakukan bahkan tak pernah terlintas dalam pikirannya.

A Minute Of Hope Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang