Part 4

127 12 0
                                    

Flashback off

Sang Mahadewa duduk terpengkur, matanya menatap tajam ke arah tirai pembatas dengan hamba-hambanya.
Saat ini dibalairung Istana Mahadewa yang Agung telah berkumpul para dewa-dewa baik para dewa utama maupun para dewa utusan.
Dewa Ray, Sang dewa matahari merupakan salah satu dewa utama memberanikan dirinya untuk bersuara
''Yang Mulia Dewa Xi, hamba telah melaksanakan perintah...'' kata-kata Dewa Ray terputus karena tatapan dewa Xi yanp menusuk mengarah tepat kepadanya. Walau ada tirai pembatas yang menghalangi tatapan langsung Dewa Xi, namun bagi para dewa utama diberi anugerah dapat memandang mata sang mahadewa.
''Aku sudah merasakan kedatangannya Dewa Ray, kau tak perlu menjelaskannya lagi, apa kau lupa semua makhluk tak dapat masuk ke Istanaku tanpa seizinku jika tidak mau mereka hangus terbakar kabut mohu ku.'' Sela sang Mahadewa dengan tajam.
''Ampun yang Mulia.'' Cicit dewa Ray
''Aku tau kalian semua berkumpul disini, pasti menginginkan sesuatu, katakan dan jangan berbelit-belit jika kalian masih sayang dengan hidup kalian.''
Sang Mahadewa, merupakan asal muasal penciptaan. Ditangannya, dunia bawah mulai terbentuk dan dunia atas sebagai pemelihara dunia bawah, namun dewa Xi tidak bisa membuat takdir karena takdir yang menciptakannya dan takdir pula yang menganugerahkan kekuasaan untuk memimpin alam semesta. Sang Mahadewa tidak bisa membunuh dewa utama, karena mereka diciptakan dari bagian tubuh sang Mahadewa. Namun sang Mahadewa mampu memberikan mereka hukuman hingga mereka menginginkan kematian itu sendiri.
'' Ampun wahai Dewaku, kami para dewa memohon agar yang mulia segera memilih dewi untuk menjadi Mahadewi, agar alam semesta tidak mengalami kehancuran karena tidak adanya keseimbangan.'' Ucapa Dewa Re, dewa pemelihara dengan tenang tanpa mengurangi rasa hormatnya kepada sang Mahadewa.

Setelah ucapan dari dewa Re, balairung istana mahadewa sunyi, mereka para dewa tampak menahan nafas menantikan jawaban Mahadewa, didalam benak, mereka merasakan ketakutan yang luar biasa akan kemarahan sang Mahadewa. Belum lama pikiran mereka melayang, sang Mahadewa memecahkan keheningan dengan suara beratnya.

''Aku tau akan kecemasan kalian, karena aku juga memikirkannya. Namun aku belum siap menggantikan sosok dewi Ma yang terdahulu.''

''Aku akan memikirkan apa keinginan kalian. Kalian boleh pergi,''

Usir Mahadewa kepada para dewa secara halus.
Tidak menunggu lama, para dewa segera menghilang dari hadapan Mahadewa, mereka beruntung kali ini, Mahadewa tidak murka namun mereka tau diri untuk tidak mendesak Mahadewa.

Dewa Xi Sang Mahadewa, dulunya merupakan sosok yang hangat dan penyayang namun sangat tegas.
Rasa cintanya terhadap dewi Ma begitu dalam, dibantu oleh sang Dewi, makhluk dunia bawah merasakan kedamaian, berkah mereka dapatkan dengan melimpah. Kuil-kuil penyembahan Mahadewa mereka bangun dengan sangat indahnya, didalamnya terdapat patung mahadewa. Digambarkan dengan sesosok dewa yang tampan mempunyai rambup panjang, tatapan yang tajam menatap angkuh, namun wajah dari sang patung tertutup sebagian menutupi mulut hingga hidung, tangan kanan sang dewa membawa tombak bajra dengan rantai yang menggantung diujungnya. Sedang tangan kiri membawa kepala tengkorak. Baju zirah perang yang agung terbuat dari emas menambahkan kesan kebesarannya.
Disamping Dewa Xi selalu disandingkan sosok Dewi Ma posisi patung tepat selangkah dibelakang Dewa Xi, Dewi Ma digambarkan rosok yang anggun dan sangat cantik, rambutnya yang panjang menjuntai hingga matakaki terbiarkan tergerai dengan hiasan bunga teratai bertahtakan berlian di kepala sebelah kanan, tangan kiri Dewi Ma membawa kelopak teratai yang melambangkan kedamaian, dan tangan kanan membawa kuas sebagai pena yang melambangkan ilmu pengetahuan.
Dewa Xi dan Dewi Ma sebagai lambang keharmomisan dan keseimbangan alam.

Namun, setelah kematian Dewi Ma semua berubah. Dunia bawah merasakan panas dan kekeringan, kuil-kuil persembahan sang Mahadewa terbakar tanpa sebab, hingga kehidupan alam semesta hampir mengalami kehancuran karena kemarahan Dewa Xi, Beruntung, pesan terakhir Dewi Ma yang berupa gulungan daun teratai ditemukan sang Mahadewa, membuat kemarahannya mereda seketika. Entah apa pesan yang tertulis didalamnya, hingga sekarang tidak ada yang tau, kecuali sang Mahadewa dan sang Takdir.

The God LovesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang