Part 6

113 12 0
                                    

Mei-mei merasakan sesuatu menyentuh pundaknya, dengan cepat dan gemetar Mei-mei mencoba menghindar. Suara nyaring tiba-tiba menggelegar menggaung di tempat Mei-mei berada. Mei-mei masih menerka-nerka dimana sebenarnya dirinya berada. 

"Siapa namamu gadis kecil?" 

" Mei-mei" Cicit Mei-mei, suara itu sungguh membuatnya takut, mei-mei merasakan aura yang begitu mencekam meligkupinya. 

Lagi-lagi suara geraman tertahan terdengar begitu mengerikan. Membuat semua bulu kuduk Mei-mei berdiri. Sebenarnya itu suara siapa? Kenapa jantungku berdegup kencang.
Dengan sisa-sisa keberaniannya Mei-mei bertanya 

"Maaf, Tuan siapa?" 

Tak kunjung ada tanggapan, Nyali Mei-mei semakin menciut. Apakah orang itu marah ? sebenarnya siapa dia ? dewakah? atau manusia sama seperti dia ? Atau mungkin sosok Iblis yang menakutkan?. Semua pertanyaan itu  terus berputar- putar memenuhi otaknya sekarang.

"Kau tanya siapa aku ? apa aku tidak salah dengar?, selama ini tidak ada yang berani berbicara seperti itu padaku!" Terdengar suara penuh kegusaran.

"Ma..maaf Tuan" kata Mei-mei terbata-bata, kalaupun dia boleh memilih dia lebih baik langsung dubunuh daripada harus merasakan suasana semencekam ini.

"Sudahlah!"     setelah mengucap itu, Mei-mei mendengar suara jubah yang terseret. setelah tak terdengar suara lagi. Mei-mei menghembuskan nafas dengan lega, dia baru sadar bahwa selama tadi Mei-mei hampir lupa rasanya bernafas. Mei-mei merasakan suasana sekitar sudah lebih tenang tidak semencekam tadi. 

"Maaf Nona,  silahkan pegang tangan saya, saya akan mengantar anda dikediaman Nona!" Mei-mei tersentak kaget saat mendengar suara seorang wanita padanya. 

Tangan Mei-mei dituntun untuk mengikuti wanita tersebut. Tapi Wanita tersebut tidak mengajaknya untuk berjalan. cukup dengan memegang tangan wanita itu, Mei-mei merasakan hembusan angin yang semakin kecang dan menyejukkan menerpa wajah mungilnya. Mei-mei juga mencium bau yang berbeda-beda tiap beberapa menit selama tangannya memegang wanita tersebut. 
Harum, lirih Mei tidak sadar mengucapkannya.

Mei-mei merasakan angin sudah berhenti berhembus mengibarkan sela-sela rambutnya yang terurai. 

"Nona, kita sudah sampai  ke kediaman Nona." Ucap wanita itu penuh kesopanan. 

Mei-meipun kembali memberanikan  diri untuk bertanya semua hal yang sudah bersarang diotak mungilnya.

"Maaf Nyonya, Apakah saya boleh bertanya ?" 

"Jangan panggil saya Nyonya, saya pelayan  disini Nona tidak sepantasnya memanggil saya demikian, silahkan nona bertanya sebisanya saya akan membantu menjawabnya.'' Tutur wanita itu dengan senyum tulusnya

''Emm.. begini .''

'' Xia, Nona bisa memanggil saya Xia.'' Potong wanita tadi

'' eh Iya Xia, kau taukan aku buta, aku tidak tau sekarang aku berada dimana, dan siapakah yang tadi berbicara padaku, suaranya terdengar berat dan membuat tubuhku merinding.''

Xia sedikit mengulas senyumnya dengan penuh pengertian atas lontaran pertanyaan Mei-mei yang begitu polos. Sebagai pelayan setia Mahadewa selama ini Dia juga tidak pernah tau wajah dari junjungannya dan Xia hanya menjalankan tugas-tugas dari telepati yang disinyalkan Mahadewa. Awalnya Xia merasa terkejut Dewa Xi membawa gadis persembahan ke Istananya dan sampai sekarang gadis ini masih bernafas, mengingat nada Dewa Xi saat memerintahkannya tadi sarat akan geraman, dan lebih mengagetkannya lagi dia seorang gadis buta dan mungil bahkan jauh darikata mempesona yang mampu menarik seorang Mahadewa untuk dijadikan pelayan seharinya.
Tapi entah mengapa Mei-mei dapat membuat orang lain tertarik padanya dan nyaman berada didekatnya. Dia gadis baik, cukup itu yang Xia tau sampai saat ini tentang gadis yang berada didepannya.?

''Xia...'' panggil Mei-mei, cukup lama Ia menanti suara Xia yang tak kunjung didengarnya.

''Hmm, maaf Nona saat ini anda sedang berada di Istana Perak setelah tadi anda berada di Istana Emas, kediaman Mahadewa Xi, dewa tertinggi sekaligus pemimpin alam semesta.'' Terang Xia, yang sudah sadar dari lamunannya tadi.

Tubuh Mei-mei bergetar dan lemas seketika. Kakinya serasa seperti jely sedang tubuhnya berkeringat. Ia begitu takut entah berapa kali Mei-mei tadi berucap begitu tidak sopan, bahkan dia yang sejatinya hamba tidak melakukan sujud didepan sesembahannya. Entah hukuman apa yang akan didapatkannya, atau tinggal menghitung hari saja nyawanya akan tercabut dari raganya dan mendekam di neraka dengan sejuta siksaan.
Sungguh apa yang telah Ia lakukan di kehidupan sebelumnya Ia mendapat anugerah bertemu dengan sang Mahadewa sekaligus menjadi malapetaka karena tidak dengan cepat menyadari bahwa dia berada didepan sosok yang Agung sang Mahadewa.

Tubuh Mei-mei luruh ke tanah, kepalanya menunduk dan tanpa tertahan lagi bulir air mata berjatuhan meruntuki kebodohannya.

Xia yang menyaksikan Nonanya terkejut melihat reaksi Mei-mei, seharusnya Ia merasa bangga bisa bertemu Mahadewa tanpa sekat, hanya dia satu-satunya manusia yang bisa mencapai pencapaian yang begitu tinggi. Dan cukup mengejutkan lagi Mahadewa menyuruhnya membawa  ke Istana Perak dimana dulu Dewi Ma tinggal sebelum pelantikannya menjadi Mahadewi dan sebelum tragedi merah itu terjadi. Mengingat selama ini Istana Perak yang selalu terkunci rapat untuk semua dewa atau dewi bahkan sang Mahadewa enggan memasuki Istana perak.

'' Nona Mei, kenapa anda menangis?.''

Tidak ada pergerakan berarti dari Mei-mei untuk menanggapi pertanyaan Xia, Ia masih sibuk menenangkan dirinya sendiri.

''Baiklah Nona, lebih baik saya undur diri dulu, jika Nona membutuhkan saya cukup Nona memejamkan mata dan memanggil nama saya. Mmm sebelumnya saya harap Nona jangan terlalu memikirkan hal yang tidak-tidak, nikmatilah selama nona berada disini.''

Dan dengan sekejap Xia pergi setelah membungkuk hormat kepada Mei-mei. Xia hanya bisa berharap Nonanya tetap kuat, dan bisa menjalani hari-hari yang tidak menentukan. Karena tidak ada yang tau apa yang akan dilalukan Sang Mahadewa terhadap Mei-mei, sungguh tindakan Mahadewa kali ini, diluar kebiasaannya. Menakjubkan lirih Xia didalam hati.

*************
Mimin harap readers menyukai cerita Mimin dan jangan lupa beri Vote dan coment agar Mimin semangat nglanjutinnya..
Dan trimakasih buat Kak himuraYukina yang sudah memberi Vote buat ceritaku :-)

The God LovesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang