"Mana sih nih angkot, lama banget!" keluh Nisa.
Setiap hari ia memang pulang sore dan ditambah udara panas sambil menunggu angkot. Akan tetapi, itu semua tidak membuatnya patah semangat. Anak-anak yang lain boleh membawa kendaraan sendiri, tetapi ia belum boleh sama orang tuanya.
Setelah beberapa menit menunggu di halte luar gerbang sekolah dan juga para teman-teman Nisa mulai keluar gerbang sekolah sambil menyapanya.
"Nis duluan ya..." sapa salah satu temannya.
Nisa hanya tersenyum dan menganggukkan kepala.
"Bang...!" Teriak Nisa saat memberhentikan angkot yang lewat.
Kali ini diangkot tidak terlalu ramai dan juga tidak terlalu sepi penumpang. Hanya ada Nisa, supir, tiga anak SD, seorang kakek tua, dan dua orang karyawati.
"Pulang sore dek? Sekolah dimana?", tanya Nisa kepada anak SD tersebut.
"Iya kak, kita sekolah di SD Kartika Tujuh.", jawab salah satu dari mereka.
Teng teng ting tong ting tung...
ponsel Nisa berdering."Ini pasti dari Mama" Nisa bersuara kecil
Sebenarnya ia takut kalau memainkan ponsel saat di angkot. Takut saja kalau ada orang jahat yang mengincarnya. Tapi mau bagaimana lagi, namanya kalau ada yang menelepon apalagi dari orang tua, itu harus dijawab.
"Assalamu'alikum, Nis udah sampai mana? Mama mau pergi dulu ke acara arisan SMA mama yaang dulu. Kamu bawa kunci rumah kan?" tanya Mama kepada Nisa.
"Walaikumsalam, Iya Mah Nisa bawa kunci." jawab Nisa
"Ohh ya sudah hati-hati ya!... Mama berangkat dulu." ucap Mama.
"Iya, Mamah hati-hati ya...!" balas ku.
Tak beberapa lama, para penumpang mulai turun.
"Mari Kak... kami duluan ya!" sapa ketiga anak SD tersebut
Dan hanya menyisakan Nisa seorang diri. Hujan pun juga sudah mulai menandakan kehadirannya.
"Turun di mana Neng?" tanya supir.
"Itu Bang... di Perumahan Waru Indah." jawab Nisa
Tetes demi tetes, air hujan mulai turun. Tepat saat Nisa hendak berhenti di depan gerbang perumahan yang dijaga oleh dua orang security.
"Dah sampai nih Neng!..." bang supir mengerem mobilnya.
"Oh iya nih bang, ini uangnya. Makasih ya...!" Nisa turun sambil memberikan uang.
Air hujan mulai membasahi rambut panjangnya yang terkuncir satu. Tepat ketika saat ia mulai melangkah ke gerbang perumahan.
"Lari Neng! hujannya mulai deras. Mau dipinjamkan payung tidak?" sapa salah satu seorang security.
" Ok Pak! Gak usah, tanggung." Nisa menjawab sambil berlari.
Akhirnya ia sudah sampai didepan pintu gerbang rumahnya. Nisa baru ingat kalau Mama sedang pergi, jadi ia mencari kunci dulu didalam tas. Sepinya rumah Nisa. Mama pergi arisan dan Papa, Papa selalu sibuk dengan pekerjaanya.
Setelah membuka pintu gerbang, ia pun masuk ke dalam halaman rumah dan masuk lewat pintu belakang. Dan kemudian ia melangkah masuk ke dalam rumah.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Kuatkan Aku
Teen FictionMasa depan dan takdir ada ditangan yang maha kuasa. Tidak ada yang tidak bisa kita rubah di dunia ini. Semua latar cerita alam semesta hanya dibuat oleh sang pencipta. Sedih, riang, marah, takut, dan licik. Manusia telah diberi karakternya masing-m...