Akhirnya Nisa sampai didepan ruang kelasnya, namun sebelum ia masuk ke dalam kelas, langkah Nisa terhenti sejenak.
"Eh... Nis, tadi dicariin kakak kelas tuh." salah satu teman Nisa memberi tahu Nisa
Sambil membetulkan kunciran rambut yang kendur, Nisa kemudian bertanya "Siapa? cowo atau cewe?" tanya Nisa heran.
"Cewe..., kayaknya anak OSIS" jawab teman Nisa.
"Oh yaudah nanti gua ke ruang OSIS, sekarang masuk dulu aja..." jawab Nisa dengan santainya.
Tak beberapa kemudian, suara tanda bel masuk pun berbunyi. Para siswa langsung masuk ke dalam kelas mereka masing-masing. Tetapi ada juga yang masih terlambat, hampir-hampir saat mereka masuk ingin ditutup pintu gerbang sekolah itu. Karena amat terlalu ketat peraturan sekolah tersebut.
"Nisa... lu tugas matematika udah dikerjain belom?" tanya Indah.
"Gua mah selalu udah, apa sih yang dari gua belom?" Nisa tersenyum kecil dengan mimik sombong.
"Gua liat donk...!"
"Enak aja..., kerjain donk!"
"Lu mah sama sahabat sendiri gitu ya... oke!"
"Iya iya nih... mangkannya kalau ada tugas kerjain dirumah."
"Iya... Nisa yang cantik and pintar"
***
15 menit setelah bel masuk dan diisi dengan pembiasaan membaca Al-Qur'an, akhirnya Pak Ujang datang dan mengajar pelajaran Matematika.
"Ayo... tugas rumahnya dikumpulkan...!" perintah Pak Ujang.
Seperti biasa, pasti dikelas ada yang sudah mengerjakan, ada yang baru selesai mencontek, dan ada juga yang belum sama sekali.
Dengan wajah yang lumayan garang, ia meyuruh sekali lagi. "Ayo cepat donk...! jangan buang-buang waktu."
"I-iya Pak, tunggu sebentar" dengan tergesa-gesa menulis jawaban, Ubay, salah satu teman Nisa yang selalu mencontek dan mengerjakan tugas disekolah.
Kemudian Pak Guru menyuruh Sinta untuk mengambil bukunya Ubay untuk dikumpulkan. "Udah-Udah, ambil saja buku dia...!. Sekarang kita koreksi bersama"
"Cepet sini... lama banget lu! Nanti diomelin Pak Ujang..." Dengan cepat, Sinta langsung mengambil bukunya.
Wajah Ubay mulai kesal, dahinya seketika mengerut, "Nih... nih, bawel amat tuh guru!".
Setelah semua buku tugas para siswa dikumpulkan sesuai barisan, dan ditukar juga kebarisan yang berbeda.
"Oke anak-anak, siapa yang bisa mengerjakn soal nomer satu, silahkan maju kedepan" Pak Ujang menyuruh siswa untuk maju kedepan.
"Ngeekkk..." terdengar suara sorngan kursi dari belakang, ternyata itu Sidiq, salah satu teman Nisa yang lumayan pintar dikelas.
Dengan langkah yang santai, Sidiq pun langsung memberanikan diri untuk maju kedepan mengerjakan tugas tersebut.
"Ya...! benar. Kalau jawabannya seperti ini, benar ya murid-murid." Teriak Pak Ujang dengan senangnya.
"Sekarang soal nomer dua...! siapa yang bisa?" Pak Ujang menatap semua siswa dengan tampang yang menakutkan.
"Saya Pak!" celetuk Fia.
Langsung ia maju kedepan, tanpa membawa buku.
Dengan nada agak pelan ia berkata"Pak kalau seperti caranya boleh tidak?"
"Hmm... iya, boleh. Hasilnya tetap sama kan?"
"Iya, sama Pak!"
Kemudian Pak Ujang menganggukkan kepalanya. "Nah, anak-anak kalau seperti boleh saja."
"Sekarang soal nomer tiga, siapa yang bisa cepat maju...!" Tegas Pak Ujang.
Seketika suasana dikelas menjadi sunyi, tidak ada yang bisa untuk mengerjakan soal tersebut. "Ayo...!" tegas Pak Ujang dengan suara yang agak keras. "Ya sudah, kalau begitu saya akan berbalik dari hadapan kalian, terus saya akan melempar gumpalan kertas. Kalian harus menutup mata dan yang terkena lemparan harus maju segera...!" kini Pak Ujang mulai menegangkan suasana.
Para murid mulai deg-degan. Mereka berharap lemparan gumpalan kertas itu tidak mengenai diri mereka satu per satu.
"Aduhhh jangan sampe gua kena..." gumam Andre.
Andre merupakan siswa ternakal dikelas. Ia sudah beberapa kali terkena kasus. Hampir-hampir ingin dikeluarkan dari sekolah.
"Lu ngapain nulis ditangan jawabannya?" tanya Sinta heran.
Ubay mengernyitkan dahi "Ya... takutnya gua yang kena, lagian maju kedepan gak boleh bawa buku"
"Terserah lu dah...!"
"Yaudah emang terserah gua" jawab Ubay dengan santainya.
PLOOKKK...
terdengar suara lemparan tersebut yang mengenai tubuh Nisa."Siapa yang kena?" tanya Pak Ujang dengan penasaran.
"S-saya Pak...!" sahut Nisa dengan mengangkat satu tangan yang agak labil.
"Cepat maju!"
Nisa segera maju kedepan untuk mrngerjakan soal ketiga. Ini merupakan soal agak sulit bagi setiap murid. Tapi bagi Nisa tidak, ia pun mengerjakan dengan santai dan cara beserta hasilny benar.
"Bagus Nisa... bagus" Puji Pak Ujang. "Beri tepuk tangan untuk Nisa". Pak Ujang tersenyum kecil.
Prok... prok... prok...
"Sepertinya, soal soal berikutnya lumayan sulit ya?" tanya Pak Ujang kepada seluruh siswa.
"Iya tau Pak... makin kesono malah tambah sulit." celetuk Indah.
"Kalau begitu, kamu saja yang maju." Pak Ujang berjalan menuju mejanya Indah sambil membawa spidol untuk menyuruh Indah mengerjakan soal.
"Kok jadi saya Pak?" tanya Indah heran.
"Kalian semua bisa kan mengerjakan semua tugas yang saya berikan ini?" tanya Pak Ujang "Kalau memang kalian yang mengerjakan sendiri, pasti tau caranya bukan?"
Tringgg... Tringgg... Tringgg...
Terdengar suara bel istirahat berbunyi.Tinggal dua soal saja yang belum dibahas.
Indah pun lega mendengar suara bel sambil berkaat"Untung aja udah bel, kalo gak bisa-bisa gua dimarahin, selamat gua!"
"Yaudah anak-anak, bukunya kumpulkan semua dan ketua kelas bawa bukunya ke meja saya!" suruh Pak Ujang.
Setelah bel berbunyi kemudian para siswa serentak mengucapkan "Terima kasih Pak...!"
"Iya sama-sama" balas Pak Ujang.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Kuatkan Aku
Teen FictionMasa depan dan takdir ada ditangan yang maha kuasa. Tidak ada yang tidak bisa kita rubah di dunia ini. Semua latar cerita alam semesta hanya dibuat oleh sang pencipta. Sedih, riang, marah, takut, dan licik. Manusia telah diberi karakternya masing-m...