Prologue [Pt.1]

3.1K 185 21
                                        

Aku merindukanmu...


Tapi sepertinya kau tak pernah merasakan apa yang diriku rasakan...

Rasa sakit ini...

Lebih sakit daripada penyakit yang terus menggerogotiku...

Buttakhae hyung...

Kembalilah...

Nan jeongmal bogoshipda hyung....

Chapter 0.1
˚●Prologue●˚
[Bogoshipda]

Seoul, 2017

Terdapat namja tampan yang sedang menyendiri dikamarnya yang gelap ini. Jendela dibiarkan terbuka, dan udara malam yang dingin tak ia hiraukan. Namun, air mata yang sedaritadi menetes itu tak kunjung membeku.

Saat disekolah ia selalu duduk dipojok belakang dengan kursi dan meja yang banyak coretan yang isinya makian untuk namja tampan tersebut.

'Pergi kau yatim-piatu! Hyung mu bahkan meninggalkanmu!'

'Dasar tak tahu diri!'

'Hanya bisa cari perhatian disekolah ya?!'

'Penyakitan!!'

'Nagga! Nagga! Aku sangat membencimu!'

'Jijik sekali aku duduk didepanmu!'

'Bisa-bisa mataku buta jika aku melihatmu terus-terusan'

'Pergi kau!'

Kurang lebih seperti itulah caci makian yang dilontarkan teman-teman sekelasnya. Dia hanya bisa memendam tangisnya karena melihat cemoohan seperti itu.

Ia sudah biasa diperlakukan seperti itu, makian adalah hal yang paling kecil. Dipukul, dijambak, ditendang, dilempari makanan, dan masih banyak lagi, itulah hal besarnya. Karena, ia adalah anak korban bully disekolahnya. Namja yang paling di pandang rendah dimata murid-murid disekolahnya, mau itu namja ataupun yeoja dia tetap dianggap rendah.

Teman?
Chingu?

Dia tak memilikinya, bahkan orang-orang tak pernah menganggapnya ada. Miris sekali hidupnya memang.

Bagaimana keadaan dirinya dirumah?

Jawabannya sama saja. Ya, dia adalah anak yatim-piatu. Dia memiliki seorang kakak yang sampai sekarang tak pernah pulang, entah apa alasannya.

Ong Guanlin

Itulah nama namja tersebut. Ia sudah biasa jika diperlakukan seperti itu, karena dia tak bisa melawan. Jika ia melawan sama saja dirinya memberikan nyawanya secara sukarela.

Walaupun ia telah lama ingin mati dan bertemu dengan eomma dan appanya. Ia sadar jika ada seseorang yang masih menyayanginya. Mungkin.

Jika ia bisa mengubah waktu ia ingin kembali kemasa dimana eomma, appa, dan hyung nya itu masih bersama. Masih ada senyuman yang terlukis dengan mudahnya dibibirnya. Tapi apa daya semua itu hanya angan semata.

Dengan langkah lunglai ia mendekati meja belajarnya dan membuka buku dairy nya. Sudah ratusan lembaran yang ia tulis namun, yang paling memilukan hati adalah curahan hatinya pada saat ia ulang tahun. Seperti saat ini ia tepat berulang tahun ke 17.

Lembar ke-110, 23 September 2017.

Hyung, apakah kau tak merindukanku?
Aku sangat merindukanmu, hyung. Pulanglah, aku ingin melihatmu lagi, aku ingin mendengar leluconmu yang kadang tak lucu itu, aku ingin melihat wajah absurd mu lagi, hidupku mungkin tak lama lagi, hyung. Jadi, kumohon pulanglah.

Aku ingin melihatmu disaat terakhirku nanti, entah kapan penyakit ini akan terus menggerogoti tubuhku. Aku tak tahu hyung.

Hyung, jika air mata ini habis aku akan menggantikannya dengan darahku. Jika darahku habis aku akan menggantikannya dengan nyawaku. Jika nyawaku habis kau tak boleh menggantikannya dengan air mata, ne...

Biarlah air mata ini saja yang habis hyung. Biarkan nyawa ini saja yang habis hyung. Biarkan darah ini saja yang terkuras habis hyung. Karena, kau sangat mahal dan sangat sulit untuk ku gapai.

Saat ini aku ulang tahun. Aku sudah 17 tahun sekarang, hyung. Entah sampai kapan aku masih bisa melihat siang berganti malam, musim terus berganti, entah kapan hyung.

Apakah kau tak mengingatnya?
Aku ulang tahun, hyung kau tak tahu? Apakah kau tak menyadarinya?
Hyung jebal... hyung naega neomu bogoshipda...

-Guanlin-

Entah sudah berapa kali ia menuliskan kata-kata itu setiap tahunnya tepat saat ia ulang tahun. Menurutnya ia bisa merayakan ulang tahun sampai saat itu, itu merupakan mukjizat terbesar dari Tuhan. Walau kadangkala ia ingin membunuh dirinya sendiri, namun Tuhan sepertinya masih belum mau menerimanya. Sebegitu hina kah dia?

Kadang ia hanya bisa bertahan dengan melihat foto-foto dirinya serta keluarganya lengkap. Senyum sendu terpancar jelas diwajah semuanya. Sedih? Menangis? Histeris?, itulah yang ia lakukan saat ia membuka kembali album foto tersebut.

Tapi apa daya hanya itu yang dapat ia lakukan saat ia merasa rindu pada keluarganya. Keluarga? Kasih sayang? Ia membutuhkan semua itu.

+++++++
'Semuanya akan dimulai...
Nasibku mungkin saja akan berubah...

Nasib dan takdir mana bisa diketahui...

Terlebih diriku yang seperti ini...

Senyum adalah kunci agar bisa menjalankan semua takdir dan nasib...'

"Aku masih tersenyum dan masih menunggu untuk mu, hyung"
+++++++

TBC

Prologue pt.2 coming soon

Time [Wanna One]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang