3.

74 2 0
                                    

Autor pov.
Azi yang pingsan harus menjalani perawatan di rumah sakit selama 3 hari.
Saras pun merasa bersalah dan harus menemani azi yang masih terbaring lemas.

"mbak bagaimana ini?" tanya Saras kepada Selsi yang sedang duduk menemani Azi.

"udah jangan khawatir. Kamu balik aja biar aku yang nunggu." tersenyum kecil kepada Saras.

"Mbak Selsi perhatian banget sama Azi, ada hubungan apa mereka?" guman Saras dalam hati.

"E... enggak mbak. Saya disini aja lagian kan saya mau minta maaf sama dia" Selsi pun hanya tersenyum mendengar ucapan Saras.

Lalu mereka hanya berdiam satu sama lain. Saras mencoba membuka pembicaraan lagi.

"Mbak..." tanya Saras kepada Selsi yang sedang memijat tangan Azi.

Selsi hanya memandang Saras tanpa ngucapkan sepatah kata.

"Mbak Selsi udah makan? Biar Saras belikan makan" ucap Saras berusaha mencairkan suasana.

"Tidak usah Saras, aku masih kenyang" sambil terus memijat tangan Azi.

Saras tersenyum canggung.

"Mbak Selsi pacarnya dia?" sambil berjalan menuju Selsi yang memijat tangan Azi.

"Saras, panggil dia Azi. Kami dua bersaudara dan Azi adalah adik kandungku" tersenyum geli mendengar ucapan Saras.

"Hehehe..." Saras tersenyum malu karena telah bertanya seperti itu.

"Dred... Dred... Dred.." terdengar handpone Selsi bergetar yang ternyata adalah telfon dari mamahnya.

"Assalamualaikum Ma?" mengangkat telfon di luar ruangan.

"Selsi bagaimana keadaan adikmu? " tanya mamah khawatir sampai lupa tidak menjawab salam Selsi.

"Jawab dulu salam Selsi dong mah! " Selsi mulai menggoda mamahnya.

"Waalaikumsalam sayang. Kamu kok malah bercanda sih" jawab mamah dengan nada sedikit kasar.

"Iya iya mah. Azi baik - baik saja kok cuma butuh istirahat. Jadi kemungkinan aku dan Azi harus menginap di Singapura selama 3 hari" jawab Selsi sambil menghembuskan nafas panjang.

"Baiklah kamu hati - hati. Nanti kabari mamah kalau ada apa - apa. Assalamualaikum"

"Iya mah. Waalaikumsalam" sambil cengengesan dan kembali ke dalam.

Selsi mendapati Saras yang tertidur di kursi. Selsi pun menghampiri Saras dan menyuruhnya untuk pulang saja.

"Saras.. " sambil menggoyangkan pundak Saras.

"Eh iya mbak,  maaf ketiduran. Telfon dari mamah mbak Selsi ya tadi? " terbangun dan langsung berdiri menghadap Selsi.

"Kamu lebih baik pulang dan istirahat Saras" kata Selsi sambil menepuk pundak Saras.

"Enggak mbak, Saras ingin disini saja." Saras sebenernya ingin pulang namun dia merasa tidak enak dengan Selsi dan memutuskan untuk tetap di situ.

"Jangan terlalu dipaksakan Saras. Nanti bisa - bisa kamu sendiri yang jatuh sakit." Saras pun hanya diam.

"Saras, tolong kamu jaga Azi sebentar ya. Aku mau keluar sebentar" kata Selsi sambil tersenyum kepada Saras.

"Baiklah mbak" sedikit gugup mendengar ucapan Selsi.

Setelah Selsi keluar, Saras pun mencoba menghilangkan rasa bosan dengan bermain game di ponselnya, dan tiba - tiba Azi siuman. Saras yang melihatnya sedikit takut untuk menghampirinya.

"Kamu... " tanya Azi kepada Saras sambil mencoba mengingatnya. Saat pertama kali bertemu dengan Saras dan dia menuduhnya sebagai pencuri.

"Iya aku Saras. Kamu tidak hilang ingatan kan? " dengan wajah polos Saras yang terlihat begitu lucu dan menggemaskan.

"Sembarangan aja kalo ngomong." jawab Azi sedikit kesal. Namun harus ia akui bahwa ia terpesona akan kecantikan Saras.

"Ih apaan sih" Dengan nada kasar melihat Azi.

"Kamu ngapain disini?" tanya Azi dengan nada cuek.

"Aku disini cuma pengen minta maaf terus pulang!" jawab Saras ketus. Azi yang mendengarnya tersenyum geli namun ia berusaha untuk tidak mempedulikan Saras.

"Yaudah sana pulang aja." Saras yang berada di sambil Azi langsung membereskan barangnya dan ingin keluar. Namun tiba - tiba tangannya ditahan oleh Azi.

"Mau kemana?" sambil menggenggam tangan Saras.

"Ih lepasin aku mau pulang" harus diakui mendadak jantung Saras berdetak lebih cepat saat Azi menggenggam tangannya.

"Aku akan lepasin asalkan kamu tetap disini menemaniku" goda Azi kepada Saras.

Saras hanya mengangguk dengan perasaan yang bercampur aduk menjadi satu.

"Kamu nyebelin banget ya ternyata" omel Saras sambil nyengir membuat Azi ingin tertawa melihatnya.

Azi tidak menjawab perkataan Saras. Melainkan ia malah sibuk dengan permainan online di ponselnya.

"Aku lapar ambilkan makanan" perintah Azi sambil bermain game di ponselnya.

"Emang anda pikir saya pembantu apa? Kalo saja saya tidak berhutang budi kepada anda, saya tidak bakal mau berada di sini" amarah Saras mulai melunjak namun ia mencoba untuk menenangkan diri.

"Cepat... " jawab Azi singkat sambil fokus memainkan ponselnya. Saras pun berdiri dari tempat duduknya dan mengabilkan makanan yang sudah di sediakan oleh Rumah Sakit.

Saras pov.
Yatuhan hari apa ini kenapa juga aku harus bertemu dengan orang seperti. Andai saja aku tidak berhutang budi padanya, aku tak kan mau diperlakukan seperti ini.

"Ini makanlah" menyodorkan piring kepada Azi dengan hati yang sangat jengkel. Namun Azi tetap tak menghiraukan Saras.

"Cepat ambilah dan makan" bentak Saras sedikit kasar.

"Tidak mau." jawab Azi dengan santai.

"Jelas - jelas kamu tadi bilang lapar dan menyuruhku mengambilkan makan, sekarang setelah aku ambilkan makannya kamu bilang tidak mau?  Ck! " Saras yang sangat marah mencoba meredam emosinya.

"Aku maunya disuapin. " ucap Azi dengan sangat polos.

"Maksudmu? " Saras terkejut dengan kata yang barusan Azi ucapkan.

"iya" sambil melirik Saras.

***
Maaf jarang post lagi gak stabil 😂😂

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 29, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Let me love you in the planeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang