Kangen

21 4 0
                                    

Arsenio Laudza Azhar : hey cewek! Lagi apakah disana? 😀

Ladya Syabella : situ siapa ya?

Arsenio Laudza Azhar : sombong banget sih? Tambah gemes deh jadinya. 😍

Ladya Syabella : aduh maaf ya mas, kalo gak ada perlu mending gak usah chat deh. Gak tau apa org lg sibuk. 🙍

Arsenio Laudza Azhar : makin jutek aja ya. Sibuk apa sih yang?

Ladya Syabella : sibuk mikirin kamyu... 😂

Arsenio Laudza Azhar : gubrakk..

Ladya Syabella : wkwkkwk...

Arsenio Laudza Azhar : beneran kangen nih Sweet.

Ladya Syabella : makanya cepetan plg sini sih😒

Arsenio Laudza Azhar : sabar Yang aku pasti plg kok.😙

Ladya Syabella : aku sih selalu sabar ya, tapi terus kpn dong?

Arsenio Laudza Azhar : as soon as possible Sweety.

Ladya Syabella : ok i'll wait.

Arsenio Laudza Azhar : ya udh kamu bobo gih. Pasti disana udh mlm kan..

Ladya Syabella : iya. Aku bobo dulu ya. Sampe bsk.

Arsenio Laudza Azhar : miss u more 😘

Ladya Syabella : 😴

Setelah membalas chat terakhir, Ladya meletakkan ponsel nya di nakas samping tempat tidurnya, kemudian merebahkan diri di kasur dan menarik selimut hingga batas leher. Ladya menatap langit langit kamarnya dan ingatannya kembali pada saat ia masih mengenakan seragam putih biru bersama orang yang baru saja chating dengannya.

Flashback on

"Nis anterin gue ke tukang fotokopi yuk." kataku sambil menepuk bahu Nisa pelan.

"mau ngapain?" balas Nisa seraya berbalik menatap ke arahku.

"beli sampul buat buku matematika, kemarin dijewer Pak Sigit gue gara gara buku tulis nggak disampul."

Nisa mendesah kemudian menjawab, "ya udah yuk."

Kami berjalan menuju tukang fotokopi didepan sekolah tapi ketika digerbang sekolah, kami dihadang oleh satpam sekolah karena ini baru jam istirahat jadi hanya aku yang dibolehkan keluar sedangkan Nisa hanya menunggu digerbang sekolah. Sesampainya ditukang fotokopi aku agak bingung memilih sampul hingga aku melirik cowok disampingku yang juga membeli sampul dan kulihat sampul yang dipilihnya bagus juga, akhirnya tanpa berpikir panjang aku meminta sampul yang sama. Cakep juga batinku saat tanpa sengaja aku melihat wajah cowok tinggi yang berdiri disampingku. Aku kembali masuk ke gedung sekolah tapi sial ternyata gerbangnya tertutup dan pintunya sangat keras dibuka aku berusaha sekuat tenaga untuk membuka dan tiba tiba ada tangan cowok yang mendorong pintunya hingga terbuka reflek aku melihat siapa orangnya dan aku cukup terkejut karena cowok tadi lah yang membukanya dan dengan gentle nya dia menunggu aku untuk masuk terlebih dahulu.

"cie ciee.. " kudengar Nisa meledek sambil senyum senyum nggak jelas.

"paan sih. " sungutku melotot kepada Nisa dan berjalan mendahului mereka berdua.

"Ladya ih, kok lu ninggalin gue sih."

"ya lagi elunya nyebelin."

"eh siapa tuh tadi? Cakep pake banget tau." kerling jahil Nisa.

"mana gue tau, baru juga tadi gue liat."

Bel masuk telah berbunyi aku dan Nisa berpisah untuk menuju kelas masing masing. Aku memang tidak sekelas dengan Nisa di kelas delapan ini, kami sekelas waktu kelas tujuh. Begitu sampai dibangku tempatku duduk aku langsung menyampul buku matematika sesaat aku mengedarkan pandang keseluruh kelas tapi betapa terkejutnya aku saat tanpa sengaja kulihat dibarisan belakang ada cowok yang sedang menyampul bukunya dengan sampul yang sama seperti punyaku saat aku lihat siapa orangnya aku tertegun sejenak karena ternyata itu cowok yang ada di tukang fotokopi tadi. Demi apa ternyata kami sekelas dan aku tak menyadarinya padahal sudah dua minggu kami berada dikelas yang sama.

Flashback off.

Ladya tersenyum mengingat kejadian beberapa tahun silam awal mula pertemuannya dengan mahkluk yang sudah mengisi hatinya sejak awal kenalan hingga kini.

Sebelas IPS DuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang