Spoiled Egg

201 15 1
                                    

Get up! Get up! Get get get up!

Irama Get Up milik BTR mem bangunkan tidurku. Jam setengah 5 pagi yang tandanya aku harus menyudahi kegiatan bobok cantik. Alarm masih berbunyi, aku sangatlah malas. Aku mencoba menggapai sumber bunyi dan...

BRAAKKKK!!!

Aku membantinya menyusuri lantai kamar.

Wajarlah. Setiap hari aku juga melakukan hal yang sama. Jadi, alarm tadi *alias handphone-ku* sudah mempunyai bantalan khusus. Setelah terbanting, aku baru mematikan bunyi alarm yang tak kunjung berhenti.

Dengan loyo, dan tenaga mata yang masih 5 watt, aku berjalan menuju kamar Walter.

Aku menggebrak pintu kamar Walter kencang sehingga menimbulkan suara hantaman yang keras. Mengetahui semuanya masih belum bangun, aku mengucek mataku agar benar-benar terbangun. Mereka berempat memang tidur seranjang berhubung lebar kasur Walter yang lebih dari cukup untuk menampung mereka yang tidurnya kelabakan - kecuali Walter.

Sekarang aku siap.

"PARA KEBO SEKALIAN! BANGUN WOY!!! BANGUN!"

Mereka masih belum bangun. Darren, yang melek sebentar langsung tidur lagi. Stefano menyelam ke dalam bantal. Micky menimpa badan Walter. Dan Walter masih tertidur kalem. Keren banget deh ya.

Udah 10 menit lamanya percobaan untuk membangunkan para kebo. Sekarang saatnya jurus jitu ku keluarkan. Aku menempatkan stereo rapi, kemudian kucolokkan kabel menuju I-phone milik Walter yang tergeletak di sebelah Walter tadi dan langsung kuambil. Setelah itu, aku mengambil satu gayung air.

Aku menyalakan stereo tersebut, volume penuh... Dengan gayung yang masih ada di tangan kananku, aku menaiki kasur dan mulai melompat-lompat mengikuti irama musik. Aku tidak peduli kalau aku akan menginjak salah satu dari mereka. Air yang ada di gayung sedikit demi sedikit berkurang karena tumpah dan mengenai bagian-bagian tubuh mereka.

"HUWWOOOOOOO!!!!"

Aku menjulurkan lidah, mengangkat tangan kiri metal \m/, mengayunkan kepalaku kedepan dan kebelakang sehingga rambut juga berkibas-kibas sembari lompat-lompat tidak karuhan. Musik rock mengiringi tingkah gilaku ini.

"Rrr... D, hentikan!" Walter menepuk-nepuk *menabok lebih tepatnya* kakiku.

"Argh! Kamu menginjakku!" Teriak Stefano kesakitan karena terinjak kakiku.

"D! Berisik!" Darren menutup telinganya.

"Mana sarapannya?" tidak bermutu sekali -_-

Akhirnya mereka semua terbangun dengan basah kuyub -dan aku juga- karena kegaduhan yang kubuat. Mereka bersiap untuk berebut giliran mandi, aku memutuskan untuk meninggalkan ruangan ini untuk mandi juga. Baru saja sampai pintu, mereka memanggilku kompak.

"Denise! Makasih udah bangunin kita ya!" teriak mereka kompak dan mulai memelukku yang masih mengenakan pajama sedangkan mereka telanjang dada semua dan hanya memakai boxer. Oh iya, dan tubuh mereka yang masih basah. Tradisi sedang dilaksanakan.

▶▶▶

Setelah sarapan, aku dan kakak-kakakku bergegas ke sekolah menggunakan mobil Walter. Seperti biasa, aku turun di salah satu gang sempit dekat sekolah. Aku melakukan hal tersebut karena aku tidak ingin ada yang tau kalau aku dan Walter serta teman-temannya memiliki hububungan.

Setelah mengucapkan sampai jumpa, aku berjalan menuju sekolah sendirian. Kebanyakan siswa di sekolahku memang menggunakan kendaraan pribadinya. Jadi, tidak banyak siswa yang berjalan ke sekolah.

Aku berjalan menyusuri koridor sekolah. Aku benar-benar tidak memiliki teman. Entahlah apa yang ada dipikiran mereka semua, bahkan aku tidak terlihat menyeramkan kok.

Cotton CandyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang