Malam itu, aku benar-benar gelisah dan tidak bisa tidur. Aku memilih untuk keluar kamar dan berada di luar villa. Malam ini, angin terasa sangat dingin dan merasuk ke dalam tubuhku. Aku memeluk tubuhku lebih erat, ku rapatkan sweater ku agar lebih hangat. Kakiku melangkah perlahan menikmati hembusan angin, saat terus berjalan dan berjalan, aku menemukan rumah yang sangat besar. Mungkin lebih besar dari villa orangtuaku saat ini. "Tenang saja, Villa kita adalah bangunan paling besar dan mewah di tempat itu." kata-kata mama membuat aku tak habis percaya. Mengapa dia berbohong? Aku mencoba mengetuk pintu itu dalam kegelapan malam. Tak ada jawaban. klek.. pintu itu tidak dikunci. Sungguh aneh.
Rumah itu terlihat sangat berantakkan seperti kapal pecah. Sofa-sofa besar yang ditutupi kain putih dengan debu tebal melekat. Rumah itu sangat kotor dan gelap. Aku tidak melihat titik terang cahaya dalam ruangan besar itu. "Assalamualaikum..." ucapku dalam keheningan. Tapi tidak ada jawaban. krekk... Aku menginjak sesuatu... yang ternyata sebuah cermin berukir yang sangat antik. Mungkin bila dijual harganya akan sangat mahal sekali.
-
"Maa, emangnya villa kita ini yang paling besar?" tanyaku. "Iya dong..." "Semalam, aku nemuin rumah yang besaaarr bangeet.." "Selena, dengar! Mama sama papa udah survei ke semua tempat, dan hasilnya villa kita yang paling besar dan mewah. Kamu jangan ngaco deh." di atas meja makan, terjadi perdebatan antara aku dengan mama. Dan akhirnya, mama yang mengalah dan pergi ke pasar bersama bibi ine. Aku masuk ke kamar dan semakin penasaran. Aku mengambil cermin berukir itu dan menaruhkan wajahku tepat di depan cermin itu. "Apa yang berguna darimu cermin? Apa kau menguntungkan untukku?"
Sekarang, semenjak cermin ukiran itu berada di tanganku, kehidupanku menjadi aneh. Mama dan papa menjadi sering pulang malam dan membiarkan aku sendirian di villa sebesar itu. Entah mengapa, aku juga menjadi sering melihat bayangan-bayangan seseorang berbadan tinggi besar menggunakan jubah hitam, atau putih dengan rambut panjang, atau bahkan jubah merah dengan senyum liciknya. Itu sangat membuatku ketakutan. Hingga pada suatu hari, karena aku lelah diikuti oleh mahluk-mahluk menyeramkan, disaat mama dan papa pergi mencari pembantu baru untuk menjagaku di rumah, aku mengunci pintu kamarku, dan memecahkan cermin itu. Mendadak, tiraiku bergoyang-goyang. Bingkai-bingkai foto berjatuhan. Jam dindingku jatuh dan pecah. Aku merasa sangat pusing, terdapat bayangan seorang anak kecil dalam benakku. Terjadi film pendek dalam otakku.
Seorang anak kecil berambut pirang panjang, matanya yang cokelat membuat setiap orang yang melihatnya merasa ingin berteman. Dialan Salsabila, anak seorang penyihir jahat. Namun, Salsabila sangat bertolak belakang pada perilaku ibunya. Hingga pada suatu hari, salsabila dipaksa sang ibu untuk berlatih menjadi penyhir yang jahat. Yang akan menguasai hutan belantara di desa ini. Salsabila menolaknya dengan lantang, sang ibu pun marah padanya dan memasukkannya ke dalam cermin ukir-ukiran yang aku temukan di rumah besar itu. Salsabila merasa kesepian berada di dalam cermin itu sendirian. Hingga ia berjanji. "Siapapun yang menemukan aku atau cerminku, mereka akan menemaniku dalam cermin itu".
Tiba-tiba semuanya menjadi gelap. Dan aku tidak dapat melihat apapun juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Horor
HorrorJangan lupa di baca ya siapa tau aja asikkk 👍 Di bawah langit yang mulai redup, ketika senja hampir saja beranjak, seseorang dengan keputusasaannya berdiri di atas pagar pendek