CHAPTER 1

610 104 23
                                    

Hari ini langit tampak gelap tanpa di biasain bintang yg seperti biasa menghiasi setiap malam, namun malam kali ini terasa berbeda malam dimana malam pertama nya di negara kelahirannya setelah hampir bertahun-tahun lama nya ia pergi menyembuhkan luka hati yg entah sudah di sembuhkan oleh waktu atau masih tetap sama. Yg dia rasakan hanyalah terlalu berat melangkah saat pertama kali kakinya menginjak lagi negara yg sama dengan seseorang yg telah melukai nya terlalu dalam, dan itu masih sangat jelas di ingatan nya walau semua sudah lama berlalu.

Saat itu iya hanyalah gadis kecil polos yg hanya mengenal satu cinta dan begitu mengharapkan cinta itu, cinta yg sempurna sesempurna pria itu, pria yg tidak memiliki celah sama sekali dalam hidupnya, tapi apa, celah itu hadir saat sedikit lagi cinta itu akan terikat dengan sempurna, seharusnya dari awal dia tidak terlalu percaya dengan kata bualan cinta dari pria itu bukan.

"Prilly" gadis itu menyeka sedikit sudut mata nya yg berair mengingat kenangan lalu yang  nyata nya selalu berhasil membuat air mata nya jatuh tanpa ia inginkan.

Prilly menolehkan kepalanya ke asal suara yg tak asing baginya, walaupun telah lama berpisah tetap saja ia tak akan bisa melupakan suara lembut itu.

"Bunda" jawab Prilly dengan senyum terukir di bibirnya, ia sudah berjanji tak akan pernah lagi memperlihatkan tangisnya lagi di depan wanita yg telah melahirkan nya di dunia ini.

"Anak bunda cantik banget sih, ayo kita turun semua udah nunggu kamu buat makan malam, papa udah laper kata nya"

Prilly terkekeh pelan, ini lah yg di rindukannya bertahun-tahun pergi dengan kesendirian nya tanpa mereka keluarganya yg membuat nya rindu akan kehangatan keluarga.

"Papa emang nggak kuat nahan lapar kan Bun" ucapnya

"Yah kamu tahu sendiri kan"

Mereka tertawa pelan, jika mengingat bagaimana papa nya yg paling tak bisa menahan lapar, apa lagi jika sudah bersangkutan dengan masakan bunda nya di jamin papa nya tak bisa lagi menahan untuk segera memakan masakan sang istri.

******************

"Jadi bagaimana kamu siap?" Prilly mendongakan kepala nya menatap papa nya yg tengah memandangnya menuntut jawaban dari pertanyaan yg beliau tanyakan

"Siap, bahkan sangat siap pa" senyuman kecil itu membuat Gunawan yakin jika putri bungsu nya sudah siap dengan semua yg sudah ia rencanakan

"Dek Lo nggak istirahat dulu gitu?" Ricky sedikit meragukan kesiapan adik nya mengingat baru saja adik nya itu sampai dan sudah dengan cepat nya ingin bekerja bukan kah setidak nya adik kecil nya itu harus mengistirahatkan badannya barang sehari dua hari.

"Bang aku siap kok, lagi pula aku juga bakalan bosen, sesuai perjanjian bukan aku bakalan langsung kerja, dan ayolah aku sudah rindu dengan anak-anak yg akan ku rawat nanti, ya walaupun pastinya berbeda"

"Ya bedalah Jerman sama indo, mana sama" sindir Ricky

"Kamu nggak mau jalan-jalan dulu gitu dek sama kakak" kini giliran fiza lah kakak ipar nya yg ingin membujuknya untuk sedikit saja meluangkan waktu ya untuk dirinya sendiri

"Kita jalan nya nanti aja kak pas weekend" jawab Prilly yg tak tertarik dengan ajakan kakak ipar nya "kak kiya mana?" Tanya Prilly saat tak melihat keponakan kesayangan nya itu. Gadis kecil yg selalu akan menempel kepada nya jika sudah bertemu itu.

"Tadi di jemput sama nenek nya, kata nya besok di balikin" jawab Ricky, yg langsung saja di hadiahi pukulan kecil di pundaknya oleh fiza istrinya.

"Di balikin, kamu kira anak aku barang" protes fiza kesal

"Kamu ini ky, masak anak disamain sama barang" protes Lala bunda nya yg tak habis pikir dengan perkataan Ricky putra sulungnya itu.

"Lah kan benar Bun, besok dianterin kesini" sangkal Ricky membela dirinya

PAST LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang