Guanlin menatap langit malam sambil menyandarkan punggung kokohnya di sebuah sofa yang ada di balkon kamarnya dengan Seonho. Sesaat matanya terpejam dengan seukiran senyum tipis di bibirnya. Saat netra hitam pekatnya terbuka, pandangannya tertuju pada Seonho yang tengah terlelap di ranjang mereka. Mereka? Guanlin tersenyum lebih lebar kali ini. Apalagi kala memorinya pada malam itu terputar lagi di pikirannya.
◆◆◆
2 tahun yang lalu..
Guanlin memukul setir mobilnya dengan kuat. Ia marah dengan air mata yang bercucuran dengan derasnya. Menganak sungai dan tidak berhenti. Seolah semua kesedihannya bercampur menjadi satu. Menyesali tindakan bodohnya 2 bulan yang lalu.
Malam itu ia terlalu sibuk mengurusi berkas-berkas perjanjiaannya dengan pihak asing. Mengacuhkan permintaan istrinya yang ternyata telah menungguinya makan malam di restoran tempat awal pertemuan mereka. Tetap saja sibuk dengan dunianya meskipun ponselnya berdering puluhan kali. Atau mungkin lebih. Guanlin tidak mengingatnya dengan pasti.
Lalu sekretarisnya masuk dengan wajah berduka. Ada setitik air mata di sudut matanya. Guanlin hendak mengusirnya saat satu kalimat meluncur dari bibir sang sekretaris.
"Istri anda mengalami kecelakaan dan tidak selamat."
Guanlin linglung seketika. Bahkan untuk menggerakkan jemarinya saja terasa sangat sulit. Dengan langkah terseok Guanlin berjalan menuju pintu, hendak ke rumah sakit namun karena kondisinya sedang shock berat pada akhirnya sang sekretaris memapah sang atasan yang masih linglung. Membawa Guanlin menuju rumah sakit.
Sesampainya di sana Guanlin berteriak histeris. Tidak kuasa melihat tubuh sang istri yang terbujur kaku dengan wajah menampilkan senyuman manis yang tidak lagi hidup dan bercahaya saat dipandang. Guanlin memeluknya dengan erat. Sangat erat seolah tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh dokter.
Tapi atensinya teralihkan pada tas coklat cream milik istrinya. Dengan tangan bergetar ia membuka tas itu dan menemukan sesuatu yang membuatnya terkejut bukan main. Sebuah testpack dengan dua garis merah. Guanlin mengerang keras dan menangis. Bibirnya mengecupi telapak tangan kaku sang istri dan menggenggamnya erat.
"Maafkan aku.." Hanya itu yang dikatakan oleh Guanlin saat itu.
Guanlin mengacak surai pekatnya dengan frustasi. Sudah 2 bulan sejak kepergian istrinya namun Guanlin bahkan tidak dapat terlepas dari bayang-bayang buruk itu. Ia menyalakan mesin mobilnya dan menginjak pedal gas dengan kecepatan tinggi. Sampai di perempatan jalan yang sepi sesosok pemuda muncul dengan wajah lusuh dan nafas menderu berhenti di tengah jalan. Guanlin yang terkejut menekan klakson mobilnya namun kecelakaan itu tidak dapat dihindari.
◆◆◆
Guanlin membawa pemuda yang tadi ditabraknya ke rumah sakit. Beruntungnya jalanan sedang sepi hingga Guanlin dapat bernafas lega karena ia tidak akan mendapatkan masalah lainnya. Sang dokter keluar dari ruangan.
"Anda walinya?" Tanya dokter itu sambil membuka maskernya.
"Ya. Bagaimana keadaannya?"
"Lukanya cukup parah dan kemungkinan ia mengalami amnesia permanen."
"Aㅡapa?!"
◆◆◆
Karena Guanlin hanya menemukan kartu pelajar di saku celana pemuda itu pada akhirnya Guanlin menampung pemuda itu. Tidak masalah baginya karena ia hanya tinggal seorang diri. Ada pembantu rumah tangga namu datang hanya untuk membersihkan rumah dan menyiapkan makanan.
Pemuda itu bernama Yoo Seonho dan Guanlin baru menyadari jika ia menemukan sosok istrinya pada Seonho. Wajah mereka sama hanya saja Yoon Seonhee adalah seorang perempuan sedangkan Yoo Seonho adalah seorang laki-laki.
◆◆◆
Lagian Seonho cakep amat klo jadi cewek :v
KAMU SEDANG MEMBACA
We Know How To Live Our Life 'GUANHO'
Short Story[PRIVATE] #NOREPORTREPORTSQ Isinya? Dijamin Rated M. Pake cast Guanho? Iya. Kan udah dibilang di bio. Warn! Daddy kink inside ;)