Aku duduk lagi di samping Liana setelah memperkenalkan diriku. Namanya, pak Anton, beliau guru Matematika. Namaku sudah tercatat di buku absennya. Habis itu, kelas kembali ramai seperti semula. Kayaknya, memang aku harus terbiasa sama suasana kelas yang berisiknya nggak beda jauh seperti pasar loak.
"Anak-anak, hari ini bapak ada rapat walikelas, kerjakan LKS halaman 92, PG 10, Essay 2 saja. Nanti ketua kelas tolong kumpulkan di meja bapak, ya." beritahu pak Anton.
Pak Anton langsung pergi. Habis itu, aku minjam LKS Liana. Soalnya, aku belum punya buku. Tapi ujung-ujungnya, kami mengerjakan bersama. Cukup kuakui kalau Liana pintar di bidang ini. Aku sih, nggak terlalu, aku lebih suka bergaul sama Bahasa Inggris. Seperti kak Edgar.
Bel berbunyi lagi, aku nggak tau itu pertanda bel apa. Tiba-tiba semua murid disini menenteng baju olahraganya masing-masing. Terus, mereka keluar kelas.
"Lin, sekarang pelajaran apa?" kutanya.
"Olahraga, La."
"Hmm."
"Ayo, kamu temenin aku ke toilet ya. Nanti kamu lapor ke Pak Zidan aja kalau kamu murid baru disini. Paling, entar kamu cuma disuruh duduk di pinggir lapangan."
Yasudah. Aku setuju kalau begitu.
"Yuk."
* * *
Benar, kan. Aku duduk dipinggir lapangan. Aku cuma bisa liat teman-teman sekelasku yang ber-olahraga. Materinya, bola basket. Pak Zidan nemang guru yang tegas. Daritadi, banyak perempuan disana yang kena omelan Pak Zidan, gara-gara mereka salah mendribble bola.
Aku melirik jam tanganku. Sudah jam 11. Panas banget disini. Akhirnya, aku memutuskan untuk pergi ke kantin sebentar. Mumpung Pak Zidan lagi sibuk sama anak-anak. He he he.
Bruk!
Nggak tau kejadiannya seperti apa. Tiba-tiba pantatku sudah diatas lantai aja, lumayan sakit. Aku mendongak, mendapati tiga perempuan yang berdiri. Terus, mereka menatapku sinis banget.
"Ma-maaf." lirihku.
Aku bangkit. Tapi, mereka masih menatapku dengan tatapan yang sama.
"Lo anak baru? Gue nggak pernah liat lo disini." tanya si perempuan berambut coklat se-bahu.
Aku cuman bisa mengangguk.
"IPA apa IPS?"
"IPS."
Bruk!
Tiba-tiba lagi, aku jatuh, kali ini lebih sakit. Soalnya, perempuan yang memakai bando hitam itu mendorong tubuhku, sampai aku terpental cukup jauh. Sumpah, sakit banget. Aku nggak ngerti mengapa mereka bisa jahat.
"Lo nggak boleh ada di wilayah ini, asal lo tau!" dia berteriak.
Nggak usah berteriak pun, aku mendengar, kok.
"Lo cuman anak IPS, ini wilayah anak IPA." tambah temannya.
Apa, sih, maksudnya?
"Masih anak baru aja udah berani-beraninya nginjek kaki disini. Lo pikir lo punya orang dalem?"
"Maksud kamu—" astaga, aku belum selesai bicara.
![](https://img.wattpad.com/cover/115188670-288-k703294.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
CALA (Love you 'til I die)
Teen FictionNamanya, Kahvikry Rizkiandyfan Djajangkoesnandar. Tolong bilang padanya, aku membencinya. Tapi, nggak tau untuk hari besok. - Cala Kamila.