Little Kiss

4.5K 620 22
                                    

(Note: dicerita ini umur Kookie masih 17 tahun)

Sepanjang perjalanan karir Bangtan hingga sekarang, Jimin selalu mengakui dirinya tertarik dengan maknae mereka. Jeon Jungkook. Tidak menyerah meskipun sudah ditolak berkali-kali. Jimin si pekerja keras. Julukan yang pantas karena ia tidak pernah menyerah untuk menarik perhatian Jeon Jungkook. Maknae imut tapi manly. Penuh dengan aura berontak yang seksi. Semua setuju. Tapi tidak pernah setuju dengan kelakuan maknae yang kadang kelewatan terhadap para hyung. Jimin misalnya. Meskipun dua tahun lebih tua. Badan kecil Jimin sering diledek, sering jadi bahan bully-an. Kalau yang diperlakukan seperti itu Suga, sudah pasti sumpah serapah keluar dari mulutnya. Tapi Jimin adalah hyung paling murah senyum dan sulit dibuat marah. Jadi Jungkook betah mengganggu Jimin, manisnya Jiminpun tidak pernah keberatan.

Jimin sebenarnya tidak main-main dengan perasaannya. Singkatnya ia benar-benar menyukai Jungkook. Sayang sekali. Si maknae mungkin tidak sadar.

"Jungkook, jangan mengiris bawang sambil nonton begitu. Nanti tanganmu luka."

Yang ditegur melongo menatap layar televisi. Kegiatan damai Jungkook di dorm awalnya adalah menonton acara Variety Show favorite yang sudah lama tidak ia tonton. Sampai Seokjin memintanya memotong bawang dan parprika untuk makan siang mereka. Ia tidak menolak asal diijinkan melakukannya sambil nonton.

Mendengar suara Jimin, Jungkook mendongak dan menyunggingkan senyum kelincinya. "Jiminnie hyung coba liat! Inikan acara yang dulu sering kita tonton. Sekarang jam tayangnya pindah." ujarnya sumringah.

Jimin balas tersenyum. Senang melihat kelinci lucunya riang. Well, Jungkook memang selalu riang akhir-akhir ini. Terimakasih kepada PD-nim yang memberi mereka liburan selama dua minggu setelah dua bulan persiapan comeback yang melelahkan.

"Kita sudah lama tidak nonton sama-sama ya, Kookie."

Jimin duduk disebelah Jungkook. Mengambil alih pisau dan mulai memotong bawang. Membiarkan Jungkook lebih leluasa menonton.

Si kelinci bongsor mengangguk semangat. Mengubah duduknya jadi tengkurap. Tangannya di tumpu menahan dagu. Bantal sofa di taruh jadi penyangga dada. Jimin dan Jungkook menonton di ruang tamu.

Dari arah dapur, Seokjin mengamati. Tersenyum kearah dua adik kesayangan. Menyadari kasih sayang yang Jimin beri kepada anggota termuda. Memang tidak ada yang berubah dari Jimin. Si malaikat Bangtan yang mencintai Jungkook. Sayang sekali Jungkook tidak pernah sadar.

.

.

.

Malam itu Jimin terbangun. Ia bermimpi buruk dan memutuskan untuk pergi ke ruang tamu. Pukul dua pagi. Jimin merebahkan diri di sofa. Mengambil satu komik di rak buku dan memutuskan membacanya sampai tertidur.

Benar saja, cara itu ampuh membuatnya terlelap.

Tidak berselang waktu lama, pintu kamar Jungkook terbuka. Sang maknae keluar dari sana dengan wajah mengantuk. Niat mau ke toilet. Tapi mata Jungkook menangkap sosok mungil sedang tertidur pulas memeluk bantal sofa dan komik doraemon.

Jungkook memutuskan ke toilet dulu. Sehabis dari toilet, dirinya ragu ragu mendekati Jimin yang masih tertidur.

Jungkook berjongkok di dekat sofa, dekat wajah Jimin.

orbs obsidian menjelajah wajah pria kecil. Mengamati kulit Jimin yang semulus bayi. Ekspresi polos dan damai yang lebih damai dari wajah Jimin tiap berbicara pada Jungkook.

Ditengah dengkur halus yang menggema diruang sunyi. Jungkook mengamati rahang pria manis dihadapan. Terlihat lebih tegas. Tidak seperti pertama mereka bertemu. Dulu bagian itu kelebihan daging sedikit. Menggembung sampai ke pipi, menimbun wajah Jimin sendiri kalau dia tersenyum. Tidak jelek sama sekali. Manis malah. Jungkook tersenyum mengingatnya. Perhatian Jimin selama ini sangat mustahil untuk diabaikan. Mungkin dulu ia malu dan memilih untuk menolak terang terangan. Tapi orang ini kelewat baik sampai Jungkook sendiri bimbang dibuatnya.

Yah, tidak ada yang tahu kalau Jungkook sebenarnya sadar perasaan Jimin. Tidak karena ia tidak pernah menunjukkan respon saat Jimin mulai menggodanya. yang terpenting, satupun tidak ada yang tahu. Kalau Jungkook tidak keberatan.

Dalam sehari, kalau waktu sendirian sebelum tidur Jungkook sering browsing di internet. Mencari tulisan penggemar yang menyangkut hubungannya dengan Jiminnie hyung-nya. Ia ingin tau bagaimana penggemar melihat mereka. Jungkook kadang cekikikan sendiri. Takjub dengan kejelian para fans. Bagaimana mereka bia menilai body language sebegini detailnya? Jungkook takzim.

"Ergh...."

Si kelinci sadar dari lamunan. Menjauhkan wajah saat Jimin bergerak tanpa membuka mata. Mencari posisi lebih nyaman di sofa sempit. Kini posisi Jimin berbaring nyaman kearah Jungkook. Jungkook mendekatkan wajah lagi. Hembusan nafas Jimin terasa dikulitnya. Hangat. Jungkook merona. Kemudian bergerak maju.

Dahi mereka ditempelkan pelan-pelan. Aman. Lalu hidung. Jungkook menegang saat nafas Jimin terdengar tercekat. Tapi kemudian kembali normal. Pelan-pelan, sangat pelan. Jungkook menempelkan bibir mereka. Rasanya menyenangkan. Jungkook mengulum senyum, menikmati rasa hangat dalam dada. Bibir Jimin sangat lembut dan penuh.

Cukup lama posisi mereka seperti itu.

Sampai seseorang berdehem di pintu kamar tengah. Jung Hoseok melipat tangan disana. Menatap Jungkook dengan tatapan 'Dasar anak nakal.'

Jungkook spontan menjauhkan wajahnya dari Jimin. Untunglah pemuda kecil itu tidak bangun. Dia hanya memamerkan senyum canggung, menatap Hoseok dengan puppy eyes andalan. Telunjuk diletakkan di depan bibirnya. Artinya 'jaga rahasia yang hanya aku dan kau yang tau ya, Hoseok hyung'.

Yang dipintu hanya memutar bola mata, terkekeh geli melihat tingkah maknae.

"Sekarang cepat kembali ke kamarmu. Bayi."

Cengiran Jungkook makin lebar, ia beranjak dan berpose hormat. Kemudian lari tanpa suara ke kamarnya.

Hoseok hanya tersenyum geli. Kemudian ke mendekati Jimin yang masih tertidur lelap.

"Jimin-ah... Bangun."

Yang dibangunkan menggeliat kecil.

"Hyung?"

"Kenapa tidur diluar?"

Jimin mengucek mata dan bangun dari posisi tidur.

"Aku mimpi buruk dan memutuskan membaca komik disini. Tapi kelihatannya aku ketiduran."

Hoseok tersenyum. "Apa barusan masih mimpi buruk?"

Si pria kecil mengernyit tak mengerti. Wajah imutnya mengerut mengingat ingat. "Tidak sih, aku tidak ingat. Tapi rasanya lebih baik dari sebelumnya."

Tawa kecil Hoseok pecah. Jimin tambah bingung.

"Ada apa hyung? Kenapa tertawa?"

Yang lebih tua menggeleng. "Tidak apa-apa. Sekarang tidur dikamar ya?" Dibalas anggukan.

Jimin mengikuti Hoseok ke kamar mereka. Tidak tau sama sekali apa yang terjadi pada bibirnya beberapa menit yang lalu.

—-

THINGS 1 (KOOKMIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang