🌜[2] Pingsan🌛

64 4 3
                                    


Ada sifat terpendam yang membuatku penasaran.

- Kiana Ferryla-

______________________________________________

Kiana mengerjapkan matanya beberapa kali berusaha melihat lebih jelas yang terasa kabut meyelimuti rentinanya. Mulai terlihat langit-langit dengan sekeliling serba putih. Kiana berusaha bangun dengan melawan pening yang selalu ikut serta di kepala kiana.

"Nak kiana udah bangun?" Ucap ibu separuh baya yang tak asing lagi bagi kiana. Yups bu damar, penjaga UKS sekaligus guru biologi kelas XI.

"Lho bu kok saya bisa ada disini ya?" Ucap kiana dengan nada rendah karena kondisi tubuhnya yang masih lemah.

"Kamu pingsan kiana, kamu digendong sana cowok, tapi saya nggak tau siapa dia langsung pergi aja ninggalin kamu disini" ucap bu damar.

'Cowok nggak gentle ninggalin gitu aja'

"Ehmm yaudah ya bu, saya mau masuk kelas dulu, ikut pelajaran. Makasih ya bu udah rawat kiana" ucap kania seraya memberikan seulas senyuman.

"Beneran kamu kuat kekelas? Apa disini aja biar ibu ijinin wali kelas kamu"jawab bu damar yang tampaknya masih khawatir dengan kesehatan kiana .

"Nggak usah bu makasih" ucap kiana lirih.

Kiana mengambil tas yang sempat ditinggalkan sama cowok nggak 'gentle' itu. Kiana mulai menapaki lorong sekolah menuju kelasnya dan berharap kali ini bu tiana mema'afkan kiana.

"Tok tok tokk" suara daun pintu kelas terdengar dari ketukan tangan kiana.

"Yaa masuk"

"Assalamualaikum bu"

"Wa'alaikumsalam"

"Ma'af bu terlambat, saya tadi kena hukuman dan karena belum sarapan saya pingsan bu" ucap kania lirih. Karena bu tiana melihat wajah kiana yang pucat pasi, bu tia agak prihatin yang membiarkan ikut pelajarannya.

"Ya baiklah ibu maafkan, sana duduk dibangku kamu"

"Makasih bu" jawab kiana.

Seiring jam pelajaran bu tia yang mengajar pelajaran matematika pikiran kiana sama sekali tak bisa mengikuti dan antusias seperti biasa yang ia lakukan kalau mendengar kata matematika ditelinga. Lain hal ini kania berusaha mengingat kejadian tadi yang barusan menimpanya sampai tak sadarkan diri.

Kringgg kringg

Bunyi alarm kiana begitu nyaring terdengar sampai sudut kamar kiana. Kiana mencoba meraih alarm dan mematikannya. Ia mencoba memperjapkan matanya sesekali lalu melihat jam.

"Ekhmm jam setengah delapan.. hah" Ucap kiana panik dan sontak berdiri mencari seragam dengan terburu-buru karena rasa takut atas keterlambatannya ia harus kena hukuman dari pak har. Kiana lalu masuk ke kamar mandi untuk mandi meskipun kiana kesiangan tapi ia tak biasa untuk sebatas cuci muka.
Menuruni anak tangga dan terhenti akan keadaan sekitar hening, sepi,sunyi. Inilah keadaan setiap pagi yang kiana rasakan tiada ucapan good morning, ataupun sejenisnya.

'Papa mama pasti sudah pergi dan sibuk dengan urusannya masing-masing'

Kiana mulai merasakan udara debu polusi jakarta meskipun masih pagi, mendengar hiruk pikuk manusia pengejar waktu demi tidak keterlambatannya mencari harta, suara bising dan klakson saling besautan seakan tidak ada kesabaran dan selalu ingin menang sendiri. Tidak jauh dari pandangan dika terlihat kiana dengan rok selutut sedang bingung entah menunggu atau mencari sesuatu. Kiana melihat sebuah sepeda motor sport yang mulai mendekat secara perlahan lahan.

CALKIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang