Matahari siap menjalankan tugasnya menggantikan sang bulan. Perlahan tapi pasti, cahayanya mulai menyinari keseluruhan kota Jakarta.
Rana, gadis dengan rambut sebahu yang kali ini terlihat berantakan itu sedikit terusik karena cahaya matahari yang menerobos masuk melalui celah-celah jendela kamarnya.
"Hoam..." Rana menggeliat, menggerakan otot tubuhnya yang terasa pegal. Gadis itu kemudian menarik selimut miliknya lalu membungkus tubuhnya didalam sana.
Samar terdengar suara ketukan pintu, tetapi gadis itu tidak menghiraukannya. Semakin lama, ketukan pintu tersebut berubah menjadi dobrakan kecil.
'Bugh'
Rana mendengus, dia menyembulkan kepalanya dari dalam selimut. Dengan matanya yang masih setengah terpejam, Rana menatap samar pintu kamarnya sudah terbuka lebar tapi dia sama sekali tidak melihat siapapun disana.
"Aduh..."
Rana mendengar jelas suara itu, dan langsung mengerjapkan matanya berkali-kali sampai penglihatannya benar-benar jelas. Gadis itu mengubah posisinya menjadi duduk bersandar di kepala ranjang, diam dan melamun karna kesadarannya belum sepenuhnya terkumpul.
"RANA ROSITA!"
Rana refleks menggelengkan kepalanya pelan saat mendengar suara teriakan itu, matanya menangkap sosok Fahlita Cabariti-- sahabatnya yang tergeletak dilantai.
"Astaga Ta, lo ngapain tiduran disitu?" tanya Rana polos. Dengan tanpa dosa nya Rana malah jongkok didepan Fahlita yang masih berbaring dilantai.
Fahlita mendengus super kesal. Fahlita pun perlahan mengubah posisinya menjadi duduk. Mengusap pelan bagian atas tubuhnya lalu menatap Rana tajam. "Eh anyink, gue nyungsep ini tuh." Fahlita memaki.
"Oh," Rana bergumam lalu mengerutkan keningnya, "ngapain nyungsep di kamar gue?"
Fahlita ingin mendorong Rana dari balkon kamarnya sekarang juga, tapi dia tidak se-psycho itu. Fahlita memejamkan matanya, menarik nafasnya lalu membuangnya perlahan.
"Oke, lo liat?" Fahlita menunjuk jam dinding yang kebetulan letaknya di belakang Rana. Jadi gadis itu harus menoleh kebelakang untuk melihat apa yang Fahlita tunjuk.
"Liat Na, jam berapa sekarang?"
Rana menguap lalu menggaruk kepalanya yang memang terasa gatal. "Jam setengah tujuh pagi, dan lo ga ada kerjaan banget kerumah gue jam segini." Rana mendengus, gadis itu kemudian kembali merebahkan tubuhnya di kasur.
Fahlita duduk di tepi ranjang, menarik-narik celana pendek berbahan kaos yang dipakai Rana sampai beberapa kali Rana memekik kesal.
"Rana! Ish, lo lupa atau gimana?" tanya Fahlita. Tapi Rana diam dengan mata yang menatap langit-langit kamarnya.
"Bentar..." Rana memejamkan matanya, mencoba mengingat apakah dia memilik janji dengan Fahlita atau apapun itu. Tapi setelah 15 detik berpikir, Rana tidak mengingatnya. "Lupa. Eh, apa sih?"
Fahlita tidak mengiraukan Rana yang sedang menatapnya dengan mata menyipit dan keningnya yang berkerut. Gadis berhijab itu memutar bola matanya kesal, dia beranjak ke meja belajar Rana yang berada di sudut ruangan dekat jendela lalu mengambil handphone Rana yang berada disana.
Rana masih diam, tapi dia fokus melihat Fahlita yang sedang memainkan handphonenya.
"Anjir," Fahlita memekik kaget sembari menatap Fahlita penuh selidik. "Na, semalem lo tidur jam berapa?"
"Jam 7 atau berapa ya, lupa." jawab Rana.
"Dan baru bangun barusan?"
Rana mengangguk. "Kenapa sih emang?" tanyanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Repetido
HorrorSebuah rasa penasaran yang membawa persahabatan mereka di ambang maut. Dan perasaan lah yang mengalahkan segalanya.