Setelah merasa perjalanan mereka mengikuti Digo dan teman-temannya itu tidak menarik, akhirnya Keyra pun mendapatkan ide untuk segera memanggil peliharaan kesayangannya, yaitu macan, yang diberinya nama Ucup.
Keyra berniat untuk memberikan mereka sedikit kenangan yang tidak akan pernah mereka lupakan. Keyza pun setuju, hitung-hitung buat bikin Digo luluh, pikir si Keyza. Dengan rencana tersebut, akhirnya Kenza setuju dan langsung bersemangat untuk segera menjahili mereka.
Srrttt
Mereka berlima langsung menghentikan langkahnya ketika mendengar suara seperti sesuatu yang baru saja berjalan melewati mereka dengan cepat.
"Anjir!" Agil langsung merapatkan tubuhnya ke Fahlita, yang membuatnya langsung memukul pelan bahu lelaki itu.
"I..tu su..suara ap...a?" Ariel berbicara dengan nada yang rerbata-bata dan langsung membelalakkan matanya.
"Yaela, lebay banget sih lo berdua," Rana menatap remeh ke arah keduanya, "Itu cuma suara angin, njir." Lanjutnya dengan memutar bola matanya kesal.
"Ya santai dong, Na. Kan gue kaget."
"Nah, iya. Gue juga kaget.""Alay!" Fahlita kemudian memeletkan lidahnya, bermaksud untuk mengejek Agil dan Ariel.
"Diem," Digo menatap serius kepada mereka, dan segera menutup matanya sejenak. "Ada yang ngikutin." Ujar Digo seraya membuka kembali matanya.
"Tuh kan, anjir!" Ariel langsung memeluk Agil dan memejamkan matanya karena takut.
"Alay woi, gue masih normal." Ujar Agil langsung melepaskan pelukan Ariel dan beralih tempat sedikit ke belakang.
Tiba-tiba, Agil membungkukkan tubuhnya seperti ada sesuatu di dalam dirinya dan memaksa untuk mempengaruhi tubuh Agil.
"Rawr..."
Ariel yang membelakangi Agil langsung terkejut dan merapatkan tubuhnya ke Digo.
"Gil, lo ngapain sih? Gak lucu woi." Fahlita mengdelikkan matanya ke Agil.
"Rawrrr..."
Agil pun langsung melaju dengan cepat seperti macan yang hampir mendapatkan mangsanya.
Agil berlalu dengan kencang dan membuat Fahlita ketakutan, yang akhirnya menangis. Begitu juga dengan Rana, gadis itu langsung mendekati Fahlita dan memeluknya.
Angin berhembus dengan kencang, membuat dahan-dahan di pohon ikut terbang beriringan dengan kencangnya hembusan angin tersebut. Saat ini, suasana seperti sangat mencekam bagi semuanya.
"Sini woi, kita berdoa sama-sama." Digo mengarahkan Fahlita dan Rana untuk bergabung dan segera membentuk lingkaran kecil yang diisi oleh dirinya, Ariel, Fahlita dan juga Rana.
Fahlita dan Rana mendatanginya dengan badan yang gemetaran. Sedangkan Ariel, dia memejamkan matanya bermaksud melafalkan doa kepada Tuhan agar mereka diselamatkan.
"Gue mau pulang."
"Nggak bisa gitu, Ta."
"Gue gak peduli."
"Jangan bersikap bodoh!""GUE TAKUT!" Fahlita langsung terduduk ke tanah dan menangis kencang.
"Lo apa-apaan sih, Ta?!" Rana membalas dengan nada marah kepada Fahlita, dia muak dengannya yang sedaritadi memaksa untuk pulang dari Hutan Rikey dan meninggalkan Agil yang sekarang hilang entah kemana.
"Lo berdua bisa diem gak, sih?" Digo berteriak kencang karena dia sudah benar-benar kesal dengan perdebatan antara Fahlita dan Rana.
"Ini juga gara-gara lo, Ta!" Ariel menatap penuh emosi kepada Fahlita. "Lo yang maksa kita semua buat ke sini!" Lanjutnya sambil berdiri di hadapan Fahlita yang sekarang terlihat masih berderai air mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Repetido
HorrorSebuah rasa penasaran yang membawa persahabatan mereka di ambang maut. Dan perasaan lah yang mengalahkan segalanya.