Part 2 - Perjalanan

162 38 6
                                    

Belum ada setengah perjalanan, suasana di dalam mobil menjadi ricuh. Ariel protes karena audio mobil Agil tidak memutar lagu kesuakannya.

"Gil, denger musik pakai handphone gue aja." Digo menyodorkan benda tipis berlogo apel digigit itu ke Agil. Baru saja Agil ingin mengambilnya, tapi Ariel menahan.

"Gak! Lagu lo apaan isinya? palingan lagu-lagu zaman dulu," Cibir Ariel yang lalu ikut menyodorkan ponselnya ke Agil. "Pake handphone gue aja."

"Lo ebih parah kali. Lagu Younglex sama Reza Arap Oktovian gamers ganteng idaman lo itu. Gak ya, gue pusing denger lagu begituan." protes Digo tidak terima.

"Apasih kalian? Biar adil mending pake handphone gue aja," Fahlita menengahi dan hampir ponselnya di terima Agil, tapi Ariel dan Digo memekik "Nggak! Lagu lo galau semua!"

Fahlita mendengus, menoyor satu persatu kepala kedua laki-laki yang duduk di sisi kanan dan kirinya dengan kesal. "Eh inget ya, cewek gak bakal galau kalau bukan karena ulah cowok." ujar Fahlita.

"Masih belum move on dari Willy, Ta?" sahut Rana yang sekarang sedang menatapnya dengan senyum jahil.

"Apaansih? Gak jelas." Fahlita mencoba bersikap biasa saja. Gadis itu mengulum bibirnya berkali-kali, menyenderkan tubuhnya lalu memejamkan matanya. "Jangan ganggu, gue ngantuk. Mau tidur." ujar Fahlita.

"Mau tidur apa mau nangis, Ta?" ledek Ariel. Fahlita langsung memukul laki-laki itu berkali-kali sampai Ariel memohon minta ampun.

"Eh, lo mau bunuh gue secara perlahan?!" Ariel meringis. Untungnya Fahlita sudah berhenti melakukan aksinya. Rana dan Agil tertawa melihatnya.

"Jangan macem-macem sama gue!" Fahlita menunjuk Ariel dengan tatapan yang dibuat serem. Aslinya, Fahlita malah terlihat menggemaskan.

"Gelap, gak kedengaran." kekeh Ariel.

Fahlita tidak menghiraukan Ariel yang terus meledeknya, dibantu Rana dan Agil yang ikut-ikutan.

"Ish..." Fahlita yang siap mengeluarkan kata kasar tapi refleks mengatupkan mulutnya. Matanya perlahan melirik tangannya dan terasa aneh. Keningnya berkerut, dengan alis yang terangkat menatap Digo.

Laki-laki itu tersenyum sambil mengusap lengan Fahlita lembut. "Jangan nangis, Ta." Digo terkekeh.

Fahlita mengangguk polos lalu menarik tangannya dari genggaman Digo. Fahlita tersenyum kikuk, "Hm, iya." gumamnya.

Kasihan memang si Fahlita, dia adalah korban php Willy–cowo hitz yang terkenal dengan ke-playboy-annya. Fahlita memang sempat galau berminggu-minggu setelah kejadian itu, pasalnya Willy sudah menyatakan perasaannya dan membuat Fahlita yakin jika Willy serius denganya. Bagaimana tidak yakin? Sikap Willy berubah menjadi lebih baik dan lebih sopan dari sebelumnya. Willy bilang, itu semua dia lakukan demi Fahlita. Tetapi seminggu kemudian, Fahlita mendengar kabar bahwa ternyata Willy sudah resmi berpacaran dengan teman sekelasnya, yaitu Diva. Sakit, bukan?

***

Agil menggosok kedua telapak tangannya. Memijat kepalanya yang terasa sedikit pening, rasa kantuk juga sedikit menyerangnya.

Untungnya hanya butuh beberapa menit lagi mereka akan tiba di tempat tujuan. Setelah 4 jam perjalanan, terhitung 1 jam terjebak macet di daerah puncak. Maklum, week end.

Suasana mobil sangat hening karena Ariel, Digo, Fahlita dan juga Rana tertidur pulas sejak beberapa jam lalu. Tepatnya setelah menyantap habis bekal yang dibawakan mamanya Rana.

Agil melirik ke samping kirinya refleks saat melihat Rana menggeliat lucu. Gadis itu lalu membuka matanya dan menguceknya beberapa kali.

"Dimana ini, Gil?" tanya Rana.

RepetidoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang