Late (Iren POV)

146 2 0
                                    

"Aku minta maaf," ujarnya.

Aku mendengus kesal dan menoleh, menatap kesal ke arahnya,
"Jam berapa ini?" Tanyaku, menyindir.

Cowok itu, Chanyeol, buru-buru mengambil handphonenya dan duduk di sampingku.
"Jam setengah 5," kataku cepat.

"Eh?"
Chanyeol sontak menatapku. Aku tahu dia bahkan belum sempat mengecek jam di handphonenya. Lagipula aku sudah tau jam berapa ini. Aku hanya ingin menyindirnya. Dia benar-benar tidak peka.

"Kau sudah terlambat setengah jam! Teganya kau biarkan aku kedinginan di sini, sendirian di pojok taman!" Teriakku kesal. Aku melayangkan tatapan marah padanya. Tetapi, dia terlihat sangat santai. Apa-apaan itu?

"Maaf," ucapnya.

Aku mendengus dan menggigit bibir bawahku,
"Permintaan maaf tidak diterima," balasku kesal.

"Noona, aku-"

"Blablabla," Aku memotong ucapannya.

Lalu aku memalingkan wajah ke arah kanan. Melihat ikan-ikan di kolam yang sedang berenang ke sana kemari. Hei, sebentar, ada sepasang ikan yang lagi mojok berduaan di sana. Sialan, mereka kelihatannya lebih romantis dibandingkan kami.

"Hei, Irene," aku tersentak. Secara otomatis aku membalikkan badan ke arah Chanyeol. Jarang-jarang dia memanggil namaku seperti itu. Saat ini dia sedang serius. Aku jadi takut.

"Ini," kulihat dia merongoh kantung jaketnya. Setelah itu, mengeluarkan sebuah kotak berwarna pink dengan pita diatasnya. Dia menyodorkannya padaku.

"Apa ini?" Aku mengambil kotak itu dan membukanya.

Terdapat sebuah kalung berwarna perak yang memiliki liontin berbentuk kerangka bola dengan bentuk hati di dalamnya. Aku mengangkatnya dari dalam kotak. Tak sengaja kulihat ada sebuah kertas kecil di bawahnya.

Aku mengambil kertas itu dan meletakkan kembali kalung tadi.

Maaf aku terlambat. Aku mencintaimu selalu,

Pacarmu yang ganteng, Chanyeol

Tanpa sadar aku tersenyum. Tiba-tiba, setitik air mata menetes dari mataku.

Aku langsung memeluk Chanyeol. Aku tak ingin dia melihatku menangis seperti ini,
"Maafkan aku Yeol-ah. Aku juga mencintaimu," ujarku. Bodohnya, suaraku terdengar bergetar. Sudahlah, aku tak peduli lagi.

Akhirnya, aku menangis kencang setelah dia melingkarkan tangannya, membalas memelukku. Entahlah, perasaanku sangat hangat. Aku menangis sampai saat dia mengajakku membeli es krim. Dia membelikan es krim cokelat kesukaanku. Saat itulah aku sadar. Cowok ini. Aku benar-benar mencintainya. Aku mengukir senyum di wajahku. Bahagia sekali bisa memilikinya.

Late, Iren POV, END

[Exo X Red Velvet] BecauseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang