Bab 3 "Kala Diriku Tak Mengerti Definisi Cinta"

24 2 0
                                    

"Aku tidak mengerti apa itu cinta. Tapi aku bisa menyimpulkan, bahwa cinta itu adalah awal di mana hati telah menemukan tambatannya."

Sepulang sekolah, aku berjalan menyusuri lorong kelas.
Aku tidak bersama Patricia, karena dia sedang ada kegiatan.
Mungkin hari ini aku akan pulang sendiri.

Tak lama, aku bertemu dengan Sebastian. Dia memanggilku dan berlari kecil ke arahku.
"Hei, tadi aku lupa menanyakan namamu. Tadi hanya Patricia yang memperkenalkan diri. Padahal tadi kita sudah banyak bertukar cerita. Tapi aku masih belum mengenal namamu."
"Aku Christina Eliza. Panggil aja aku Christina."
"Wah... nama yang bagus."
"Hehe terima kasih."
Aku hanya bisa tertawa kecil untuk menghilangkan rasa kecanggungan ini.

"Kamu mau pulang kan? Bareng aja sama aku."
"Eh... gak usah, aku bawa sepeda kok. Tenang aja."
"Yakin?"
"Iya, tidak apa-apa."
Aku hanya membalasnya dengan senyum dan anggukan.
Entah mengapa, jantung ini berdegup sangat hebat ketika aku bertemu atau melihatnya.

Semakin hari, kami demakin dekat. Tetapi ada yang aneh.
Ketika aku berada di dekatnya, aku merasa nyaman. Seakan aku sedang jatuh cinta. Namun, selama ini aku masih belum yakin tentang perasaanku ini.
Entah mengapa, aku selalu memikirkan tentangnya.

~~~~~~~~~~~~~~~~~ || ~~~~~~~~~~~~~~~~~
Hari ini, aku mengikuti lomba biola di salah satu Universitas. Aku ingin sekali masuk ke Universitas tersebut.
Maka dari itu, aku mencoba mengikuti lomba biola agar bisa masuk ke sana.

Aku sedang mempersiapkan diri menyiapkan barang-barang yang akan aku bawa.
"Apa kau mau mengikuti lomba?" Sebastian tiba-tiba saja bertanya padaku.
"Ya, tentu saja. Doakan aku ya..."
"Pasti! Fighting!"
Aku hanya tersenyum sambil menyiapkan barang-barang yang akan aku bawa.
"Ayo kuantar" ajaknya.
"Hmmm... tidak usah. Aku merepotkanmu. Lagi pula, aku naik sepeda kok."
"Jarak dari sekolah ke Universitas sangat jauh. Nanti kau terlambat."
"Benar juga ya. Tapi apakah aku akan merepotkanmu?"
"Tidak kok. Santai saja."

Pada akhirnya, aku diantar oleh Sebastian. Aku sangat gugup. Kecanggungan menyelimuti suasana.
Tak biasanya aku dibonceng oleh laki-laki. Jantungku berdegup sangat kencang. Apakah ini cinta? Tapi mengapa cinta hadir begitu cepat?
Aku tak tahu diriku sudah siap untuk memulainya atau belum.

Tak terasa kami sudah sampai. Saat aku melihat jam, waktu tinggal tersisa 5 menit. Aku langsung lari dan tidak sempat mengucapkan terima kasih.
Tiba-tiba saja handphone ku berbunyi. Sebastian mengirim pesan, memberi semangat dan mengirim pesan ''sama-sama''. Aku tersenyum dan menarik napas yang dalam, lalu aku langsung mengikuti lomba.

~~~~~~~~~~~~~~~~ || ~~~~~~~~~~~~~~~~
Malam ini cuaca sangat dingin karena hujan turun. Aku baru pulang dari perlombaan. Lagi-lagi aku lupa membawa payung. Sambil menunggu hujan reda, aku mengingat kembali di mana beberapa hari yang lalu aku bertemu dengannya dalam hujan. Aku hanya bisa tersenyum sendiri dalam hujan sambil berharap dia akan datang.

"Mengapa kau tidak menelponku untuk menjemputmu?" Tiba-tiba dia datang sambil memayungiku.
Aku terkejut saat melihat dia hadir dan memayungiku dalam hujan.
Hatiku berdegup sangat kencang. Senyumanku sirna seketika melihatmu ada dihadapanku.
Rasanya seperti bernostalgia. Aku tak tahu ingin berkata apa. Tapi aku yakin perasaanku bahagia. Tak ada kesedihan atau kekecewaan menyelimuti perasaanku saat ini.

Aku masih bertanya dalam hatiku. Mengapa dia bisa datang? Apakah ia merasakan apa yang aku rasakan sekarang? Tanpa kusadari ia memelukku dalam hujan. Seakan ia ingin menghangatkanku dalam dinginnya malam. Aku merasakan kehangatan dalam dekapannya.

"Mari kuantar pulang."
Aku hanya bisa berjalan perlahan mengikutinya.

Sesampainya di rumah, aku hanya mengucapkan terima kasih dan tersenyum, lalu pergi.
Di balik jendela aku hanya bisa meratapi kepergian Sebastian dari rumahku.
Dalam tidur aku hanya bisa mengingat kejadian tadi.
Aku berpikir bahwa ini mungkin adalah cinta.
Tetapi, aku tak tahu apa yang aku rasakan saat ini.
Namun, hari demi hari yang terus berlalu, semua tentangmu selalu terekam dalam memoriku. Kita semakin dekat.
Entah dekat secara teman atau dekat secara hati.

"Aku tidak punya kata-kata untuk cinta tapi aku punya hati untuk merasakannya."

"Bukan Angin Tapi Dia"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang