Chapter 2

92 4 2
                                    

"Shaf!" seru seseorang di balik pintu.

Shafa yang masih berbaring di tempat tidur dengan penutup mata birunya, mengolet malas, sepenuhnya mengabaikan seruan dari balik pintu kamarnya.

"Shafa!" suaranya kembali terdengar. Merasa tidak ada seruan dari orang yang di carinya, seorang dibalik pintu pun memutuskan untuk membuka pintu. "Ish, lo jam segini masih ngebo aja si!" omelnya lalu menarik selimut yang menutupi tubuh Shafa.

"Ahh.. Rana resek. Gue masih ngantuk tau. Lo pergi aja sana" keluh Shafa setengah sadar.

"Buruan bangun kebo! Cariin mak lo thu!" kata seorang yang bernama Rana. Dia anak asisten rumah tangga dirumah Shafa, sebaya dengan Shafa, sekolah di tempat yang sama dengan Shafa. Shafa sudah menganggapnya saudara-nya sendiri.

"Apaan sih, bilang aja sama mama. Gue masi tidur" jawab Shafa malas.

Rana melepas penutup mata Shafa "Oi, lu bangun ngapa. Di panggil ortu juga" kata Rana kesal. "Astaga, berisik amat lu kek mak kosan" kata Shafa lalu terduduk "Emang kenapa si mama?" lanjutnya.

"Kan lu mau di ajak jemput lo" jawab Rana.

"Jemput? Siapa?" tanya Shafa mengangkat kedua tangannya, menggeliat.

"Astaga! Anindito Alvaro, Shafa ku sayang!" jawab Rana.

Mendengar nama itu disebut, Shafa langsung tersadar. Ia bergegas turun dari ranjangnya dan berlari bergegas mandi. Rana hanya geleng geleng kepala menyaksikan itu semua. Selagi menunggu Shafa yang mandinya bisa satu jam lebih, Rana memutuskan untuk membaca novel milik Shafa yang ada di rak buku. Mereka berdua ini sama sama kutu buku, omong omong. Di kamar Shafa ada sebuah pintu yang begitu di buka, kau akan mendapati banyak rak buku dengan susunan buku yang begitu rapi. Itu adalah perpustakaan pribadi keduanya.

"Shafa Shafa is here" sapa Shafa satu jam kemudian.

"Iya" jawab Rana masih asyik dengan bukunya.

"Rana, lo kenapa masih disitu. Kuy sarapan dan jemput kak Dito" kata Shafa. "Lo aja sana yang sarapan, gue uda sarapan tadi sama ibu. Lagian nanggung nih!" jawab Rana cuek "Oiya bilangin mama, gue ga ikut ke bandara ok!"

"Ish!" gerutu Shafa lalu keluar kamar dan menuruni tangga "Trus kenapa tadi gue naik ya?"

"Pagi mama!" sapa Shafa begitu tiba diruang makan.

"Pagi cantikku" balas mama nya yang sudah rapi dengan outfit kremnya.

"Sarapan dulu yak, baru ke bandara" kata mama nya.

"Siap mama" balas Shafa semangat, sebentar lagi ia akan bertemu Dito "Mah, kaya Rana dia ga ikut jemput kakak. Gatau thu, kalau uda ketemu buku aja"

"Oh ya udah"

Shafa pun duduk dan mulai sibuk dengan sarapannya. Menghabiskannya dengan cepat, meneguk segelas susu putih dan terakhir mengusap mulutnya dengan tissue. "Ma, Shafa ke kamar dulu ya"

Tanpa menunggu jawaban dari mamanya. Shafa melesat ke kamarnya. Mengikat rambut hitamnya yang sudah kering, mengenakan jilbab pasmina dan menyamber tas selempangnya.. eits.. kaos kaki belum pakai.

"Sans aja ngapa Shaf!" ujar Rana yang sudah setengah buku.

"Gue sans kok" balasnya lalu berdiri dari posisi duduknya. Tersenyum kecil lalu "Dah Ran.. Assalamu'alaikum!" serunya lalu menuruni tangga, menemui mama nya di teras depan. "Kalah cepat dengan papa!" kata papa yang ternyata sudah duduk di balik kemudi. "Next time ngga pa!" kata Shafa seraya mengenakan sepatu putihnya.

Shafa pun segera duduk di dalam mobil. Papa mengendarai mobil dengan kecepatan sedang menuju bandara. Pagi yang indah, sinar matahari masih terasa hangat, jalanan belum padat, jadi masih bisa menghirup udara segar dengan bebas.

...............

Dari balik pintu kedatangan, berjalan seorang cowok dengan gestur tubuh yang indah dan wajah cakep nya. Alisnya hitam, cukup tebal, matanya yang redup dengan pupil yang kecoklatan, garis wajahnya jelas. Sangat tampan, eh ganteng relatif kan yak! Pria itu berjalan dengan menyeret koper hitam kecilnya, telinganya ter sumpal earphone putih yang memperdengarkan lagu 'Shape of You' Ed Sheeren.

Anindito Alvaro Anantara namanya, cukup panggil dia Alvaro.Anak pertama mama Aisyah dan papa Ananta. Cowok yang tidak pernah menyisir rambutnya, tak heran kenapa rambutnya selalu acak acakan. Bukan karena ga punya sisir sih, cuman katanya "Biar kayak badboy gitu lo Shaf!" ew banget emang.

"Kak Varo!" seru seseorang. Suaranya samar, tidak begitu jelas. Tentu saja kalah dengan suara earphone ditelinganya. Dito memperhatikan gadis yang berdiri beberapa meter darinya, gadis itu terlihat begitu senang bertemu dengannya 'Dasar berlebihan' gumam Varo dalam hati. Alvaro pun mempercepat langkahnya, mendatangi anak perempuan itu. "Assalamu'alaikum Ma" salam Alvaro seraya menyalami tangan mama nya. Mama menjawab dengan pelan. Lalu memeluk putra satu satunya itu. Alvaro lebih tinggi dari mama, jadi mama sedikit jinjit dan Alvaro sedikit membungkuk.

"Kak Roo" sapa gadis itu semangat.

"Apasih Shaf" kata kakaknya cuek.

"Ye kakak, ga seneng apa ketemu sama aku" kata Shafa.

"B aja sih" jawab kakaknya cuek.

"Ei Varo ya.. suka banget sih gitu in adek sendiri" kata mama.

"Tau thu si kakak" kata Shafa "Gatau aja kalau Shafa thu kangen tau sama kakak" lanjutnya. "Dih, lebay banget" balas kakaknya.

"Udah udah, sekarang ayo pulang. Varo pasti capek" sela mama sebelum Shafa mengoceh lagi. Varo mengangguk membenarkan kalau memang dirinya lelah, Shafa pun hanya bisa menurut. "Ma, Varo beli minum bentar ya"

"Ok. Sama Shafa sana, biar tau mobilnya dimana" jawab mama. Shafa langsung tersenyum, dengan mudahnya ia menggandeng tangan kakaknya itu. "Sini kopernya mama bawa" koper hitam itu pun berpindah tangan. Keduanya berjalan ke gerai starbuck, memesan minuman lalu duduk menunggu. "Kenapa sih Shaf? Aneh banget lo" tanya Varo, akhir nya bertanya juga setelah lama merasa risih dengan sikap kekanakan adiknya ini.

"Gapapa, kangen aja" jawab Shafa seraya membuka tas selempangnya lalu mengeluarkan iPhone miliknya. "Kok alay sih, gue kan cuman pergi seminggu doang" kata kakaknya lalu menyisir rambut hitamnya dengan jari tangannya. Tambah berantakan, plis

"Itu lama kok bagi gue" jawabnya lalu mengetikkan kata sandi iPhone nya. Kakaknya tersenyum jahil "Berarti gue ngangenin" "Najis ah" balas Shafa langsung. "Ketauan, lo ada maunya kan?"

"Peka juga" adiknya nyengir lebar.

"Gue emang pekaan ya" kakaknya mulai menyombongkan diri.

"Semerdeka lo aja" kata Shafa. Baru Varo akan menjawab, mbak mbak Starbuck sudah menyebut namanya "Alvaro dan Shafa" panggil mbak mbak dengan celemek hijau dengan lambang starbuck.

Varo beranjak dari posisinya lalu mengambil minumannya. "Nih" Varo memberikan gelas plastik atas nama Shafa kepada pemiliknya "Makasih"

Hai hai lagii...
So thankyou uda melebihi target lagi :)
Jadi nya aku publish malam ini heheh

.
Happy Reading!

Missing SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang