Chapter 5

34 2 0
                                    

Aku duduk disini, disebuah sofa biru tua di ruang tengah rumahku yang minimalis. Cukup untuk diriku, dia, kakak cowokku yang nyebelin banget, mama yang aku sayang, dan papa yang pekerja keras. Siang siang begini aku asyik diruang tengah, di depan layar televisi tepatnya. Menonton film kartun kesukaanku tentunya, ditemani kue kering buatan mama, acara nontonku siang ini jadi lebih menyenangkan. Sesekali aku tertawa karena kartun yang aku tonton.

"Shafa sayang, ayo makan dulu yaa" kata seorang wanita dengan suaranya yang halus, mama. Tentu saja wanita itu selalu halus pada aku dan anak mama lainnya. Karena itu pula aku benar benar sayang mama.

"Iya ma, sebentar lagi ya" kataku masih fokus pada tontonanku.

"Makan Shaf, nanti sakit lo" kata mama lagi.

Aku hanya mengabaikan kata kata mama, dari pantulan di layar televisi aku tau mama berkacak pinggang. Oh, aku ini gadis empat tahun yang nakal. Lalu mama meninggalkan ruang makan yang dibatasi lemari putih dari posisi aku sekarang. "Shafa, dimana anak mama Shara?" Tanya mama. Seharusnya mama tau kalau aku hanya akan mendengarkan kata kata mama tanpa minat membalas.

Aku punya adik perempuan, ya dia kembaranku sih, Shara. Dia itu gak bisa diem, jauh banget sama aku. Aku yang udah langsung anteng, tanpa bergerak kalau udah ketemu film kartun kesukaan aku. Tapi Shara engga, dia terlalu akhtif, sampe mama dan papa kewalahan ngawasin dia.

Pernah waktu umur kami belum genap dua tahun, mama dan papa meletakkan kami di keranjang bayi. Lalu meninggalkan kami di kamar untuk mengurus keperluan dapur, setelah selesai memasak dan mengurusi pekerjaannya, mama dan papa kembali ke kamar dan mendapati fakta kalau yang di ranjang bayi hanya tinggal aku. Percaya atau tidak, ketidak adanya Shara diranjang itu karena bayi itu bisa keluar sendiri dari ranjang itu. Aneh dan sangat merepotkan mama dan papa. Padahal pekerjaan mama dan papa juga banyak gak hanya melulu ngurusin kami si kembar, makanya mama suka nitipin kami ke kakak kami. Kak Dito.

Kak Dito itu kan masih kecil, tapi lebih tua dari kami. Jadi mau lari lari kemana saja mbuntuti kita juga gak akan capek capek banget.

"Hahah, iyaa.. Chala anak mama cayang" kata mama. Setelah lama meninggalkan ruang makan, mama kembali dengan menggendong seorang anak perempuan berbadan gemuk. Dikucir dua, sangat lucu. Tentu saja wajahnya serupa denganku.

"Mama, Chala mau makan cokelat tadii" kata Shara lalu menjilati tangannya yang belepotan coklat.

"Iya cayang, nanti mama ambilin lagi ya" kata mama lalu mengecup pipi Shara yang menggemaskan macam bakpao.

"Asyiikkk" kata Shara.

Mama tersenyum kecil lalu mendudukkan Shara di kursi khusus untuk bayi. Memastikan Shara diatas sana, mama bergerak kearahku, mengajakku untuk makan siang. Aku menggeleng yakin. Aku tidak mau mama memotong waktuku menonton kartun ini. Mama menatapku cukup tajam, aku sedikit ngeri dengan tatapan itu. Namun, aku tetap memeluk erat remote hitam itu.

"Makan yaa" rayu mama.

Aku hanya diam lalu menggeleng kuat. Mama menghembuskan nafas berat, aku tersenyum kecil waktu itu. Berpikir mama akan menyerah, tapi ternyata wanita dengan rambut hitam dicepol itu malah menggendongku, membuat aku tidak bisa banyak bergerak, karena kalau aku masih memaksa turun pasti aku akan jatuh dan aku tidak mau hal itu terjadi. Aku masih terus menggerak gerakkan tubuhku memaksa mama menurunkanku di sofa depan televisi tadi. Mama menatapku tajam, lalu tangannya mencoba mengambil remote dari pelukanku. Halus sih, cuman mengalahkan kekuatanku anak empat tahun. Aku menahannya, hei remote ini tidak boleh berpindah tangan.

Tapi makin aku memaksa, tarikan mama makin kencang. Sampai akhirnya remote itu berpindah tangan. Dengan benda yang banyak tombol itu, mama mematikan televisi. Sontak aku mengangis, menjerit jerit supaya mama menyalakannya lagi. Namun mama teteplah mama yang menjaga dan merawat putrinya dengan penuh ketegasan. Mama mendudukkan aku disamping Shara yang sudah mengaduk aduk makanannya dengan tangan kosongnya. Aku masih saja setia dengan tangisanku, tidak akan aku hentikan sampai benda dengan banyak tombol itu kembali kepada diriku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 28, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Missing SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang