Chapter 4

38 2 0
                                    

"Shafaa" sapa seseorang ketika perempuan berambut hitam gelap itu tengah menulis rangkuman materi di binder coklatnya. Tanpa mengalihkan pandangan matanya, Shafa mengatakan 'apaa' kepada seseorang yang memanggilnya tadi.

"Lo dipanggil sama BK, suruh nemuin bu Fitri sekarang" katanya, Zahra.

"Ntar ah" katanya lalu mengambil tip ex disamingnya.

"Aduh, dipanggilnya sekarang juga" kata Zahra.

"Ya bentar lagi, nanggung ni lo" kata Shafa "masih dua paragraf lagi"

"Ngaco, dua paragraf banyak tau"

"Banyak relatip kan?" Kata Shafa.

Zahra hanya diam menanggapi perkataan Shafa yang memang sudah tidak sebaiknya dibantah. Akhirnya Zahra hanya diam dan duduk disamping Shafa, menikmati bekalnya.

"Eh, lo kok makan disini sih?" Diantara ke seriusan menulisnya, Shara bertanya. Pasalnya Zahra kalo makan gak bisa diam, suara kecapan mulutnya sungguh menggangu.

"Biarin ah, gue mager banget suruh turun" kata Zahra lalu mengunyah roti bakar miliknya.

"Ih, ntar kelasnya kotor dong sayang" kata Shafa lalu seraya membalikkan lembar kertasnya, menulis dihalaman selanjutnya.

"Bersih kotor kan relatif to?" Kata Zahra mengikuti apa yang Shafa katakan tadi.

"Oh, lo ngikutin gue hm?" Kata Shafa dengan suara dibuat buat.

Zahra hanya menggeleng tak acuh, sebelom menyuapkan roti bakar kedalam mulutnya Zahra berkata "Kok lo manggil gue sayang sih? Saking lamanya jomblo ya lu?"

Shafa menutup bindernya, "Ngaca deh lo, lo juga jomblo boshque"

"Iya iya deh, yang bentar lagi teken sama Samudra" kata Zahra.

"Pala lo" kata Shafa lalu beranjak meninggalkan Zahra. Sebelom Shafa benar benar menjauh dari kelas, suara Zahra terdengar ditelinganya "Kasian tau dia lo gantung" suaranya cukup keras, membuat beberapa orang menoleh. Tapi Shafa acuh tak acuh, karena berita kedekatannya dengan Samudra memang benar. Tapi maafnya, Shafa hanya bisa menganggap seorang Samudra teman.

Tanpa banyak berpikir tentang Sam, Shafa menuruni tangga menuju lantai dua dan membuka pintu coklat itu. Di dalam ruang BK itu, Shafa melihat beberapa orang siswa tengah berkumpul di satu meja bundar. Beberapa orang siswa itu maksudnya sepuluh siswa. Lima putri dan lima putra. Shafa menduduki salah satu kursi yang sudah di sediakan, ia memilih duduk disamping Melisa.

"Lis, kenapa ya?" Tanya Shafa dengan volume suara sekecil mungkin.

"Lo lupa, bakal ada pertukaran pelajar? Yang dari padang?" Tanyanya balik.

Shafa menepuk jidatnya "gue lupa. Astaga gimana ya" kata Shafa. Melisa hanya menggelengkan kepalanya. Shafa langsung berdiri dan meninggalkan ruangan yang begitu sunyi itu. Shafa berdiri di depan pintu, merogoh saku roknya. Mengetikkan nomor mamanya.

"Assalamu'alaikum" salam suara halus disebrang sana.

"Wa'alaikum salam" jawab Shafa langsung.

"Ada apa sayang?" Tanya mamanya.

"Mama inget soal pertukaran pelajar yang waktu itu aku ceritain gak? Aduh gimana ya ma. Shafa lupa ni" keluh Shafa.

"Iya sayang, mama inget kok. Gimana?" Jawabnya diseberang sana.

"Haduh, ini aku dipanggil BK. Anak padangnya udah dateng kayanya" jelas Shafa. Mamanya menghembuskan nafas kecil disana "Santai aja dong sayang. Mama udah siapin semua kok, tinggal bawa pulang aja dianya" kata mama.

Missing SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang