Pernahkah kamu merasakan sebuah konflik kecil di dalam dada, memusingkan pikiran, lalu konflik tersebut membuat kamu merasa panas pada dinginya kasur pada malam hari yang berawan ditemani sinar rembulan tetap tabah walau ditikam rintik hujan?
Pertanyaan demi pertanyaan menjajah tirani, tanpa izin, tersenyum jahat berdoa kepadamu semoga kamu lekas sadar.
"Kenapa hati ini tidak pernah membuka pintu lagi?"
"Siapa yang menyebabkan kerusakan hati?"
"Siapa yang berbuat jahat dengan hati?"
Organ tubuh lain diam, jantung berdegup tenang seakan tak terjadi apa-apa, ginjal abai siapa peduli ungkapnya, paru-paru bertanya kepada satu sama lain beradu argumen lalu menyalahkan satu sama lain, tulang dada menyumpahi mereka yang merusak ketenangan di subuh hari, otak sibuk memikirkan tentang keadaan dunia yang kacau, mata hanya bisa melihat selebihnya apatis, telinga masih bisa mendengar namun seakan-akan diganjal kapas di dalam sana, mulut terbuka namun bisu, tapi, tenang saja jika hidungmu masih berkoordinasi denganmu kau masih hidup.
Tak perlu peduli apa yang hati rasakan karena kodratnya diciptakan memang untuk dicaci maki.
Draf 1 Oktober 2017
Disunting 31 Oktober 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Si Itik
PoetrySemua yang bisa itik buruk rupa ungkapkan tentang dunianya.