Empat

9 1 0
                                    


Suara deruman motor Zeldan menggema di sepanjang jalanan, ia tidak membicarakan apapun dengan Della dan memilih untuk teus fokus ke jalan, dan entah kenapa ia merasa kurang nyaman jika perutnya di peluk oleh seseorang, karena ia tidak terlalu menyukai hal yang berbau romansa.

"Kita mau kemana Zel?"

"Gue mau nyulik lu." Zeldan bercakap dengan asal karena ia hanya ingin fokus ke jalan raya.

"Zeeel."

"Apa?"

"Lu bisa bahasa jepang dari mana?"

"Nanti aja. Oh iya luk gak kedinginan?" Zeldan penasaran dengan keadaan cewek yang masih memeluk tubuhnya.

"Ish Zel, gue tuh udah make jaket, emang tadi pas di rumah lu gak ngeliat gue?" Della menaikkan nada bicaranya.

"Emang mau banget di liatin?"

"Tau ah." Della beralih melihat kearah jam yang melingka di tangannya, jamberwarna hitam itu menunjukan angka dua belas, dan cewek itu menyadari jika sekarang sudah tengah hari, tetapi ia juga bingung kenapa temperatur di jalanan tidak terlalu panas.

"Zel kita sekarang dimana?"

"Yang pasti kita sekarang udah di luar jakarta, dan pemandangan di jalanan bukan gedung atau bangunan yang dempetan," ucap Zeldan yang masih memacu sepeda motornya.

Della langsung meregangkan pelukannya dan sedikit mengangkat kepalanya untuk menoleh sekitar, dan ternyata memang betul, pemandangan yang ia lihat kali ini berbeda dari biasanya, ia batu pertama kali melihat pemandangan yang memiliki gradasi warna hijau di setiap sudutnya, hamparan sawah yang membirikan gradasi warna lain membuat keindahan yang di pandang Della semakin indah, ia baru pertama kali merasakan hal ini seumur hidupnya, kesegaran udara yang berbeda dari ibu kota, angin yang lebih sejuk yang menabrak wajah Della membuatnya ingin melepaskan helm yang dikenakannya.

"Bagus kan pemandangannya?"

"Hmmm, gak gue sangka kalo masih banyak hal yang belum pernah gue rasain."Della mengembangkan senyumannya meskipun ia tahu jika Zeldan tidak mengetahuinya.

"Seneng?"

"Hmmm." Della mengangguk seraya kembali memandang indahnya paparan kaarpet hijau di berbagai sudut.

Dan akhirnya Zeldan menghentikan laju motornya perlahan, ia berhnti tepat di depan warung bakso yang ada di pinggir jalan. Setelahnya Zeldan mematikan mesin motornya dan membuka helm yang di kenakannya.

Della juga ikut membuka helmnya dan turun dari motor Zeldan terlebih dulu. "Kita mau ngapain?" ucapnya dengan polos.

"Zeldan menarik kunci motornya dan memasukkannya kedalam saku celananya. "Gue laper Della, emang elu mau gue jatoh dari motor terus mati?, kalo gue doang yang mati gapapa, tapi kalo entar lu ikutan gimana?" Zeldan memandang Della dengan enggan.

"Iyaa, iyaa." Della menolehkan kepalanya kearah jalanan dan berkata "Heeeh, gue baru nyadar kalo jalanannya bukan aspal lagi."

"Haduhh, Del kalo bego jangan kebangetan napa," ucapnya setelah menepuk keningnya.

"Hehehe."

"Ayok."

Akhirnya Zeldan melangkah menuju warung bakso yang di tujunya, dan cewek yang bodohnya luar biasa itu mengikuti Zeldan dari belakang. Zeldan juga baru menyadari jika cewek yang mengikutnya memakai pakaian yang cocok dengannya. Kemeja merah tua dengan motif kotak – kotak hitam dibalut dengan jaket jeans berwarna hitam, celana jeans yang memiliki warna dengan jaketnya, dan juga sepatu skets berwarna merah marun.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 01, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

LieWhere stories live. Discover now