Tarik,
hembuskan.
Kebulan asap rokok mengudara. Dua pemuda, Rakiel dan Sean, dan teras belakang rumah yang akhirnya jadi tempat mereka memangku diam menunggu kedatangan yang lain.
Atau, tidak, lebih tepatnya kehabisan bahan obrolan, jadi hening, sampai Rakiel tiba-tiba mengingat konversasi berat dengan Keenan tempo yang lalu.
Tentu saja, Rakiel tidak percaya karena pernyataan Keenan seolah di luar nalar. Namun, tetap Rakiel ingin tau benarnya seperti apa. Jadi dia putuskan untuk selidiki. Walau sudut otaknya bertanya-tanya, masa sih Sean begitu?
"Bosen juga, nonton bokep aja kali ya..."
Sean cukup kaget, jelas, dia tau Rakiel kategori orang yang cukup sinting. Tapi tidak begini juga, makanya dia toyor kepala Rakiel, "Ngide banget nobar bokep?"
Rakiel ketawa, "Sekalian ajak si Marsya, seru kayaknya." Rakiel naik turunkan alisnya. Kan, memang sinting.
Soal marsya, dia cewek yang rumahnya ada di ujung komplek, cewek barbar yang sering menggoda Sean tiap secara kebetulan bertemu.
"Enggak usah ngaco!"
Pantang menyerah. Demi Keenan, anggap saja ini sebagai usaha pertama Rakiel untuk mencari tau kebenaran, "Nonton doang elah, lemah!"
"Ntar nafsu, mau nyalurin ke mana? Nyolo? Ogah. Mending tunggu gue nikah, bentar lagi juga." Jawaban Sean malah semakin menguatkan keyakinan Rakiel. Nah, kalau begini, penyataan Keenan semakin tak berlogika, bagaimana Rakiel bisa percaya?
"Ya itu mah lo udah nonton bareng Trisha, bukan sama gue."
Sean malah tersenyum malu-malu. Idih, Rakiel meringis jijik. Kan, sebut nama Trisha saja respons Sean segitunya.
"Kira-kira lo doyan sama Keenan enggak, Yan?"
Sean menahan napas kaget, tapi berusaha tidak tampak dengan mengusap tengkuk, "Keenan? Adek lo yang gue bilangin dekil sama gendut itu?"
Rakiel menipiskan bibirnya, lama-lama habis juga kesabarannya, "Anjir lo masih aja ye, kalo sampe naksir, mampus!"
"Dia bisa nyaingin cantiknya Trisha?"
"Tai, serah lo bucin."
Sean cuma terkekeh, beralih menatap Rakiel di sampingnya, "Emangnya kenapa?"
Rakiel membasahi bibirnya lalu menghela napas, "Lo macem-macemin Keenan, kan?"
ean menegang, dia melotot kaget, "Keenan yang bilang?"
Rakiel menghempuskan asep rokoknya sebelum menoleh menatap Sean, "Jadi lo beneran ngelakuin itu ke adek gue?"
Diam sejenak tapi sekon berikutnya Sean terkekeh kecil. Palsu. Dia panik tapi berusaha santai, "Terus lo percaya? Pikir aja, kira-kira kalau Trisha tau, apa enggak dibatalin pernikahan gue? Hapal segimana sukanya gue ke Trisha, kan?"
Iya, makanya Rakiel meragukan Keenan.
"Enggak mungkin lah, sat. Bentar lagi gue punya Trisha. Lagian menurut lo, gue berani apa-apain adek lo?"
Benar. Rakiel mengiyakan ucapan Sean, "Mungkin Keenan dendam karena sering lo katain. Soalnya dia keliatan benci banget sama lo,"
Ya, mungkin begitu...
Hingga, kini tidak hanya Sean saja, tapi semua teman Rakiel sudah berkumpul. Dan lagi-lagi Keenan ditugaskan untuk membuat minuman serta membawa cemilan untuk mereka, sesuai maunya Rakiel.
"Nan, sini dulu dong, Mas mau nanya nih," Kata Chandra. Teman kakaknya, cinta pertama Keenan waktu SD, yang sering Keenan pamerkan ke teman-temannya sebagai pacarnya, sekarang malah berbalik selalu menggodanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
bumi renjana
Fanficuntuk sesuatu yang hanya disentuh lalu hancur, jangan, keenan juga ingin bermimpi meski berkali-kali dipatahkan, tapi tolong sekali saja jangan dihancurkan. "𝘬𝘶𝘱𝘦𝘵𝘪𝘬 𝘴𝘢𝘵𝘶 𝘥𝘦𝘮𝘪 𝘴𝘢𝘵𝘶 𝘪𝘮𝘱𝘪𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘭𝘪𝘳 𝘥𝘪𝘢𝘯𝘵...