.
.
.〔 ❁ -; ᴀ ᴅ ᴅ ɪ ᴄ ᴛ ᴇ ᴅ〕
.
.
.Seongwoo menunduk, mengabaikan tatapan Jinyoung yang entah memiliki arti apa terhadap dirinya. Seongwoo memilih untuk memutari ruang asing dimana ia akan tidur di dalamnya.
Ruang itu sangat besar, sangat. Seongwoo merasa kamar barunya ini seukuran dengan ukuran rumah mungilnya. Entah rumahnya yang terlalu kecil, atau memang kamar ini terlalu besar. Di sisi kiri, lemari kayu antik berdiri kokoh, diseimbangi dengan rak buku dan barang di sisi kanan lemari. Di atas rak yang terlalu tinggi itu, terpasang sebuah TV layar lebar, menggantung di dinding. Di sebelah kanan, terdapat kasur besar dengan headboard penuh ukiran; sebuah meja nakas berdiri di sisi kanan kasur, dengan sebuah lampu duduk di atasnya. Jarak beberapa langkah dari kasur, terdapat sebuah pintu yang Seongwoo yakini sebagai pintu menuju kamar mandi. Lurus dengan posisi pintu masuk dimana Seongwoo berdiri, jendela besar dengan balkon dan kelambu putih tipis tersibak, menampilkan pemandangan di luar.
Seongwoo terbelalak, menyadari bahwa kamar beserta isinya ini terlalu mewah untuk dirinya. Ia menoleh pada Jinyoung yang tengah merapikan kasur.
"M-maaf, ini- aku tidur disini?"
Jinyoung menghentikan pergerakannya. Seraya menegakkan punggungnya, Jinyoung mengangguk. "Ini kamar Anda."
"A-ah jangan berbicara formal seperti itu."
Jinyoung menyipitkan matanya. Seongwoo bergidik mendapat tatapan tajam seperti itu dari Jinyoung yang selalu menatap apapun dengan tatapan dalam.
"Tidak bisa."
Jinyoung melangkah, menjauh dari kasur, dan mendekati Seongwoo yang masih mematung di depan pintu. Pria itu tampak menimbang apa yang hendak ia sampaikan pada Seongwoo.
"Anda-," Jinyoung menghela nafas panjang. "Sebaiknya, jangan membuat tuan Daniel- marah."
"Kenapa?" pertanyaan penuh nada heran langsung meluncur dari bibir Seongwoo. Entah, mungkin reflek dari rasa penasarannya. Seongwoo baru merutukinya setelah melihat raut wajah Jinyoung yang sedikit berubah.
"Hanya- sebaiknya jangan," jeda sejenak bagi Jinyoung untuk menarik nafas dan melanjutkan kalimatnya. "Saya mengerti, Anda pasti marah karena tuan membawa Anda kemari. Tapi, sebaiknya, saya hanya mengingatkan- sebaiknya Anda berusaha menyamankan diri Anda mulai dari sekarang. Soal pekerjaan tuan atau apapun itu, Anda juga tidak perlu memikirkannya."
Jinyoung menunduk dalam, berpamit pada Seongwoo, dan meninggalkan ruang kamar itu dalam sepersekian detik.
Seongwoo terpaku di tempatnya. Perhatiannya yang semula terpana dengan kamar barunya, kini dialihkan karena seluruh ucapan Jinyoung yang terus berdengung. Tentang jangan membuat Daniel marah... Bahkan Seongwoo sudah harus bersiap dengan hukuman entah apa itu nanti dari Daniel.
Ia bimbang. Haruskah ia turun? Ikut makan dan menurut seperti anjing manis?
Tapi,
Untuk apa Seongwoo menurut?
Apa dia akan mendapatkan kebebasannya jika ia menurut?
KAMU SEDANG MEMBACA
Addicted
FanfictionTak ada yang bisa menolak segala hal tentangnya. Pesonanya, wajahnya, tubuhnya -juga dominasinya. Sekali kau masuk ke dalam cengkramannya, kau takkan bisa bebas lagi. Dan Ong Seongwoo sudah terjebak dalam cengkraman sang iblis. * . · . ✦ ⋆ ˚ ✧ * ✧ ˚...