Good bye, guys:*
.
.
.〔 ❁ -; ᴀ ᴅ ᴅ ɪ ᴄ ᴛ ᴇ ᴅ〕
.
.
.Seongwoo mengerjap, membiasakan bias cahaya yang menerobos masuk melalui celah tirai yang menghalangi jendela. Ia duduk, menahan rasa sakit yang menyerang tubuh bagian bawahnya secara mendadak.
"A-ah-," sang surai hitam merintih pelan, terkejut dengan rasa kebas di kedua kakinya. Barulah ia menyadari hal lain ketika ia memutar kepalanya, memperhatikan tiap sudut kamar yang ia singgahi.
Ini bukan kamarnya.
Satu persatu ingatan menyeruak masuk memenuhi kepala mungilnya. Tentang bagaimana ia mengenakan kemeja kebesaran, bagaimana semuanya berlangsung begitu panas, dan juga dari mana asal rasa kebas pada tubuh bagian bawahnya.
Seongwoo mengacak rambutnya kalut. Perlahan, ia bergerak turun dari kasur. Kamar kosong itu terasa memalukan baginya. Berbekal selimut tebal yang ia lilitkan di tubuhnya, Seongwoo berjalan tertatih keluar kamar.
Keadaan di luar kamar sendiri tak jauh beda dengan di dalam kamar. Sepi, tak ada tanda tanda orang lain di rumah besar itu. Seongwoo menghela nafasnya. Dengan langkah berat ia melanjutkan langkahnya, bermaksud kembali ke kamarnya, hingga sebuah suara memanggil dirinya.
"Seongwoo."
Seongwoo bergidik, mendengar nada otoriter yang berasal dari pria di belakangnya cukup membuatnya limbung sesaat. Pria di belakangnya sendiri sigap menahan tubuh Seongwoo.
"Kau baik?" Daniel menatap wajah Seongwoo lembut. Jemarinya merapikan poni Seongwoo yang sama berantakannya dengan sang pemilik. "Apa tubuhmu masih sakit? Aku sudah memberikan obat saat kau tidur."
Seongwoo membuka dan menutup bibirnya bak ikan. Pria itu kebingungan hendak menjawab ataukah berterima kasih lebih dahulu pada Daniel.
"Lepas selimut itu."
"E-eh?" Seongwoo menoleh terkejut. Beberapa kali ia mengerjap tak paham.
Daniel tak menjawab. Ia hanya menggerakkan netranya ke samping, bermaksud menyuruh Seongwoo untuk menjatuhkan selimut yang membalut tubuhnya. Mau tak mau, pria yang lebih muda menurut; Seongwoo menjatuhkan penutup tubuhnya lambat. Ia pun diam saja ketika Daniel mencengkram pundaknya, memintanya sedikit menunduk.
"A-apa yang d-daddy lihat?"
"Tubuhmu, diamlah."
Manik Daniel bergerak menelusuri tubuh Seongwoo. Beberapa berkas kemerahan yang tercetak di tubuh Seongwoo berubah menjadi lebam yang untungnya tak separah perkiraan Daniel. Daniel menarik nafasnya lega.
"Kita harus sarapan."
"A-aku tidak lap-"
"Kita. Harus. Sarapan. Apa itu kurang jelas di telingamu, Ong Seongwoo?"
Seongwoo menunduk, menatap gundukan selimut di kakinya semantara tangannya bergetar pelan. "T-tidak-," jawabnya.
"Bagus. Pakai lagi selimutmu, kita ke ruang makan."
.
.
.* . · . ✧ ˚ ✦ . · . *
.
.
.Suara denting yang ditimbulkan dari peralatan makan yang saling beradu tetap tak bisa memecah rasa canggung diantara Seongwoo dan Daniel. Kedua pria dewasa itu hanya diam, menikmati makan mereka. Sesekali Seongwoo mencuri pandang pada Daniel, hanya sekian detik, kemudian melanjutkan makannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Addicted
Fiksi PenggemarTak ada yang bisa menolak segala hal tentangnya. Pesonanya, wajahnya, tubuhnya -juga dominasinya. Sekali kau masuk ke dalam cengkramannya, kau takkan bisa bebas lagi. Dan Ong Seongwoo sudah terjebak dalam cengkraman sang iblis. * . · . ✦ ⋆ ˚ ✧ * ✧ ˚...