9.9K 1.4K 543
                                    

.
.
.

〔 ❁ -; ᴀ ᴅ ᴅ ɪ ᴄ ᴛ ᴇ ᴅ〕

.
.
.

"Sial, kumohon-"

Seongwoo bergerak panik di depan pintu, berusaha mendorong atau setidaknya membuka sedikit celah benda kokoh itu. Nyatanya, dua kayu kokoh itu tidak bergeming sedikit pun. Usahanya berakhir sia-sia. Yang ia dapatkan hanya merasa semakin lelah.

Perlahan, satu kesimpulan muncul perlahan dalam kepalanya. Tentang bagaimana kesimpulan itu dapat menjelaskan keadaannya saat ini.

"Apa Jinyoung mengunci pintunya?"

Seongwoo kembali berjalan kesana kemari bak setrika. Dahinya berkerut, memikirkan cara apa yang dapat ia gunakan untuk mendorong pintu rumah mengerikan ini. Berulang kali bibirnya menggumamkan kata bodoh yang ia tujukan untuk dirinya sendiri.

"Ong Seongwoo."

Deg

Sebuah suara yang menginterupsi dengan penuh penekanan pada namanya di belakang sana sukses membuat tubuh cukup tinggi Seongwoo berhenti bergerak kalut. Dari ujung hingga ujung, yang ia rasakan adalah tubuhnya yang berubah kaku dalam satu detik.

Seongwoo tidak menoleh, namun ia bisa merasakan dan mendengar langkah kaki mendekat padanya. Langkahnya pelan, namun jantungnya semakin berdebum karenanya.

Hingga Seongwoo bisa mendengar suara nafas berat di belakangnya, hanya berjarak sekitar satu meter darinya, Seongwoo mulai gemetar.

"Ini sudah pukul dua pagi, dan kau membuatku tidak tidur semalaman ini."

Seongwoo diam.

"Berbalik, menghadap padaku."

Itu bukan suara yang ramah. Tidak ada nada tolerir disana.

Seongwoo menurut, hanya untuk kali ini. Ia berbalik perlahan, benar-benar lambat dan perlahan, hingga tubuhnya menghadap sempurna pada sosok di belakang sana.

Yang pertama Seongwoo lihat dari Daniel adalah pria itu hanya mengenakan bathrobe dengan kerah yang sialan rendahnya. Dada bidang Daniel mengintip sekian persen dari balik kain itu.

"Berhenti membuatku lelah, dan masuk ke kamarku."

Seongwoo menggeleng terpatah. "Aku- akan kembali ke kamarku-"

"Ke kamarku, Seongwoo," Daniel menatapnya tajam, sangat tajam dan dalam, dengan kedua sudut bibir yang terangkat; Daniel menyeringai tipis, yang justru tampak tengah bersiap untuk membunuh seseorang detik ini juga. "Sekarang," tambah pria tiga puluh empat tahun itu.

"K-kumohon-"

"Sebelum aku meremat rambut hitammu itu dan menyeretmu, benar-benar menyeretmu, lebih baik kau menurut."

Lutut Seongwoo melemah. Ia mengambil satu per satu langkah dengan dua kakinya yang bergetar. Dengan pasti, ia beranjak dari tempatnya semula. Beberapa langkah dari Daniel, ia berhenti. Kepalanya mendongak, menatap Daniel dengan tatapan permohonan terakhirnya, namun Daniel menggeleng. Pria itu mendekati Seongwoo. Sebagai refleks, pemilik konstelasi bintang mengambil langkah mundur bersamaan dengan Daniel yang melangkah maju.

AddictedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang