Hidup itu terlalu indah untuk hanya sekedar ditangisi
***
Gadis itu terus menatap layar handphonenya. Ia terus menunggu sebuah kabar dari lelaki yang selalu menemaninya dan sangat dipercayainya itu. Namun 30 menit ia menunggu, hasilnya nihil. Lelaki itu sama sekali belum mengabarinya. Tiba-tiba perasaan resah pun tiba.
"Revan, kamu kemana sih? biasanya kamu selalu memberi ku kabar jika dalam situasi seperti ini. Aku butuh kamu Van, aku butuh kamu." Neyla menghela nafas. Ia menyerah, akhirnya dimasukkannya lagi handphone jadul kesayangannya itu ke dalam kantong celana jeans nya.
Untuk mengusir rasa sedihnya, Neyla berfikir untuk membaca novel kesayangannya. Ketika ia membuka novel tersebut, Hatinya bergetar. Sungguh ia sedih, mengapa novel tersebut tau perasaannya saat ini?
"Aku butuh kamu sekarang, Deo. Kamu kemana? mengapa kamu menghilang disaat aku butuh kamu. Aku butuh teman cerita. Jujur saat ini hati ku sedang rapuh. Maaf aku memaksamu untuk selalu ada untukku. Bukan maksudku seperti itu."
Untuk pertama kalinya Reina menangis, yang ia butuhkan saat ini adalah Deo. Masalah dalam hidupnya itu mungkin membuat Reina sedikit lelah walau ia menyangkal kepada dunia bahwa dirinya baik-baik saja.
Ditutup lah novel itu, Neyla tak kuat membacanya. Mengapa Reina dalam novel itu persis seperti Neyla? Apakah Reina juga punya masalah yang sama seperti Neyla?. Ah, andai saja Reina itu ada. Mungkin dia akan menjadi orang kedua yang ia percaya selain Revan. Tiba-tiba Neyla menangis. Ini untuk pertama kalinya gadis seperti Neyla menangis. Ia memang tak kuat lagi, ia sungguh lelah dengan semuanya.
Tiba-tiba handphone Neyla bergetar, dilihatnya notif dari handphone itu. Ternyata panggilan dari Revan. Neyla tersenyum, dengan hati berbinar ia pun mengangkat telfon itu.
"Halo, Ney "
"Halo, Van"
"Neyla, kamu dimana? maaf tadi aku lagi ngerjain tugas di rumah Rendi. Dan hape nya aku silent. Kamu marah ya Ney sama aku? aku minta maaf banget. Aku tau kok, pasti kamu kecewa banget sama aku. Kamu mau cerita? aku siap dengerin semua cerita kamu kok Ney." Neyla tersenyum, ia merasa beruntung mempunyai sahabat seperti Revan.
"Ah, kamu mah lebay Van. Aku gak marah sama kamu. Kamu mau kerumah aku gak Van? aku pengen cerita. Aku butuh kamu Van."
"Siap, Neyla. Tunggu 15 menit lagi aku udah di depan rumah ya. Sampai jumpa nanti, Ney."
"Sampai jumpa nanti juga, Van."
Dunia itu berasa indah kalau bersama Revan. Baginya Revan adalah hal terindah dalam hidupnya. Revan selalu ada untuknya. Neyla tersenyum, tanpa ia sadari hati Neyla mengatakan bahwa dirinya sayang Revan. Ah, cinta Neyla pun dimulai.
***
Baru part satu ya kawan :) masih belajar, tolong kritik dan sarannya ya. Jangan lupa vote dan comment ya, terimakasih :)
KAMU SEDANG MEMBACA
N e y l a
Teen FictionBagaimana perasaanmu jika masalah dalam hidupmu selalu datang bertubi-tubi? kesalkah? marahkah? sedihkah? atau justru malah terlihat tangguh seperti Neyla? Ayah yang tak jelas dimana, ibu yang nyatanya membuat kecewa dan tiada yang mengerti dirinya...