Benci

35 3 4
                                    

Mungkin agak sedikit durhaka jika aku membencimu. Tapi tolong, biarkanlah sebentar. Anggap saja sebagai hukuman terindah dalam hidupmu.

****

Sejak sejam yang lalu, Revan terus termenung menatap Neyla yang masih menangis sesenggukan di dadanya.

Kali ini, Revan tak tahu harus bagaimana, yang ia bisa hanyalah menenangkan Neyla dengan kata sabar yang mungkin jika di dengar akan bosan.

Sejujurnya, Revan belom tahu apa-apa tentang masalah yang terjadi antara Neyla dengan Ibunya. Tadi ia hanya melihat Neyla mengusir Ibunya sendiri dan Neyla langsung menangis di sofa.

Dan dalam situasi seperti ini, yang ia tahu Neyla sedang tidak dalam keadaan baik-baik saja.

Saat mulai tenang, Neyla melepaskan pelukannya dan mengusap air mata di pipinya. Ia tersenyum ke arah Revan.

Bukan senyum bahagia, melainkan senyum kecewa yang teramat dalam.

"Apa aku durhaka van?, aku bener-bener kecewa sama dia."

Revan tersenyum dan membelai lembut rambut Neyla. Dia berkata dengan nada yang sangat hangat yang mampu membuat hati Neyla perlahan-lahan mulai tenang.

"Coba ceritain sama aku semuanya Ney."

Neyla malah menunduk dan mulai menceritakan semua masalah di antara ia dengan ibunya.

Neyla menceritakannya dengan hati yang sebenarnya masih gusar. Ia sungguh kecewa dengan ibunya.

Di sisi lain, Revan hanya bisa menatap Neyla dengan pilu.

Revan pun memeluk Neyla untuk yang kedua kalinya. Ia membelai rambut Neyla agar Neyla sedikit tenang.

Revan pun membisikkan kalimat yang mampu membuat Neyla tersenyum hangat.

"Jangan sedih Ney, Cewek semanis kamu gak pantes buat sedih."

Neyla semakin mengeratkan pelukannya pada Revan, seolah-olah ia takut kehilangan Revan.

Neyla sangat bersyukur masih ada Revan yang selalu ada di sampingnya itu.

****

Sepulang dari rumah Neyla, Revan tak langsung pulang ke rumahnya. Melainkan ia menuju rumah sahabatnya yaitu Rendi.

Revan sudah terbiasa main ke rumah Rendi karena disana ia bisa leluasa dan selalu nongkrong di Rooftoop rumah Rendi.

Rendi hanya tinggal sendiri karena orang tuanya selalu sibuk bekerja, bekerja dan bekerja.

Saat ini, Revan berada di rooftoop. Ia merebahkan tubuhnya menghadap langit. Ia tersenyum kepada bintang dan bulan, walaupun ia tahu bahwa mereka tak akan tersenyum juga kepadanya.



Tanpa di sadari Revan, Rendi sudah berada di sampingnya.

Rendi melirik Revan yang tak seperti biasanya. Revan kali ini tampak lesu dan tak bersemangat.

"Kalau ada masalah cerita Van, jangan diem aja. Gue sahabat lo kan? masa sama sahabat sendiri aja masih kaku sih."

Rendi menatap Revan sambil tersenyum, sesekali ia menggaruk hidungnya yang memang terasa gatal.

Sedangkan Revan malah mendengus dan masih setia menatap langit malam yang menurutnya mampu menenangkan hatinya ketika sedang gundah seperti saat ini.

Keadaan pun hening untuk beberapa saat lamanya. Revan yang masih setia menatap langit,

sedangkan Rendi menatap ponselnya dan membuka satu persatu sosial media di ponselnya itu.

Sesekali ia tersenyum kala melihat sesuatu yang menurutnya lucu di instagram.

"Ren...." Suara Revan memecahkan keheningan. Ditatapnya Rendi dengan pandangan yang sulit di artikan.

Rendi hanya menoleh dan tersenyum. Ia mengangkat dagu guna menanyakan ada apa.

"Lo pernah gak ngerasain kecewa sama orang tua lo?. Kalo lo sudah kecewa, apa lo bakal bisa maafin orang tua lo itu?."

Kali ini Revan mengusap wajahnya kasar. Ia mengubah posisinya menjadi duduk dan menghadap pada Rendi agar ia bisa mendegar jawaban sahabatnya itu dengan jelas.

"Saat ini pun gue ngerasain itu Van. Orang tua gue yang sibuk kerja dan gue yang gak pernah dapet kasih sayang mereka dari kecil itu udah bikin gue kecewa banget sama mereka. Tapi ya mau bagaimanapun, mereka tetep orang tua gue. Gue gak mungkin bisa untuk benci sama mereka."

Revan yang mendengar itu perasaannya makin tak karuan. Ia bingung harus bagaimana. Jelas-jelas, kasus Rendi dan Neyla itu berbeda. Rendi yang mulai tak mengerti akan sikap Revan itupun mulai menanyakannya.

"Kenapa lo tanya kaya begitu Van? ada masalah?"

Bukannya malah menggubris pertanyaan Rendi, Revan malah berdiri dan meninggalkan Rendi yang dibuat kebingungan olehnya.

Saat dua langkah berjalah, Revan berhenti dan menoleh ke belakang.

"Gue pulang duluan, maaf kalo gue belom bisa cerita sama lo." Revan melangkahkan kakinya kembali untuk pulang.

Saat ia akan menaiki motornya, ia mengambil ponselnya untuk menghubungi seseorang. Dicarinya kontak Neyla disana.

Saat sudah ditemukan, ia pun segera mengetikkan pesan disana


Revan : "Jangan bikin hati kamu sakit dengan cara kayak gini Ney. Pikirin baik-baik lagi, walau bagaimanapun dia itu ibu kamu. Maafin dia ya?".


Revan tau bahwa Neyla tak akan menggubrisnya dan mengabaikan pesan dari Revan itu.

Namun ia hanya tak ingin di hati Neyla terdapat rasa benci teramat dalam pada seseorang, apalagi orang itu adalah ibunya sendiri.

Revan harap ini yang terbaik.

****

Akhirnya update juga. Gimana? udah mulai kebuka kan masalah Neyla? Tetap stay ya gengs.. hehe, Vote kalo kalian suka cerita ini dan comment juga kalo kalian ngerasa ingin comment hehe. Aku gak maksa kok..

Oh ya, follow instagram aku juga ya @salmaa2454

Dan juga baca cerita aku yang judulnya "Berawal Dari Kagum" . Buat yang lagi kagum sama seseorang kayanya cocok nih, hehe....

sudah deh begitu saja....

Good morning, readers :)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 29, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

N e y l a Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang