Tangis Dalam Tawa

69 16 23
                                    

Aih, bahkan aku tak percaya pada ibuku sendiri

***

SEORANG WANITA PARUH BAYA DITEMUKAN TENGAH BERCUMBU DENGAN LELAKI KONGLOMERAT ASAL BANTEN.

Gadis itu tersenyum kecut kala menatap koran itu. Ditatapnya koran itu dengan tatapan nanar yang membuat siapa saja yang melihatnya akan merasakan kesedihan tersebut. Neyla tak tahu apa yang sudah dilakukan ibunya bersama pria sialan itu. Ia sudah berulangkali memperingatkan sang ibu, namun ibu nya tak pernah menggubrisnya. Baginya Neyla hanyalah gadis kecil yang tak pernah tahu apa-apa tentang masalah hidupnya.

Neyla tahu semuanya, dari ibunya bergonta-ganti membawa lelaki setiap harinya. Ia tahu semua itu, akan tetapi, dia hanya bisa diam dan menangis di kamarnya. Baginya hanya Revan yang ia punya. Ia ingin Revan segera datang ke rumahnya. Neyla ingin segera mengatakan perihal tersebut kepada Revan.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu membuat Neyla berlari kecil ke sana. Air mata nya segera dihapus olehnya. Dengan langkah mencoba untuk tersenyum, ia membuka pintu tersebut.

Ha ! itu pasti Revan . Pikir Neyla dengan mantap.

Ketika pintu mulai dibuka, Neyla kaget bukan main. Di depannya muncul seseorang yang mulai ia benci di dalam hidupnya. Seseorang yang membuat dirinya mengurung dan menangis dalam kamar seharian. Dan dengan wajah polosnya, ia muncul lagi di hadapan Neyla.

"Mau apa kau kesini?" tanya gadis itu dengan nada dingin dan seolah tak suka

" Neyla, ibu bisa jelasin semuanya. Ibu menyesal telah mengabaikan perkataanmu, ibu sayang kamu Ney." Reina menatap Neyla dengan tatapan menyesal. Ia tak menyangka anaknya akan bersikap dingin seperti ini.

"apa ibu tidak sadar dengan apa yang ibu lakuin? Neyla kecewa bu, kalau ibu sayang sama Neyla, ibu gak akan bersikap seperti ini. Apa ibu gak mikir dosa? Mana ibu yang Neyla kenal baik? Ibu sama aja kayak ayah. PENJAHAT" Untuk kedua kalinya Neyla kecewa, ditutupnya pintu dengan kasar.

Dengan langkah gontai, ia menuju pada sofa di ruang tamu. Ia menangis sekencang-kecangnya disana. Ia tak peduli terhadap para tetangga di dekatnya. Gadis itu merenung, ia berpikir mengapa hidupnya selalu begini? mengapa orang tuanya tak pernah memikirkannya? Dulu ayahnya, sekarang ibunya. Lalu siapa lagi Tuhan? .

"Ney, Tuhan ngasih ini semua karena dia sayang sama kamu. Kamu yang sabar ya, Neyla ku kan kuat."

Revan menatap Neyla dengan tersenyum, ia tahu Neyla butuh dukungan bukan nasehat. Ia hanya menunggu gadis itu untuk bercerita padanya.

"Van, sekarang aku mikir kalo aku sudah gak percaya lagi sama ibuku." Revan termangu, ia sungguh tau apa yang harus dilakukan selanjutnya.

"Dan juga ayahku." Revan kini menatap figura di dinding berwarna hijau Tosca. Revan tersenyum, ia fikir keluarga ini harmonis, namun terlalu banyak misteri yang belom terungkap.

***

Gak tahu lagi mau lanjutin apa, rasanya otak udah buntu. Jangan lupa vote ya kalau kalian suka. Dan juga comment kalo kalian ngerasa ada yang kurang..

aku mau nyiptain misteri sama ayah Neyla. Pokoknya tunggu saja kedepannya

Salam....

N e y l a Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang