One

1.4K 148 7
                                    

SoonHoon

Yaoi bxb. Don't like? Don't read

Vomment!

.
.
.

Ternyata mencari pekerjaan bukanlah hal yang mudah. Padahal, setau Jihoon, kota besar seperti Seoul pasti memiliki banyak lapangan pekerjaan. Tapi apa bekerja itu melihat penampilan sang pelamar?

Jihoon bahkan sudah ditolak lebih dari 5 kali hanya gara-gara penampilannya yang seperti anak sekolah dasar. Orang-orang itu pasti berpikir bahwa Jihoon tidak bisa apa-apa.

Apa mungkin Jihoon harus keluar negeri hanya untuk bekerja? Tidak mungkin. Uang tabungannya hanya 500.000 won. Mana mungkin cukup untuk membeli tiket keluar. Untuk makan di Seoul saja Jihoon harus menghemat.

"Ahh, aku harus kemana lagi," Jihoon menatap nanar kertas lamaran yang ia buat susah-susah tapi hanya berakhir tak berguna seperti ini.

"Apa aku harus bekerja di club? Biasanya mereka gampang menerima pelamar kerja sepertiku," pikir Jihoon

"Tidak-tidak. Bisa gila aku disana. Astaga apa license musikku tak berguna? Toko musik pun tak menerimaku," Jihoon meraung kesal. Ia menendang batu di depannya dan berjalan untuk duduk di bangku taman.

Siang ini langit sangat cerah. Tapi langit seperti tidak mengetahui kekesalan yang melanda Jihoon.

"Apa tidak sekalian hujan saja? Biar pas," ujar Jihoon pelan.

"Bersyukurlah hari ini cerah," Jihoon tersentak mendengar suara orang lain di belakangnya.

"A-apa? Siapa?" Tanya Jihoon takut-takut. Lihat warna rambutnya yang pirang itu. Jangan lupa gaya berpakaiannya yang sangat sangar. Kaos putih dengan jaket kulit. Apa dia preman disini? Apa dia pemilik kursi ini?

"Aku akan pergi. Maaf aku mengambil tempatmu," pemuda tadi tertawa hingga matanya menghilang.

"Tidak. Ini bukan tempatku," pemuda pirang itu duduk di sebelah Jihoon. Lalu ia menatap Jihoon serius dan membuat Jihoon merinding.

'Mungkin dia bukan preman. Tapi pedofil!' Batin Jihoon

"Hei hei. Ada apa dengan tatapanmu itu? Apa aku terlihat seperti pedofil?" Uhh bagaimana bisa pemuda ini tau isi pikiran Jihoon? Dengan ragu, Jihoon mengangguk pelan.

"Oh astaga. Aku tidak akan menculikmu. Tenang lah. Namaku Soonyoung. Kwon Soonyoung. Namamu?" Soonyoung, pemuda pirang itu memberikan uluran tangannya. Tanda perkenalan.

"Aku L-Lee Jihoon. Ada urusan apa denganku?" Tanya Jihoon to the point tanpa ada niatan membalas uluran tangan Soonyoung. Bisa saja di tangannya ada sesuatu yang mencurigakan.

Dengan canggung Soonyoung menarik uluran tangannya lalu tersenyum senang mendengar suara Jihoon.

"Sebelumnya maaf aku tadi mendengar perkataanmu. Tapi kurasa kau membutuhkan pekerjaan. Kalau tidak keberatan, apa kau mau bekerja di tempatku?"

"Apa?!"

.
.
.

Jihoon tentu saja tidak menolak permintaan Soonyoung. Walau baru bertemu beberapa menit yang lalu, Jihoon merasa bahwa Soonyoung adalah orang yang baik. Ada banyak aura positif di sekitar nya. Anggaplah Jihoon berlebihan. Tapi memang begitu kenyataannya.

Dan disinilah mereka, di toko yang katanya milik keluarga Soonyoung.

'Oh toko keluarganya adalah toko bunga. Wangi sekali,' ujar Jihoon dalam hati. Ia meneliti bagian-bagian besar di toko ini. Tokonya sangat besar dan tentu saja wangi.

🍃Lonely✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang