Four

747 99 8
                                    

SoonHoon

Yaoi bxb. Don't like? Don't read

Vomment!

.
.
.
.

"Iya eomma. Ini sudah di dalam pesawat. Sudah ya, sebentar lagi kami berangkat. Bye eomma. Aku menyayangimu dan appa," Soonyoung menyerahkan handphonenya kepada Jihoon. Mungkin pemuda manis ini mau mengatakan sesuatu pada calon mertuanya. Dengan senang hati Jihoon menerimanya.

"Saranghae eomma! Aku akan membuat anakmu rajin belajar dan lulus dengan cepat! Annyeong!" Soonyoung tertawa mendengar betapa cerianya sang kekasih jika sudah bersama ibunya.

Beberapa hari yang lalu, setelah mereka berdua memutuskan untuk tinggal bersama di Jepang dan Soonyoung berkuliah disana, ibu Soonyoung datang ke apartemen Jihoon dan membantu anak itu membereskan rumahnya. Bahkan ibu itu menyewa mobil box untuk mengangkut barang besar seperti kulkas, lemari, kasur, dan sofa ke rumah Soonyoung. Tidak mungkin mereka membawa barang itu ke Jepang kan?

"Pasang sabuk pengamanmu, Ji. Kau mau terjatuh saat naik nanti?" Jihoon terkekeh sebentar dan memakai sabuknya. Dirasa masih longgar, Jihoon berusaha mengeratkan sabuk itu. Tapi gagal. Sudah lama dia tidak naik pesawat sampai lupa mengeratkan sabuk.

"Begini, Ji. Badanmu kecil sekali," bibir Jihoon mengerucut dan matanya memperhatikan Soonyoung yang serius mengecilkan sabuknya.

"Sudah. Mau tidur? Sini kepalamu," pesawat mulai lepas landas saat Jihoon memberikan kepalanya menyandar pada bahu Soonyoung yang tegap. Bahkan sudah tidak sadar saat pesawat mulai stabil di atas.

"Astaga cepat sekali anak ini tidur," Soonyoung mencubit pelan hidung Jihoon dan mengecup kepalanya. Tangannya bergerak mengelus kepala pemuda yang lebih mungil dan tak lama kemudian ikut tertidur. Doa kan saja mereka bertemu dalam mimpi.

.
.
.
.

Soonyoung terbangun dari tidurnya karena merasa sedikit tergoncang dan banyak suara-suara terdengar. Ia mengangkat wajahnya melihat sekitar dan apa yang dilihat membuat hatinya berdegup kencang. Dengan cepat dia membuka jendela di sebelah Jihoon yang sempat ditutup sebelum ia tidur. Entah apa yang dilihat Soonyoung di luar sana, yang pasti sekarang dia ikut panik. Merasa terganggu, Jihoon terbangun dari tidurnya dan disuguhkan dengan wajah panik Soonyoung.

"Ada apa, Soon?" Soonyoung menatap Jihoon khawatir dan mencium dahinya dengan sayang. Dengan begitu, Jihoon tidak memperhatikan Soonyoung yang menutup kembali jendela di sebelahnya.

"Apa aku membangunkanmu? Tidurlah kembali," Jihoon menggelengkan kepalanya. Aneh juga melihat gerak gerik kekasihnya dan suara-suara ribut dari sekelilingnya.

"Kenapa ribut sekali? Apa ya-"

"Kami mohon maaf atas ketidaknyamanannya. Para penumpang dimohon memakai masker udara dan memakai sabuk pengaman. Pesawat sedang mengalami gangguan karena cuara yang memburuk. Kami akan berusaha semaksimal mungkin. Terima kasih."

Jihoon menganga mendengar suara entah itu pramugara atau langsung dari pilotnya. Hatinya berdegup kencang saat Soonyoung memakaikannya masker udara.

"A-aku takut," Soonyoung menggenggam tangan Jihoon erat. Suaranya tidak terlalu terdengar sebab banyak orang yang berteriak panik. Ia tau kalau Jihoon pasti sangat takut. Oh apakah impian mereka untuk hidup di Jepang akan kandas disini? Soonyoung sangat-sangat tidak siap. Bahkan mereka belum menikah!

"Aku disini. Sstt jangan menangis, sayang." Soonyoung memeluk Jihoon erat. Agak susah karena mereka berdua sama-sama memakai sabuk pengaman.

Entah berapa lamanya pesawat itu terguncang, naik turun, bahkan tadi sempat menukik turun. Jantung Soonyoung seperti mau keluar saja saat mendengar isakan Jihoon yang semakin lama semakin keras. Tapi baru saja Soonyoung mau berbicara sesuatu, sesuatu menghantam kepalanya dan semuanya gelap.

🍃Lonely✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang