1 : Prologue

117 9 3
                                    

Kisah tentang kehidupan sekolahku. Banyak masalah yang aku dapat di sekolah, tidak mudah untuk menyelesaikannya apalagi membuang dan melupakannya begitu saja.

Aku bosan mengisi jadwalku dengan sekolah. Membuka lembaran kosong, menyoretkan dengan tinta dan mendapat angka untuk hasil.

Semua orang ingin hidup bahagia, termasuk aku. Tapi apa sekolah bisa menjamin kebahagiaan untuk masa depan ? Aku lelah.

Mempelajari banyak hal yang belum aku ketahui itu memang menyenangkan, tapi lama kelamaan membuatku pusing.

Aku ingin pergi ke suatu tempat dimana aku bisa bebas melakukan apapun. Menghirup udara yang dimiliki alam ini. Melompat dan menari gembira, tersenyum dan tertawa. Menghilangkan semua beban pikiranku. Aku ingin itu.

Tapi seperti biasanya, besok aku sekolah dan banyak pekerjaan rumah yang belum aku selesaikan. Aku butuh banyak waktu untuk belajar. PR-ku tanggung jawabku, aku harus menyelesaikannya dan mendapat nilai tinggi.

Aku sering percaya pada diriku sendiri. Tapi ketika realita tidak sesuai dengan ekspetasiku disitu aku kecewa, kesal dan membenci apa yang telah aku lakukan.

Aku yang seperti itu bodoh ! seharusnya aku memperbaiki kesalahanku, kesalahan apa yang telah merusak kepercayaan diriku.

Kenyataan tidak selalu sesuai dengan apa yang orang-orang bayangkan.

Aku berangkat ke sekolah sekarang. Berjalan kaki dan menikmati pagi yang sejuk ini.

Kutatap sekolahku, aku tersenyum dan bersyukur karena aku bangga bisa menjadi murid di sekolah ini.

Tapi kadang aku juga sering tidak menyukai sekolahku, karena banyak ketidakadilan yang terjadi. Peraturan tertulis ini terlihat sangat ketat. Aku terpukau, awalnya aku sangat menyukai hidup dalam kedisiplinan. Tapi pada kenyataannya peraturan sekolah ini tidak berjalan dengan baik. Semua sangat beda dengan yang aku pikirkan.

Seperti contoh, salah satu peraturan tertulis berisi larangan untuk membawa makanan dan minuman ke dalam kelas. Ya, aku melihat guru piket berjaga tepat disamping kantin dan tangga untuk menuju ke kelas. Itu luar biasa, tapi masih banyak guru yang lalai mengerjakan pengawasannya. Seperti guru itu asyik memainkan handphonenya atau sedang mengobrol dengan orang lain. Dan banyak murid yang mengumpatkan jajanannya. Aku kecewa.

Contoh kedua, semua sekolah pasti punya aturan dilarang menyontek apalagi saat ujian. Di sekolahku larangan menyontek sangat ditegaskan. CCTV atau kamera perekam tersedia di kelasku. Aku kagum sampai aku mencintai CCTV itu, ya CCTV itu memberi keadilan dan kebenaran. Tapi pada kenyataannya ketika ujian berlangsung CCTV itu mati / tidak menyala. Aku menghembuskan napas kasar. Lagi-lagi aku kecewa. Banyak murid yang berani mencari jawaban dihandphone miliknya.

Tapi aku punya tekad yang kuat untuk tidak menyontek. Aku mengerjakan ujian dengan jawabanku sendiri.

Dan pada akhirnya ketika hasil yang sangat berharga itu keluar aku mendapat nilai tinggi, tapi tidak setinggi teman-temanku.

Nilaiku paling buruk di kelas ? Apa aku bisa dibilang bodoh ?. Aku tidak mungkin bisa melawan internet seperti google.


Jadi, semua menganggapku bodoh. Sakit, aku pusing, aku tidak kuat. Pada akhirnya aku berniat menjadi orang yang buruk.
Aku ingin menjadi seseorang yang mengikuti jalan yang tidak baik. Aku ingin aku tidak mempedulikan sekolah dan belajarku. Aku ingin membuang dan membakar seragam dan buku sekolah milikku.

Bolehkah aku melakukan semua itu ? Ya, itu hakku. Aku bebas menjadi siapapun dalam hidup ini.

Termasuk bebas memilih menjadi pelajar atau tidak.

Tetapi jika aku tidak menjadi seorang pelajar aku akan diremehkan oleh orang lain.

Mau bagaimanapun aku harus bertahan di sekolah walaupun sekolah sering membuatku stres.

Semua warga negara Indonesia wajib belajar 12 tahun. Lihat, aku baru kelas 9 saja sudah mengeluh. Seharusnya aku bertanya kepada orang - orang yang kelasnya lebih tinggi dariku apa cara agar mampu berjuang hingga pencapaian tinggi ? Mereka semua sudah melewati masa - masaku. Tapi mereka tetap meneruskan sekolahnya. Jadi aku harus mencontoh mereka.

Fxxk the SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang