3 : Ruang BK

48 7 2
                                    

Dan...

"Assalamualaikum." Sapaku dengan nada lemah lembut. Aku tidak boleh membuat kesalahan lagi kali ini.

Guru BK itu menatapku seperti serigala yang telah menemukan mangsanya. Sungguh menyeramkan, sampai - sampai membuatku merinding ketakutan. Tapi tenang, bersikaplah proffessional.

"Silahkan duduk" ia mempersilahkanku duduk di kursi yang tepat berada di depannya.

"Terima kasih" akupun duduk. Dan tetap menjaga diriku agar tetap sopan.

"Kamu sudah tau masalahnya kan, kenapa kamu dipanggil kesini ?" Ujarnya.

"Ya, bu." Tentu saja aku tahu. Hufftt..

"Kenapa kamu melakukan hal tidak senonoh itu ?" Tanyanya kepadaku.

"Ya, sebelumnya saya meminta maaf sebesar-besarnya atas kesalahan saya tadi di kelas. Saya ingin mengungkapkan yang sebenarnya tentang ketidakadilan yang terjadi. Saya disekolahkan untuk mencari ilmu, tapi kenapa saya tidak mendapatkan ilmu disini ? Guru itu hanya menyuruh kami untuk merangkum, merangkum dan merangkum. Fisik saya lelah tapi saya tidak mendapat imbalannya. Apa yang saya dapat dari rangkuman ? Sedangkan guru itu hanya menilai dengan kerapihan tulisan saja. Maaf bu, saya sudah lulus TK tulisan saya tidak perlu diasah lagi." Aku menuturkan dengan panjang lebar.

"Kan kamu bisa baca jadi bisa nguasain materinya." Katanya.

"Gak bisa. Murid kelas 9 di sekolah ini ada sekitar 286 tapi buku paket PKN yang tersedia hanya 18. Dan menggunakan sistem tarik ulur. Mungkin itu alasan kenapa guru itu selalu menyuruh merangkum. Tapi karena itu juga guru tidak punya waktu untuk menerangkan. Dan berpengaruh terhadap pengetahuan murid. Jadi, siapa yang salah ? Atau tidak ada yang dapat disalahkan ?" Ucapku.

"Saya memang bisa saja mencari sumber pengetahuan dari internet, tapi bukankah lucu bila seperti itu ? Lebih mengandalkan google daripada kegiatan belajar mengajar di sekolah. Lantas untuk apa diadakannya sekolah ?." Sambungku.

"Baiklah, sekarang apa yang kamu inginkan ?" Sepertinya guru BK itu tidak menyukai omonganku tadi, mungkin.

"Saya ingin guru itu mencari apa yang lebih penting, berguna dan berkualitas. Apa yang menghasilkan sesuatu yang berbuah manis. Bukan hanya memakan gaji buta. Datang ke sekolah absen dan tidak melaksanakan kewajibannya dengan sungguh-sungguh. Itu keinginanku. " harapanku.

"Saya harap itu menjadi kenyataan. Dan saya harap juga gak ada lagi murid seperti kamu. Kamu mendapat poin 50 dan ini surat peringatan serta surat panggilan orangtua. Ingat, kumpulkan poin hingga 100 maka saya akan menskorsmu. Besok orangtuamu harus datang temui saya. " ujarnya seraya menyerahkan surat-surat itu padaku.

"Baik bu." Jawabku sedikit kecewa.

"Sudah. Kamu boleh meninggalkan ruangan ini. Terima kasih telah memenuhi panggilannya." Ia berdiri dan membukakan pintu ruangan itu untukku keluar.

"Yah bu, terima kasih. Wassalamualaikum." Aku pamit.








📚📖F❌❎k Sch👀l📖📚





Sekarang aku sedang menyusuri jalan pulang ke rumah. Setiap pulang sekokah aku pasti membeli es krim. Woaa.. lezat sekali. Aku sangat menyukai dessert manis seperti ini.

Aku terus melangkahkan kaki. Sampai pada saatnya aku bertemu dengan sekumpulan orang-orang yang terlihat buruk dimataku.

"Heehh !!"

Akhh.. ada seseorang yang menyentuh pundakku dari belakang. Aku membalikkan badanku.

Ya, benar dia salah satu perempuan dari geng tersebut. Aku sedikit takut, tapi aku mencoba berani.

"Kenapa ?" Tanyaku.

"Gue jijik liat lo. Masih makan es krim ? Jaman apa ini coekk ?" Sindirnya padaku.

Aku hanya diam. Kemudian dia mengocek kantong celananya. Dan yak ! Aku lihat sebungkus rokok. Dia membakar satu batang rokok dan menghisapnya. Ia juga mengunyah permen karet.

"Liat gue !!" Perintahnya.

Aku cuma tersenyum simpul. Aneh menurutku. Perempuan macam apa seperti itu. Sungguh memalukan.

"Hidup tuh kek gini ! Gak kek lo masih ngejilat es krim. " Ucapnya sadis.

Aku tidak tahu apa tujuan dia bertingkah seperti itu padaku. Yang pasti dia membuat hatiku sakit. Makanan kesukaanku telah dihina.

"Udah sekarang buang aja es krim lo. Ganti nih sama rokok." Ia menawarkanku sebatang rokok miliknya.

"Gak, gak. Gua gak suka." Tolakku.

"Udah.. duduk dulu yuk. " Perempuan berbibir merah tebal itu mengajakku duduk disampingnya. Akupun duduk.

"Lu kek ada masalah. Cerita aje ma gue. Oh iya kenalin gue Bela." Ia bersiap mendengarkan.

"Gini, gua ada masalah di sekolah. Tadi gua abis dipanggil dari ruang BK. Gua capek sekolah. Tapi yaaa gimana lagi gua harus sekolah." Aku menceritakannya.

"Ohh gitu. Gini, gue juga dulu sama kek lo. Ngerasa capek kalo sekolah, ribet, pusing. Akhirnya gue mutusin buat keluar dari sekolah. Dan hidup gue sekarang nyaman tanpa sekolah. Gue bisa bebas. Gw kasihan banget sama lo !! Masih ngurusin sekolah. Capek woi belajar mulu. Mending kek gue. " Ucap Bela.

Aku malah terdiam setelah mendengar ucapannya tadi. Aku melirik kearahnya, ia masih saja terus menghisap rokok dan mengunyah permen karet.





"Betewe, gue juga pengedar narkoba. Lo mau gak ? Enak anjir. Buat ngilangin masalah lo, biar lo gak stres. Untuk hari ini gue kasih gratis buat lo. Nih !" Ia berbisik pelan padaku. Dan menaruh obat-obatan terlarang itu ke dalam tasku.

Aku shock dengan apa yang telah ia katakan. Benar-benar orang yang buruk. Aku tidak tahan dengan semua perkataannya.



Apa yang akan gw lakukan nih ? 😕

TBC

Jngan lupa vomentnya ya readers sayangghh 😘😙😍

Next.. Next 😂...


Fxxk the SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang