Postingan kelima, semoga makin banyak ilmu yang bisa didapatin khususnya buat author. Selamat membaca para silent read 😘
Komen dan vote kalian ditunggu, jangan cuma jadi silent read ya 😉***
"Bismillahirrahmanirrohim.." ucap Nafisa pelan.
Dengan mengucapkan bismillah, ia berharap semoga Allah SWT memberikan kekuasaan dan pertolongannya. Sesuai dengan makna 'bismillah' yang ditafsirkan oleh para ulama ke dalam empat hal, salah satunya dari kata bi yang mengandung arti 'kekuasaan dan pertolongan'. Hingga orang yang menggucapkan bismillah akan paham bahwa segala sesuatu yang akan diperbuatnya atas dasar kekuasaan dan pertolongan dari Allah SWT.
"Baik. Tapi biar Nafisa aja yang coba hubungi Rakanya ya?"
"Nafisa serius mau bantu saya?"
Nafisa menganggukkan kepalanya yakin.
"Makasih yah, makasih.."
"Nafisa ke ruangan dulu, mou coba hubungin Raka. Tapi Ibu duduk dulu disini ya!" Nafisa menuntu Risty dan mendudukkannnya di salah satu kursi panjang di sudut koridor.
Sesampainya di ruangan. Mata Nafisa menyapu seluruh sudut ruangan, memastikan ruangan itu benar-benar sepi. Kemudian dirogohnya ponsel dari dalam tas dan sebuah kartu yang diambilnya dari sela kartu didalam dompetnya.
"Semoga diangkat," gumam Nafisa sambil menatap kartu di tangannya. Sebuah kartu nama yang tertulis nama Raka beserta nomor ponsel lengkap dengan alamat kantor dan telponnya.
"Kok gak diangkat sih?" keluh Nafisa setelah telpon kali ketiga tidak juga diangkat. .
"Bukannya jumatan seharusnya udah selesai sejam yang lalu?" tanya pada diri sendiri. "Ngga, ngga mungkin aku telpon ke kantor. Gimana pun ini masalah pribadi." sambungnya sambil memutar ponsel di tangannya.
***
"Pak Raka,"
Suara itu sontak membuat Raka menghentikan langkahnya dan memutar balik tubuhnya. Terlihat seorang perempuan dengan setelan blezer merah dan rok mini sedang mengejarnya.
"Vilo?" ucapnya sambil membetulkan jasnya yang sedikit berantakan.
"Maaf pak, ini ponsel bapak yang tadi dititipkan pada saya." Vilo mengulurkan tangannya lalu memberikan barang yang dimaksudnya tadi kepada Raka.
Sambil membuang napas lelahnya, Raka mengambil ponselnya. Baru kali ini ia benar-benar melupakan barangnya yang satu itu.
"Tadi sewaktu meeting, sempat ada yang menelpon bapak beberapa kali." ucapnya lagi.
"Siapa?"
"Nomornya tidak dikenal,"
"Baiklah, makasih sudah diingatkan." ucap Raka sambil menunjukkan ponselnya.
"Sama-sama,"
Mata Raka terbelalak menatap layar ponselnya. 'Enam misscall? Siapa? Kalau iseng gak mungkin sebanyak ini? Pasti penting, tapi siapa?'
Raka masih terdiam ditempatnya. Otaknya berpikir cepat tentang siapa pemilik nomor tersebut.
"Sekarang mana gak aktif lagi," keluh Raka ketika mencoba menghubungi nomor itu kembali.
"Bro! Jadi kan kita ke sana?" tanya Aldo yang kemudian memukul pelan bahu Raka dari arah belakang.
Reflek sebelah tangan Raka langsung menggaruk tengkuknya saat menatap Aldo. "Oya, hampir gue lupa. Makan dulu gimana? Tadi abis jumaatan, gue gak keburu makan. Laper," pinta Raka meminta persetujuan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Pasien Pengantar Jodoh [END]
EspiritualCerita complicate hanya di dreame.. ### Hanya sebuah kisah cinta sederhana dari masalalu yang akhirnya menemukan mereka. Lalu bagaimana mereka menanggapi cinta itu kembali? Seberapa pantaskah mereka untuk mendapatkannya sekarang? Hanya karena ego...