-Satu-

66 12 11
                                    

"Anin!"
"Iya?"
"Celamat ulang tahun," anak laki-laki itu menyodorkan tangannya dan memberikan sebuah boneka tedyy bear kecil berwarna cokelat muda kepada Ranin. Ranin kecil pun menerimanya dengan sangat senang bahkan sampai memeluknya dengan erat. Apalagi ia juga suka sekali dengan boneka berbentuk beruang.
"Maacih" jawab Ranin dengan senyum manis di wajahnya yang membuat lesung di kedua pipinya terlihat dengan jelas.

Kring... Kring...

Ranin terbangun dari tidurnya akibat suara alarm yang berasal dari HPnya. Dengan mata setengah terbuka ia mengambil benda pipih berwarna putih yang berada di meja kecil sebelah tempat tidurnya dan mematikan alarmnya.

Sekilas, ia melihat jam dinding yang ada di dinding kamarnya. Jam menunjukkan pukul 5 pagi. Sebenarnya Ranin masih ingin melanjutkan tidurnya itu, apalagi saat ini sedang gerimis yang sangat mendukung Ranin untuk tidur kembali. Ingin rasanya ia melanjutkan mimpinya yang indah itu. Namun, ia langsung teringat kalau hari ini ia harus kembali bersekolah.

Dengan keadaan masih setengah sadar gadis itu membuka selimutnya dan merapikan tempat tidurnya. Setelah dirasanya cukup rapi, ia bergegas mengambil seragam putih abu-abunya yang menggantung di lemari bajunya dan menuju kamar mandi untuk melakukan ritual yang dilakukannya setiap pagi, yaitu mandi.

🍭🍭🍭

"Kiri, Pak!"

Teriak Ranin ketika angkot yang dinaikinya sudah hampir sampai di depan gerbang sekolahnya. Gadis berambut lurus dan panjang itu langsung memberikan dua lembar uang seribuan kepada sopir angkot. Setelah angkot berhenti, Ranin dengan sigap turun dari kendaraan berwarna kuning itu dan dengan setengah berlari menuju teras ruangan kelas X IPA-1 untuk berteduh sejenak.

Hujan yang turun di pagi ini membuat Ranin terpaksa harus berlari agar tubuhnya tidak terlalu basah karena ia lupa membawa payung. Ia merasa sedikit menyesal telah mengabaikan nasehat ibunya tadi malam untuk memasukkan payung ke dalam tasnya agar paginya tidak kelupaan. Namun penyesalan selalu datang di akhir. Dan sekarang dia harus segera berlari menuju kelasnya yang ada di seberang lapangan basket sekolahnya.

Bruk!

Baru dua langkah Ranin berjalan tiba-tiba ada seorang cowok yang menabraknya. Beruntung Ranin dan cowok itu tidak sampai terjatuh, hanya sedikit terpental beberapa centimeter dari tempat semula. "Eh, maaf aku gak sengaja," Ranin mengangkat kepalanya untuk melihat wajah cowok itu yang tingginya sekitar 20 cm dari tinggi Ranin. Di bawah rintik-rintik hujan, ia bisa melihat sepasang mata cokelat yang sekilas membuat Ranin terpana. "Makanya kalo jalan liat-liat!" kata cowok berhidung lumayan mancung itu sedikit kesal sambil berlari, seperti sedang terburu-buru. "Yaelah, padahal aku minta maaf baik-baik, eh malah nyolot," seru Ranin dengan tatapan sinis. Ia pun kembali melanjutkan perjalanannya menuju kelasnya sambil berlari kecil.

🍭🍭🍭

Nah, gimana nih ceritanya? Lanjut gak?:v Maapkan kalo ceritanya unfaedah karena faktor author yang abal-abal wkwk. Tapi author harap kalian suka ceritanya. Btw, ada yang penasaran gak siapa cowok yang nabrak Ranin? Nggak ada juga gapapa sih :'v. Jangan lupa vote dan comment nya guys! Thanks! 💕

Stay Be My Best FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang