-Dua-

47 8 17
                                    

"Hoamm"

Ranin menguap mendengar penjelasan yang sangat membosankan dari Pak Tono, guru Bahasa Indonesianya. Sudah kesekian kalinya gadis itu mengucek matanya karena mengantuk. Dia melirik jam tangan yang melingkar di tangan kirinya. Masih 5 menit lagi bel istirahat berbunyi.

Menurut Ranin, saat pelajaran Bahasa Indonesia berlangsung, 5 menit rasanya seperti 5 jam. Dia melirik ke arah kiri, mendapati Tia, teman sebangkunya, begitu antusias memperhatikan penjelasan dari Pak Tono.

Ranin terdiam beberapa saat dengan tatapan kosong. Ya, gadis itu sedang melamun. Tiba-tiba, di tengah lamunannya muncullah sesosok manusia yang sempat menabraknya tadi pagi. Dia mengingat kejadian itu dan membuat dirinya sadar akan sesuatu.

"Cowok tadi siapa ya? Kok kayaknya gue belom pernah liat dia sebelumnya? Trus kenapa dia gak pake seragam sekolah? Selama dua minggu gue sekolah disini kok kayaknya baru sekali ini ya gue liat dia?" ucap Ranin dalam hati. Ranin memang baru dua minggu sekolah di SMA 30 ini, karena dia masih kelas X dan alangkah senangnya ketika dirinya dinyatakan diterima di sekolah unggulan ini.

"Bodo amat ah siapa dia. Mau anaknya siapa kek, mau manusia atau bukan kek, gue gak peduli. Lagian dia juga udah mbentak gue," ucapnya masih dalam hati.

🍭🍭🍭

"Nin, lo mau makan apa?" ucap Yudhis, sahabat Ranin sejak kecil. Sedangkan yang ditanya malah senyum-senyum sendiri sambil memainkan Instagram lewat HPnya.

Merasa dikacangi, Yudhis pun mengacak-acak rambut Ranin dan membuat sang pemilik rambut itu menghentikan kegiatannya bermain HP. Gadis itu menatap wajah Yudhis dengan tatapan datar, kesal karena rambutnya kini menjadi berantakan.

Melihat wajah Ranin yang begitu menggemaskan, cowok berkulit sawo matang itu pun tertawa kecil. "Lo mau makan apa?" tanya Yudhis sekali lagi. "Kayak biasanya," jawab Ranin singkat. Yudhis bergegas menuju penjual bakso yang ada di kantin sekolahnya. Sebagai sahabat, sudah pasti dia mengerti apa kesukaan sahabatnya itu.

Ranin melihat punggung sahabatnya itu yang berjalan menjauh untuk memesan bakso kesukaannya. Tidak terasa ia sudah bersahabat dengan Yudhis selama 15 tahun. Sejak kelas 1 SD, orang tua mereka pun dengan sengaja menyekolahkan Ranin dan Yudhis di sekolah yang sama. Yang membuat dua orang itu semakin tidak bisa dipisahkan, walaupun saat SMP mereka sempat berbeda kelas.

Ranin merasa sangat beruntung mempunyai sahabat seperti Yudhis. Walaupun sering kali tingkahnya membuat Ranin kesal. Namun, Yudhis telah menempati posisi ketiga setelah ayah dan ibunya yang bisa mengerti tentang keadaannya baik saat susah maupun senang. Ia juga begitu perhatian kepada Ranin, layaknya sepasang kekasih.

🍭🍭🍭

Nah, gimana nih ceritanya? Mau lanjut apa enggak? Kalo kalian jawab "lanjut" ya author bakal ngelanjutin, tapi kalo kalian jawab "enggak" author juga tetep ngelanjutin *dicium swallownya readers* Jangan lupa vote dan comment nya! Thanks!💕

Stay Be My Best FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang